jpnn.com, MOSKOW - Kehidupan di Kota Moskow dan wilayah lainnya di Rusia berubah drastis setelah Presiden Vladimir Putin memutuskan menginvasi Ukraina.
Perubahan itu terutama terjadi setelah Barat menjatuhkan beragam sanksi. Kehidupan Rusia terkini pun tak terbayangkan sebelumnya.
BACA JUGA: Ukraina Gunakan AI Canggih Buatan Amerika, Tentara Rusia Tak Mungkin Lolos
Jurnalis Inggris yang berbasis di Moskow Gabriel Gavin melaporkan sejumlah kebutuhan masyarakat habis, kalaupun ada, harganya meroket. Isi rak-rak di supermarket telah dilucuti.
Beberapa minggu yang lalu antrean masih terlihat di Gagarin Square di pusat Moskow. Anak muda Rusia yang kaya, menunggu giliran masuk ke kelab mewah atau restoran trendi di sana.
BACA JUGA: Rusia Menuju Kebangkrutan, Akankah Krisis Moneter Global Terjadi Lagi?
Hal yang berbeda sekarang. Dengan sanksi Barat kepada Rusia, ratusan perusahaan internasional angkat kaki.
Di pusat perbelanjaan kelas atas di Gagarinskiy, ada banyak barang mulai dari makanan cepat saji hingga pakaian impor sebelum toko tutup untuk selamanya. Rubel terdepresiasi dengan cepat.
BACA JUGA: Wartawan AS Brent Renaud Tewas di Ukraina, Lehernya Ditembak Tentara Rusia
Warga setempat khawatir kekurangan kebutuhan di rumah dan penjatahan akan segera terjadi.
“Mereka tidak memiliki apa pun yang saya butuhkan. Semua yang tersisa pun terlalu mahal,” kata seorang warga yang cemas, yang menelepon ke supermarket Auchan dalam perjalanan pulang dari kantornya.
Dengan rubel berkurang separuh nilainya selama dua minggu terakhir invasi Putin ke Ukraina, tagihan untuk toko mingguan keluarga telah meroket.
Darina, seorang penerjemah yang tinggal di Moskow mengatakan dia harus berjuang mendapatkan makanan hewan peliharaannya setelah biayanya naik tinggi, hampir dua kali lipat hanya dalam semalam.
"Kemarin (beli) online 600 rubel, sekarang 1.100 rubel (sekitar Rp 120 ribu). Mereka menaikkan harga setiap menit. Sekarang kucing saya memakan makanan yang lebih mahal daripada saya," ujarnya.
Video yang viral tentang orang-orang yang menimbun kebutuhan pokok telah menambah rasa panik di Moskow.
Dalam salah satu foto, seorang pria di Nizhny Novgorod terlihat mengisi bagasi mobilnya dengan ratusan karung gula.
“Apakah dia mencoba bermain aman atau menghasilkan keuntungan?” salah satu bunyi laporan jaringan media pemerintah mengamati hal itu.
Pembeli juga telah menyapu bersih barang-barang yang hanya beberapa minggu lalu tidak terpikirkan, seperti sebotol Coca-Cola.
Pakar TI yang berbasis di Moskow, Ilya mengatakan merek barang Barat tinggal beberapa yang tersisa.
"Kamu tidak menyadari betapa pentingnya hal-hal itu (seperti Coca-Cola) sampai kamu tidak bisa mendapatkannya lagi," ujarnya.
Warga di Moskow ramai-ramai mengunjungi restoran McDonald's akhir pekan kemarin setelah mengetahui sekitar 850 cabang akan ditutup tanpa batas mulai Senin (14/3) pagi waktu setempat.
Irina, seorang pekerja di McDonald's di Yerevan Plaza Moskow mengaku dirinya sangat sibuk saat itu. "Kami belum diberi tahu apa pun oleh manajer, tetapi ada kabar bahwa kami akan dipulangkan dengan gaji penuh," ucapnya.
Nika, seorang pegawai pemerintah magang berusia 24 mengatakan dia datang untuk makan sebelum cabang McDonald's itu tutup.
“Saya akan merindukan burger dan kentang goreng. Saya mencoba menikmati hal-hal kecil selagi masih ada. Saya tidak mengerti mengapa semua perusahaan itu meninggalkan kami, apakah uang kami tidak penting lagi?" ujarnya.
Dari sebuah gambar yang dibagikan di Telegram, satu dari sedikit situs sosial yang belum diblokir, menunjukkan orang-orang yang mengisi lemari es mereka dengan burger McDonald's dan membawa pulang tumpukan saus keju.
Starbucks dan Burger King juga akan menghentikan perdagangan di negara itu sebagai tanggapan atas sanksi Barat.
"Orang-orang memiliki keluarga, mereka perlu membayar pajak. Tidak adil jika orang Rusia biasa dihukum karena itu bukan salah kami," kata Vyacheslav, seorang mahasiswa yang bekerja paruh waktu di KFC Moskow.
Masha, seorang pekerja kantoran berusia 25 tahun di ibu kota Rusia mengatakan banyak temannya berusaha untuk pindah ke luar negeri.
"Netflix dan Spotify tidak berfungsi, pengunjuk rasa ditangkap di jalan dan mereka mengatakan kami tidak akan bisa membeli Coke Zero lagi," tuturnya.
Namun, tidak semua orang Rusia mengeluh tentang eksodus Barat dari Rusia. Ramzan Kadyrov, panglima perang Chechnya menilai hal itu adalah berita baik.
"Lenyaplah dominasi pasar oleh minuman keras perusak tubuh dari Amerika dan makanan ringan dari McDonald's. Saya selalu meminta orang untuk membeli makanan organik kami dan makan dengan benar," katanya. (mirror/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek