Kehadiran BSI Bisa jadi Momentum Industri Keuangan Syariah Makin Eksis

Senin, 15 Februari 2021 – 20:55 WIB
Bank Syariah Indonesia (BSI) ilustrasi. Foto dok BSI

jpnn.com, JAKARTA - Geliat sektor keuangan syariah di Indonesia semakin berkembang. Bahkan, keuangan syariah terbukti kebal terhadap dampak pandemi Covid-19.

Hingga Desember 2020, aset Aset keuangan syariah mencapai Rp1.770,3 triliun, tumbuh tinggi sebesar 21,48 persen di mana sebelumnya ialah 13,84 persen pada 2019.

BACA JUGA: Resmikan Bank Syariah Indonesia, Jokowi: Jangan Pikir Hanya untuk Umat Muslim Saja

Sementara pembiayaan bank umum syariah tumbuh 9,5 persen year on year, jauh lebih tinggi dibandingkan bank konvensional yang terkontraksi -2,41 persen.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, untuk meningkatkan capaian industri keuangan syariah ada beberapa tantangan yang bakal dihadapi ke depan.

BACA JUGA: Laba BTN Meroket Tajam Sepanjang 2020

Pertama, market share industri jasa keuangan Syariah masih relatif kecil, yaitu sebesar 9,90 persen dari aset industri keuangan nasional.

Kedua, permodalan yang terbatas, di mana masih terdapat enam Bank Syariah yang memiliki modal inti di bawah Rp2 triliun dari total 14 bank umum Syariah per Desember 2020.

BACA JUGA: PT PP Kebut Pembangunan Kawasan Industri Terpadu Batang

"Literasi keuangan Syariah yang masih sangat rendah, yaitu sebesar 8,93%, jauh tertinggal dibandingkan indeks nasional sebesar 38,03%. Sementara Indeks Inklusi Keuangan Syariah yang sebesar 9,1% juga masih tertinggal dibandingkan indeks nasional sebesar 76,19%," ujar Wimboh dalam diskusi bertajuk 'Peluang dan Tantangan Bisnis Perbankan Syariah Pasca-Merger Bank Syariah BUMN' belum lama ini.

Selain itu, sumber daya di industri keuangan syariah juga masih terbatas, produk dan layanan keuangan Syariah yang belum setara dibandingkan keuangan konvensional.

Kemudian rendahnya research and development dalam mengembangkan produk dan layanan syariah lebih inovatif.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Wimboh mengatakan kehadiran Bank Syariah Indonesia (BSI) dengan kemampuan permodalan dan sumber daya yang kuat bisa menjadi momentum mengakselerasi perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia, bahkan untuk eksis di kancah global dan regional.

BSI yang merupakan bank hasil merger BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri dan BRI Syariah diyakini memiliki infrastruktur yang kuat dan lengkap.

Hal ini sangat penting dalam mendukung peningkatan competitiveness dengan skala ekonomi yang lebih besar, cakupan produk yang lebih bervariasi serta market share yang tinggi.

"Infrastruktur tersebut di antaranya keandalan teknologi informasi, sumber daya manusia yang berkualitas, produk dan layanan yang bervariasi dan berkualitas,  serta harga yang murah," sebutnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama BSI Hery Gunardi menuturkan tujuan dibentuknya untuk menjadi bank syariah terbesar, menjadi barometer market di indonesia dan memiliki daya saing global.

"Kami tampil inovatif dengan branding yang beda, lebih universal, friendly dan inklusif tidak hanya non milenial tapi juga milenial. BSI saat ini Ranking 7 bank terbesar di Indonesia dan kami punya mimpi 5 thn ke depan masuk 10 besar bank syariah terbesar di dunia," ungkapnya.

Untuk mewujudkan mimpi itu, BSI punya punya aset hampir Rp240 triliun, DPK Rp209,9 triliun, modal Rp21,74 t dan kapitalisasi pasar per 9 Februari 2021 telah mencapai Rp117 triliun. 

Di sisi lain, Hery mengungkapkan, sinergi BSI dan bank syariah lain tentu sangat diperlukan karena besarnya potensi ekonomi dan keuangan syariah, penduduk muslim yang besar hingga ratusan juta jiwa, dan potensi industri halal yang jumlahnya mencapai Rp6.505 triliun.

"Potensi yang besar ini bisa kami gaet di masa yang akan datang," tukas Hery.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kinerja Bank Syariah di Tengah Pandemi Cukup Baik


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler