jpnn.com, JAKARTA - Pasar semen di Indonesia saat ini mengalami kelebihan pasokan akibat perlambatan perkonomian.
Untuk mempertahankan kinerja, produsen semen pun menggarap produk turunan.
BACA JUGA: Baru Dilantik, Gubernur Banten Fokus Pada Infrastruktur
Apexcrete Business Unit Head PT Holcim Indonesia Tbk Rudy Hardiyanto menyatakan, pihaknya mengembangkan sejumlah varian beton.
Misalnya, beton cepat kering speedcrete, beton berpori thrucrete, serta beton khusus lantai apexcrete.
BACA JUGA: KemenPUPR Gelontorkan Rp 130 Miliar untuk Perbaikan Jalan di Batam
”Produk beton itu untuk melayani segmen infrastruktur yang saat ini gencar dikembangkan pemerintah,” papar Rudy, Jumat (12/5).
Tiga produk turunan beton itu diaplikasikan di PT Terminal Peti Kemas Surabaya, landasan pacu Bandara Juanda dan proyek seluas 1.300 meter persegi di Pasuruan.
BACA JUGA: Jokowi Usul Dana Haji Diinvestasikan ke Infrastruktur, Ini Pendapat MUI
”Kami juga bekerja sama dengan pemerintah Surabaya untuk menggunakan produk tersebut di proyek infrastruktur,” ujarnya.
Selain di segmen infrastruktur, produk itu menyasar industri manufaktur seperti pergudangan.
Produk beton sendiri berkontribusi 13 persen terhadap penjualan Holcim di Indonesia.
Pada tahun lalu, penjualan beton menurun satu persen dibanding 2015.
Sedangkan penjualan semen masih mengalami kenaikan tipis dua persen pada 2016 dibanding 2015.
Namun, pada kuartal pertama 2017, volume penjualan semen dan klinker Holcim menurun empat persen.
Secara nilai, penjualan semen perseroan menurun lebih tajam, yakni mencapai 12,1 persen.
Penurunan disebabkan masih lemahnya permintaan semen akibat curah hujan yang tinggi maupun tertundanya belanja program pemerintah di infrastruktur.
CEO PT Holcim Indonesia Tbk Gary Schutz menyatakan, melemahnya kredit perumahan menjadi salah satu penyebab belum membaiknya pasar semen domestik.
Pada kuartal pertama, kredit perumahan hanya tumbuh delapan persen.
Angka pertumbuhan itu lebih rendah dari prediksi awal yang seharusnya bisa tumbuh sebelas persen.
”Pada kuartal kedua, kredit perumahan diharapkan bisa tumbuh hingga 12 persen untuk mendongrak permintaan semen,” papar Gary.
Pada kuartal pertama tahun ini, permintaan semen secara nasional masih naik 0,9 persen dibanding periode sama pada 2016.
Total konsumsi semen pada periode tersebut mencapai 14.754.727 ton.
Penurunan cukup tajam terjadi di Kalimantan 9,9 persen dengan total konsumsi 922.951 ton.
Lalu, Sulawesi turun 7,2 persen dengan konsumsi mencapai 1.200.046 ton serta Sumatera turun 3,2 persen.
Lain halnya dengan Pulau Jawa yang mengalami peningkatan permintaan 4,6 persen, Nusa Tenggara naik 4,1 persen, dan kenaikan tertinggi di Maluku serta Papua delapan persen. (vir/c21/noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tambah Investasi di Infrastruktur, Taspen Kucurkan Rp 4 Triliun
Redaktur & Reporter : Ragil