Keji, Bom Mobil Sasar Jurnalis Investigator Panama Paper

Selasa, 17 Oktober 2017 – 22:55 WIB
Daphne Caruana Galizia. Foto: Times of Malta

jpnn.com, VALLETTA - Wartawan kawakan di Malta, Daphne Caruana Galizia menjadi korban aksi keji, Senin (16/10). Jurnalis investigatif berusia 53 tahun itu tewas akibat bom mobil.

Galizia dikenal sebagai jurnalis yang kritis. Dia memimpin investigasi tentang dugaan korupsi yang menyeret pejabat di Malta berdasar dokumen Panama Papers.

BACA JUGA: Pastikan tak Ada Kaitan dengan Isu Panama Papers

Sebagaimana pemberitaan laman Guardian, Galizia baru saja beranjak dari rumahnya di Mosta di dekat Valletta yang menjadi ibu kota Malta dengan mengendarai Peugeot 108. Namun, bom telah mengancurkan tubuhnya hingga beterbangan ke tembok dan lapangan.

BACA JUGA: Koran Berhenti Terbit Setelah Wartawannya Tewas Dibunuh

Puing-puing akibat bom mobil yang menyasar Daphne Caruana Galizia. Foto: Mirror

Sejauh ini tak ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas pemboman itu. Namun, sebelumnya Galizia pernah melapor ke kepolisian setempat lantaran menerima ancaman.

Beberapa jam sebelum tewas, Galizia mengunggah tulisan ke blognya. Isinya adalah tuduhan bahwa Keith Schembri -kepala staf Perdana Menteri Malta Joseph Muscat- terlibat korupsi.

Galizia menuduh Schembri menggunakan posisinya yang strategis untuk memperkaya diri. “Ada bajingan di mana-mana setiap anda melihat saat ini,” tulis jurnalis yang kepergiannya meninggalkan seorang suami dan tiga putra itu.

Publik selama ini tahu bahwa Galizia getol mengkritik penguasa, termasuk PM Muscat. Bahkan, Galizia menuding istri PM Muscat, Michelle punya perusahaan cangkang di Panama untuk menampung suap dari keluarga penguasa di Azerbaijan.

Muscat yang naik ke pucuk kekuasaan di Malta pada 2013 telah membantah tuduhan itu. Dia bersama istrinya menggugat Galizia lantaran merasa difitnah.

Muscat menyebut tuduhan Galizia sebagai kebohongan terbesar dalam sejarah politik Malta. Karena itu dia mengajukan gugatan ke pengadilan.

Meski demikianm Muscat tetap mengutuk aksi pemboman terhadap Galizia. Kantor berita Agence France-Presse melaporkan, Muscat menyebut pembunuhan terhadap Galizia sebagai tindakan barbar.

“Tak ada yang bisa membenarkan tindakan barbar ini dengan cara apa pun. Saya tak akan berhenti hingga keadilan tercapai,” ujarnya.

Menurut Muscat, aksi itu tak bisa tak bisa diterima. “Ini adalah hari kelam bagi demokrasi dan kebebasan berbicara kami,” katanya.

Sementara Presiden Malta Marie Coleiro Preca meminta semua pihak tetap tenang. “Pada saat-saat seperti ini, ketika negeri terguncang oleh serangan keji, saya meminta semua piihak untuk mengukur kata-kata mereka agar tak memberikan penilaian berlebihan dan tunjukkanlah solidaritas,” harapnya.

Malta merupakan negeri dengan populasi 400 ribu jiwa. Saat ini, negeri di Laut Mediterania itu merupakan negara terkecil di Uni Eropa.(guardian/ara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler