Hoaks Didesain Menggabungkan Kecanggihan Teknologi Informasi dan Psikologi

Jumat, 29 Maret 2019 – 10:20 WIB
Peringatan: Waspada berita hoaks. ILUSTRASI. Foto: Pixabay.com

jpnn.com, JAKARTA - Penyebaran informasi menyesatkan atau hoaks di masyarakat mulai tak terbendung. Ada kecenderungan penyebaran hoaks sudah mengarah ke pribadi seseorang, bahkan sudah tidak punya ukuran moral.

Hoaks ini memiliki pola yang terstruktur, diulang-ulang, dan mengaduk-aduk emosi dan kepercayaan seseorang. Sebab, informasi menyesatkan dengan tujuan tertentu tersebut, memang didesain dengan menggabungkan kecanggihan teknologi informasi dengan psikologi.

BACA JUGA: Pembelaan Prof Mahfud untuk Polri dari Tudingan Pendukung Prabowo - Sandi

BACA JUGA: Panglima TNI: Jangan Mudah Terprovokasi Berita Hoaks

Hal tersebut disampaikan Anggota Komisi II DPR RI Budiman Sudjatmiko dalam diskusi Media & Industri 4.0 dengan tema “Memanfaatkan Digital Sebagai Media Berkarya dan Menangkal Hoaks” yang digagas Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Auditorium KHA Dahlan PP Muhammadiyah, Kamis (28/3).

BACA JUGA: Temuan Kemenkominfo: Jumlah Hoaks Melonjak Sejak Februari

Menurut Budiman, Cambridge Analitycal telah memetakan tipe-tipe seseorang melalui data-data yang diperolehnya. Tidak hanya dari facebook namun juga dari akun twitter.

Dengan pemetaan tersebut, menurut Budiman, maka penggunaan hoaks dapat disesuaikan sehingga dapat mencapai sasaran.

BACA JUGA: Fadli Zon: Pencipta Hoaks Paling Banyak Itu Adalah Penguasa

“Kalau dibiarkan dapat seperti di Suriah. Berhasil dengan mudahnya mengatas namakan kepentingan rakyat. Dipicu lagi, mendekati yang tidak memiliki kemampuan," katanya.

Sementara, Cyber Bareskrim Polri Hans Itta membenarkan pendapat Budiman. Suatu hoaks atau informasi itu dianggap kebenaran terutama pengelolaan opini itu yang terjadi saat ini. Jika orang berbicara 4.0 saat ini bagi Hans itu sudah ketinggalan dan Bareskrim lebih maju dengan memulai 4.1.1.

“Jadi bukan hanya informasinya yang sepi tapi bagaimana informasi itu dipergunakan untuk mengelola opini, siapa yang mengelola opini, siapa yang menguasai opini, dialah yang menguasai medsos,” ujar Hans.

Menurutnya, setiap orang kini memiliki lebih dari satu grup whatsapp. Sesuatu informasi kebohongan yang diulang-ulang terus menerus maka akan menjadi kebenaran. Jika sudah menjadi kebenaran maka informasi itu disebar di ruang public. “Ini yang terjadi sekarang ini,” katanya.

Sementara itu, Ketua DPP IMM Ary Sudanto melihat tidak semua kemajuan teknologi informasi berdampak buruk terhadap penggunanya, tapi juga bermanfaat bagi masyarakat. Menurutnya, kemajuan teknologi bisa dimanfaatkan menjadi bisnis yang mendatangkan keuntungan dan membuka lapangan kerja baru.

“Jadi ibaratnya pisau bermata dua, dia akan memberikan hasil yang baik atau sebaliknya. Yang baik tentunya seperti e-commerce yang digunaan untuk bisnis seperti ojek online. Sebaliknya hal buruk disebut hoaks dan merusak tatanan masyarakat,” tutup Ary.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anang Hermansyah: Cegah Hoaks Cukup Efektifkan Data di E-KTP


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler