Enam warga Malaysia yang mengaku mengalami kerugian sekitar Rp 15 miliar tiba di Australia untuk mencari jawaban karena merasa tertipu oleh seorang pengusaha setempat bernama Veronica Macpherson.
Investasi Proyek di Pilbara

BACA JUGA: Angin Kencang di Australia Tewaskan Satu Warga Asal Indonesia di Melbourne

Mereka merupakan enam dari sekitar dua ribu investor, kebanyakan dari Singapura dan Malaysia, yang meminjamkan uang kepada Macpherson untuk membangun perumahan di Kota Newman dan Port Hedland di Austtalia Barat.

Namun skema investasi tersebut ambruk di tahun 2016 dan sekarang setelah berkunjung ke Perth, keenam pria Malaysia itu pesimistis uang meereka bisa kembali.

BACA JUGA: Australia Berencana Hentikan Ekspor Sampah Daur Ulang

Mereka tiba akhir pekan lalu, mewakili 130 investor Malaysia, dan sudah bertemu dengan pihak berwenang, pengacara dan Veronice Macpherson sendiri. Photo: Veronica Macpherson adalah salah satu tokoh utama yang terlibat dalam bisnis properti di Pilbara yang disebut sebagai skema Ponzi oleh pihak berwenang Australia. (Facebook: Veronica Macpherson)

BACA JUGA: Australia, Negara Maju dengan Jumlah Tunawisma Meningkat dan Makin Buruk

"Setelah bertemu dengan sejumlah pihak di sini, saya sudah kehilangan 90 persen harapan," kata Guna, salah seorang yang berasal dari Kuala Lumpur.

"Saya tidak tahu apakah akan mendapatkan uang saya kembali."

Keenam pria tersebut juga mengalami kekecewaan karena dalam pertemuan dengan Macpherson di sebuah cafe, Veronica meninggalkan cafe di tengah pembicaraan.

"Kami ingin bertemu dengan dia untuk benar-benar mengetahui apa yang telah terjadi," kata Kumar yang berasal dari Ipoh.

"Dia mengatakan bahwa harga properti di kawasan Pilbara telah anjlok sebesar 80 persen."

Macpherson sendiri menolak memberikan komentar kepada ABC.Macpherson masih bersenang-senang

Ketika memeriksa keuangan perusahaan Macro milik Veronica Macpherson setelah bangkrut, Hayden White dari perusahaan akuntansi KPMG mengatakan jutaan dolar dana dari para investor digunakan untuk bersenang-senang. Misalnya, berpesta atau menonton konser rock, selain untuk mempromosikan skema investasi di Australia dan luar negeri.

Para investor banyak yang geram karena perusahaan Kelompok Macro ini masih dibiarkan mencari dana dari investor di Asia, bahkan setelah operasi perusahaan tersebut dibatasi oleh lembaga pemantau bisnis Australia di bulan September 2015.

Sebagai contoh, dua di antara pria Malaysia tersebut, CJ dan Sanjay, mengatakan mereka diterbangkan dengan biaya ditanggung oleh Macro untuk mengunjungi lokasi di bulan Oktober 2015.

Mereka mempertanyakan bagaimana seseorang yang sedang diperiksa pihak berwenang masih bisa mengirimkan jutaan dolar ke perusahaan yang terdaftar di Australia.

"Veronica sampai sekarang masih hidup bersenang-senang," kata Sanjay. Photo: Sekelompok investor dari Malaysia datang ke Australia untuk mengetahui dana yang telah mereka tanamkan di Pilbara. (ABC News: James Carmody)

Para investor ini mengatakan ketika ditawari untuk menanamkan modal, mereka tidak diberi dokumen-dokumen penting seperti rencana proyek (prospectus) dan laporan keuangan perusahaan yang sebenarnya diperlukan bila penawaran seperti itu dilakukan di Australia.

Namun di sisi lain, mereka juga mengakui bahwa tawaran kemungkinan untung besar - Guna ditawari akang mendapat bunga 24 persen, membuat mereka lengah dan percaya dengan janji-janji dari Veronica Macpherson.
Mereka juga merasa yakin bahwa ketika menanamkan modal mereka merasa sedang melakukan hal yang baik.

Ini karena Macpherson mengatakan bermaksud memberikan rumah permanen bagi pekerja FIFO.

FIFO adalah kepanjangan dari flying in, flying out, yaitu para pekerja di dunia pertambangan yang diterbangkan ke lokasi penambangan selama dua minggu, dan kemudian kembali ke rumah mereka sendiri selama dua minggu.

Model FIFO ini membuat beberapa pekerja tambang di Australia kemudian melakukan bunuh diri karena tekanan dari pekerjaan dimana mereka jauh dari keluarga.

"Ketika dia ditampilkan dalam proyek Australia Barat ini dengan niat baik guna membantu pekerja FIFO, ingin membangun kawasan Pilbara, dan membantu perekonomian, semua terlihat sebagai niat yang mulia," kata CJ.

Secara keseluruhan, diduga para investor asal Malaysia, Singapura dan negara lain mengalami kerugian sekitar $AUD 120 juta karena tertarik menanamkan modal bagi perusahaan Veronica Macpherson untuk membangun perumahan di kawasan pertambangan Pilbara di Australia Barat.

Para penanam modal ditawari bunga antara 14-16 persen setahun, namun skema ini diduga bersifat penipuan, karena modal baru yang masuk digunakan untuk membayar para penanam modal sebelumnya.

Sampai sekarang kasus yang melibatkan Macpherson dan perusahaannya tersebut masih diselidiki oleh pihak berwenang di Australia. Photo: Inilah rencana pembangunan kawasan Pilbara yang ditawarkan ke para investor asing. (ABC News: James Carmody)

Lihat berita selengkapnya dalam bahasa Inggrris di sini

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rektor Asing Datang ke Indonesia Tahun 2020, Sebagian Mengatakan Terlalu Dini

Berita Terkait