Kecil Dilempari Sampah, Besar jadi Wanita Tercantik Jepang

Kamis, 08 September 2016 – 10:26 WIB
Priyanka Yoshikawa melempar senyum, usai dinobatkan menjadi Miss Japan 2016 di Tokyo, Senin (5/9) kemarin. Foto: AFP

jpnn.com - TOKYO - Nasib Priyanka Yoshikawa berubah. Senin (5/9) lalu, perempuan 22 tahun itu dinobatkan sebagai Miss Japan 2016, wanita tercantik di Negeri Matahari Terbit.

Tangis Yoshikawa ketika itu pecah seketika. Yoshikawa sangat terharu. Dia tidak menyangka ajang kecantikan di Jepang itu berpihak kepadanya. Yoshikawa memang bukan gadis Jepang biasa. Berayah pria asli India, Yoshikawa harus menjalani hidup sebagai haafu alias warga campuran yang...ya begitulah.

BACA JUGA: Jokowi Ingatkan ASEAN Butuh Arsitektur Keamanan yang Kukuh

Dengan tiara Miss Jepang di atas kepalanya, kini Yoshikawa berhak mengikuti ajang Miss World 2016. Kesempatan untuk bicara tentang warga kelas dua.

"Setelah terpilih sebagai Miss Jepang, saya berharap bisa ikut mengubah persepsi publik (tentang haafu) agar kami mendapatkan tempat yang sama dalam masyarakat,’’ ujarnya.

BACA JUGA: Kisah Obama dan Kelapa Muda

Dia menambahkan, di era globalisasi akan membuat jumlah haafu di Jepang meningkat. Karena itu, publik Jepang harus bisa menerima dan berbaur dengan haafu.

Dalam pidato kemenangannya, dia menyebut nama Ariana Miyamoto. Gadis berdarah Afrika-Amerika itu lebih dulu memenangkan kontes serupa. Bedanya, Miyamoto menjadi Miss Jepang yang dikirim ke kontes Miss Universe tahun lalu, bukan Miss World seperti Yoshikawa.

BACA JUGA: Beri Saya Cuka dan Garam, Saya akan Makan Abu Sayyaf Mentah-mentah

"Sebelum (kemenangan) Ariana (Miyamoto), tidak ada haafu yang bisa memenangkan kontes seperti ini,’’ ujar Yoshikawa. 

Masyarakat Jepang, menurut dia, masih diskriminatif terhadap haafu yang berjumlah hanya sekitar dua persen. Padahal, sebagai perempuan yang lahir di Kota Tokyo, dia lebih merasa Jepang ketimbang India. Sebab, dia jauh lebih lama tinggal di Negeri Sakura tersebut ketimbang di India.

Dalam kesempatan itu, Yoshikawa juga menceritakan masa kecilnya sebagai haafu yang sering menjadi korban perundungan atau bullying. Dia mengaku sering menjadi target pelemparan sampah teman-temannya. 

"Saya bangga punya darah India dalam diri saya. Tapi, itu tidak membuat saya kehilangan status saya sebagai warga Jepang,’’ ujar perempuan yang pernah menjadi pelatih gajah tersebut. (cnn/theguardian/hep/c19/any/adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pritttt... Pelan-Pelan, Cewek-Cewek Tanpa Bra Berdiri di Pinggir Jalan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler