JAKARTA - Aksi mogok produksi tempe dan tahu oleh Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) akhirnya membuahkan hasil. Pemerintah akan memutuskan untuk membebaskan bea masuk impor (impor duty) kedelai. Kebijakan pembebasan bea masuk impor kedelai ini bakal berlaku mulai awal Agustus 2012 hingga akhir tahun 2012.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, kebijakan yang bakal diimplementasikan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tersebut memiliki keterbatasan waktu, lantaran untuk melindungi petani. "Perajin (tempe dan tahu) adalah salah satu pilar industri UKM, tarif masuk impor kedelai akan di-nol-kan," ungkap Bayu di Kementerian Perdagangan, Rabu (25/7).
Berdasarkan PMK nomor 13 tahun 2011, kedelai merupakan komoditas yang dikenai pembebanan tarif bea masuk atas barang impor sebesar lima persen. Pengenaan bea masuk kedelai ini berlaku sejak 1 Januari 2012.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan usulan pembebasan sementara bea masuk kedelai masih akan dibahas tim tarif dalam sepekan ke depan. Tim tarif akan memperhatikan masukan dari Kementrian Perdagangan dan Kementrian Pertanian. "Kita pahami bahwa memang kondisi di Amerika itu terjadi kekeringan dan ini berdampak kepada suplai kedelai," kata Agus.
Menkeu mengatakan pemerintah tetap memiliki kewajiban menjaga pasar pertanian di Indonesia. Pemerintah juga akan memperhatikan petani kedelai. Namun stok pangan juga menjadi perhatian pemerintah. "Kita juga tidak bisa ambil risiko keterbatasan logistik. Jadi ini akan kita respons dalam waktu satu minggu," kata Agus.
Bayu mengharapkan, kebijakan baru ini bisa ikut andil dalam mengurangi tekanan harga tempe di dalam negeri. Pasalnya, bea masuk lima persen yang menjadi beban dari harga jual bakal dihilangkan. "Namun kalau pasar dunia masih naik, saya tidak bisa menjamin. Karena konteksnya ini situasi dunia," paparnya.
Selama ini, Bayu mengakui, impor bahan baku tahu dan tempe mayoritas bergantung pada AS dan beberapa negara di Amerika Latin seperti Brasil dan Argentina. Produsen tempe mengonsumsi kedelai sebesar 1,12 juta ton per tahun, atau 70 persen dari total kedelai impor yang mencapai 1,6 juta ton. Mereka tak bisa berkutik ketika harga kedelai di pasar internasional melambung, lantaran peristiwa kekeringan yang melanda AS.
Bayu mencatat, rata-rata harga kedelai internasional pada Januari 2012 sebesar USD 435 per matrik ton. Sementara Juni, harganya sudah meningkat 19 persen di level USD 520 per metrik ton. Bahkan, Bayu memprediksi, harga kedelai dunia bisa makin melejit saat Tiongkok, yang merupakan konsumen terbesar kedelai AS merevisi kebutuhan kedelainya.
Rata-rata per tahun, konsumsi kedelai Tiongkok berada di angka 57 juta ton. Namun, pada 2012 ini, Tiongkok meningkatkan impor kedelainya dari AS menjadi 61 juta ton. "Dalam situasi itu, persaingan mendapatkan kedelai makin sengit, dan berdampak pada risiko kenaikan harga. Situasi ini terjadi di beberapa negara importer kedelai," paparnya.
Sebagai catatan, produksi kedelai lokal pada 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, tren produktivitas kedelai menurun sejak 2010, dengan angka produksi sebesar 905.015 ton. Pada 2011, angkanya juga makin turun menjadi 870 ribu ton. Sementara pada 2012, berdasarkan prognosa Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kedelai Indonesia hanya 870 ribu ton.(gal/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahlan Pastikan BUMN Segera Produksi Kedelai
Redaktur : Tim Redaksi