Kejaksaan Didesak Serius Usut SPPD Fiktif DPRD Langkat

Senin, 16 Juni 2014 – 23:58 WIB

jpnn.com - JAKARTA – Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli Pembangunan Bangsa (LSM Pendoa), melaporkan dugaan kejanggalan penanganan kasus tindak pidana korupsi biaya perjalanan dinas DPRD Kabupaten Langkat, tahun anggaran 2012, yang ditangani Kejaksaan Negeri Stabat, ke Kejaksaan Agung.

Menurut Ketua LSM Pendoa, Ungkap Marpaung Lattas, pelaporan ke Kejagung dilakukan karena meski dugaan bukti keterlibatan para anggota DPRD Langkat periode 2009-2014 sangat kuat, namun Kejari hinga saat ini hanya menetapkan Sekretaris Dewan H Salman dan mantan Sekwan Supomo sebagai tersangka.

BACA JUGA: Napi Tewas di Sel Rutan Palembang

“Kami meminta Jaksa Agung dalam kapasitas dan kewenangannya, segera mengambil kebijakan yang memungkinkan demi menyelamatkan komitmen kejaksaan membersihkan Indonesia dari virus korupsi. Karena bukti keterlibatan 50 anggota DPRD Langkat sudah jelas, yakni SPPD fiktif. Anggota DPRD dan Rudy Hartono Bangun selaku ketua DPRD juga sudah melakukan pengembalian dugaan kerugian negara. Rudy Hartono sendiri mengembalikan Rp. 270 juta,” ujarnya di Jakarta, Senin (16/6).

Menurut Marpaung, dalam perkara dugaan korupsi yang merugikan negara hingga Rp 666 juta tersebut, kejaksaan seharusnya bertindak adil dan tidak melakukan tebang pilih. Pengembalian kerugian negara oleh para anggota dan ketua DPRD Langkat, seharusnya tidak menjadikan mereka lepas dari jerat hukum.

BACA JUGA: Cuaca Ekstrem Ancam Pelaut

“Seharusnya berdasarkan bukti yang ada yang diperoleh dari perusahaan penerbangan Lion Air dan Garuda Indonesia, Kejari Langkat tetap memeriksa dan menjadikan anggota dan ketua DPRD Langkat tersangka. Pengembalian kerugian negara kan tidak sertamerta menghilangkan tindak pidana. Bukti yang ada seharusnya sudah cukup menjerat dan menjadikan anggota dan ketua DPRD Langkat tersangka," katanya.

Namun kenyataannya, hingga saat ini Kejari Stabat diduga belum pernah melakukan pemeriksaan terhadap anggota dan ketua DPRD Langkat. Sementara di sisi lain, terhadap Salman dan Supomo telah ditetapkan sebagai tersangka sejak Juli 2013 lalu.

BACA JUGA: Bengawan Solo Jadi Dua Warna

Padahal menurut hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 55 ayat (1) KUHP jo pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 18 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, dugaan penyelewengan dilakukan secara bersama-sama.

“Karena itu kami berharap Kejagung dapat segera melakukan langkah-langkah yang dibutuhkan demi tegaknya hukum dan perundang-undangan. Kita akan menggelar aksi unjukrasa di depan Kejagung Rabu (18/6), untuk memerlihatkan bahwa kita serius mendukung Kejagung menegakkan hukum,” katanya.

Selain terhadap Kejagung, LSM Pendoa menurut Marpaung, secara resmi juga telah melayangkan pelaporan ke Komisi Kejaksaan.

“Kita berharap Komisi Kejaksaan RI, dalam kapasitas dan kewenangannya, segera mengambil langkah proaktif terhadap Kejari Stabat demi menghindari terjadinya berbagai kemungkinan yang bisa mencoreng citra kejaksaan,” katanya.(gir/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Presiden, Puan Yakin Provinsi Papua Barat Daya Terbentuk


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler