Colnago adalah Ferrari-nya sepeda. Keduanya bahkan sudah bekerja sama selama puluhan tahun. Penulis sempat bertemu Ernesto Colnago, sang legenda, dan dapat tur eksklusif museumnya di Cambiano.
AZRUL ANANDA, Milan
COLNAGO. Ferrari. Sama-sama Italia, sama-sama menjadi ikon di industri atau sport yang diikuti masing-masing. Yang satu di sepeda dan balap, satu lagi di otomotif dan balap.
Penggemar sepeda tentu familier dengan tulisan "Colnago for Ferrari". Selalu tertulis di sepeda hasil kerja sama kedua pihak, yang selalu dibuat dalam kuantitas terbatas (limited edition) dengan harga yang bikin mulut komat-kamit.
Kedua perusahaan legendaris itu memang bekerja sama sejak lama. Pada 1982, keduanya berkolaborasi menciptakan sepeda balap karbon pertama di dunia. Juga, membuat sepeda gunung (MTB) ber-frame karbon pertama di dunia.
Colnago yang bikin konsep, Ferrari yang membuatnya waktu itu. Sebab, waktu itu teknologi karbon masih sangat terbatas. Ferrari, yang terus menjajal teknologi baru di Formula 1, punya kemampuan untuk itu.
Bagi kedua pihak, bekerja sama juga sesuatu yang sangat mudah. Sebab, mereka bermarkas tidak jauh dari satu sama lain. Ferrari di Maranello, Colnago di Cambiano. Dua-duanya dekat dengan Milano (Milan).
Saya dan rekan Agung Kurniawan mampir ke markas Colnago Jumat pagi (7/9). Kebetulan, letak Cambiano relatif dekat dengan Sirkuit Monza, tempat diselenggarakannya Grand Prix Italia akhir pekan lalu. Dari Milan, kami ke Cambiano dulu, baru ke Autodromo Nazionale Monza. Sekali jalan, sedikit belok.
Kami janjian mengunjungi pukul 08.30. Perkiraan kami, di sana bisa dua jam, baru ke Monza pas sebelum sesi latihan Formula 1 pertama diselenggarakan.
Cambiano merupakan kawasan industri. Banyak perusahaan kondang dunia yang punya fasilitas di sana. Untuk mencapai lokasi Colnago, kami harus naik mobil atau taksi.
Begitu sampai, di lobi reception sudah terpajang banyak model sepeda Colnago. Mulai yang sederhana sampai yang terbaru. Termasuk yang edisi terbatas, termasuk contoh Colnago for Ferrari. Terlihat pula gudang besar, tempat sepeda singgah sebelum disebar ke berbagai penjuru dunia.
Meski semua dipajang di situ, tidak ada yang dijual. Kami sudah diingatkan bahwa tidak ada penjualan sepeda atau aksesori di Cambiano.
Kami diterima Diego Colosio, salah seorang manajer penjualan Colnago. Langsung saja kami diajak ke lantai dua bangunan. Di sanalah tempat museum koleksi sepeda bersejarah Colnago. Tidak dibuka untuk umum, hanya orang-orang tertentu yang boleh mengunjunginya.
Kalau Anda maniak sepeda dan sport balap sepeda, museum itu mungkin seperti surga bagi Anda. Ratusan sepeda dengan sejarah khusus terpajang di sana. Ada sepeda emas yang pernah dipersembahkan Ernesto Colnago, sang pendiri, ke Paus di Vatikan.
Ada berbagai sepeda Colnago for Ferrari, dengan foto atau pajangan bergambar Ernesto Colnago bersama para penggawa Kuda Jingkrak. Ada yang bersama Michael Schumacher dan Rubens Barrichello, ada foto Kimi Raikkonen dan Felipe Massa, juga Fernando Alonso. Tidak tertinggal, foto Ernesto Colnago bersama pendiri Ferrari, mendiang Enzo Ferrari.
Dari arena balap, koleksi terbaru adalah sepeda kuning Colnago C59, yang dipakai pembalap Prancis Thomas Voeckler (Tim Europcar) di Tour de France 2011. Tahun lalu, selama sepuluh hari Voeckler memang memimpin lomba paling bergengsi itu. Walau akhirnya gagal menang. Jersey kuning Voeckler, yang ditandatangani, juga ada di sebelahnya.
Dari arena balap satu hari paling menyiksa, Paris-Roubaix, ada beberapa sepeda yang pernah meraih juara. Yaitu, saat Colnago mensponsori superteam era akhir 1980-an dan awal 1990-an, Mapei. Serunya, sepeda-sepeda juara itu kotor semua. Salah satunya bahkan penuh dengan lumpur kering.
"Mr Colnago tidak memperbolehkan sepeda itu dibersihkan. Begitu selesai lomba, langsung diangkut dalam kondisi berlumpur," jelas Colosio.
Koleksi unik lain: Sepeda yang dipakai legenda balap Eddy Merckx saat memecahkan hour record (jarak ditempuh dalam satu jam di velodrome) pada 1972.
Merckx memang pernah menunggangi banyak sepeda. Tapi, dia paling kondang dan sukses ketika berkolaborasi dengan Ernesto Colnago sebagai pembuat sepeda sekaligus mekaniknya.
Menyambung tulisan seri kedua sebelum ini, Colnago pernah menjadi mekanik kedua di tim Nivea, di bawah Faliero Masi, pada 1955. Banyak diperebutkan orang sebagai mekanik, Colnago pada awal 1970-an bergabung bareng tim Molteni bersama Merckx.
Waktu itu, sepeda buatan Colnago masih dilabeli "Merckx". Ironisnya, saat ini ada merek Eddy Merckx yang berdiri sendiri, dan Colnago punya merek sendiri.
Soal nama itu pula yang membuat Ernesto Colnago, kini 80 tahun, terus penasaran. Walau sudah memenangi ajang-ajang paling bergengsi, termasuk beberapa kejuaraan dunia, dia belum pernah memenangi Tour de France dengan sepeda yang bertulisan namanya. Menangnya ya waktu bertulisan Merckx itu!
Sepeda Merckx yang dipajang tersebut juga dibiarkan dalam kondisi sama seperti puluhan tahun lalu. Kondisi bannya sudah hancur, sudah jadi serabut, tapi tidak boleh diubah.
Sepeda lain yang layak dicatat dalam sejarah: Sepeda balap konsep 1982, yang merupakan sepeda balap pertama dengan frame dari bahan karbon. Colnago yang merancang, Ferrari yang membuatnya.
Ada pula sepeda time trial dengan frame karbon monokok pertama, handlebar full karbon monokok pertama, dan lain-lain.
Yang mana favorit pribadi Ernesto Colnago? Kata Colosio, semua adalah favorit. Tapi biasanya, kalau ditanya begitu, Ernesto Colnago akan bilang bahwa sepeda favoritnya adalah sepeda yang akan dia buat berikutnya"
Colosio membiarkan kami memotret sepuasnya. Memegang-megang dan mengagumi semua koleksi sepuasnya. Baru kemudian dia memberikan penjelasan sedikit tentang markas Colnago itu.
"Total karyawan di sini 35 orang. Sepuluh di bagian produksi, sepuluh di paint shop (pengecatan, Red), sisanya di kantor ini. Desain, administrasi, sales, dan lain-lain," ungkapnya.
Hanya sepuluh di tempat produksi? Penjelasan lebih detailnya diberikan langsung oleh Ernesto Colnago.
Alangkah bahagianya kami ketika mengetahui bahwa Ernesto Colnago sedang ada di Cambiano. Colosio lantas menunjuk ke salah satu jendela. "Lihat, dia sedang berjalan ke sini," ujarnya.
Ternyata, Colnago tinggal di seberang jalan kantornya sendiri. Malahan, di sekeliling rumah itulah tempat tim produksi bekerja. Semua dalam satu lingkungan.
Tidak lama, kami diajak ke ruang kerja Ernesto Colnago. Dia sama sekali tidak terlihat sudah berusia 80 tahun. Sangat energik, bergerak begitu cepat, dan tampak begitu bersemangat.
Diminta duduk, Colnago langsung mengambil sebuah buku, menuliskan nama saya, lalu membubuhkan pesan dan tanda tangan. Itu buku biografinya. "Anda berbahasa Mandarin" Ada buku saya yang berbahasa Mandarin," katanya lantas mengambil sebuah buku tebal bersampul emas.
Saya hanya bisa bilang tidak perlu dan terima kasih, karena memang hanya mengerti sedikit-sedikit Mandarin. Ernesto Colnago lantas duduk di belakang mejanya. Di tembok di sampingnya, terpampang banyak lagi fotonya bersama mobil atau jajaran penggawa Ferrari.
Dengan semangat, dia menjawab pertanyaan atau memberikan penjelasan. Dalam bahasa Italia, dibantu Colosio sebagai penerjemah.
Pertanyaan saya yang utama adalah: Di usia seperti ini, apa rencana Colnago untuk jauh ke depan? "Maksudnya setelah saya tidak ada lagi?" tanya dia balik.
Dia lantas bercerita bagaimana brand Colnago tersebut berkembang. Setelah puluhan tahun jadi mekanik, Colnago memastikan brand-nya berkembang secara perlahan tapi pasti. Dia tidak mau melonjak terlalu cepat atau terjadi fluktuasi. Itu, ucap dia, bisa membantu membuat Colnago jauh lebih sustainable ke depan.
Termasuk ketika kelak dia tidak ada lagi. Saat ini, dia sedang mengader cucunya, Alessandro, untuk menjadi penerus.
"Sekarang kami memproduksi sekitar 20 ribu sepeda per tahun. Saya tidak mau lebih dari itu," ungkapnya.
Alasannya, dan ini berkali-kali dia tegaskan, adalah kualitas. Dengan lincah, Colnago lantas bergerak mengambil beberapa contoh potongan frame dari bahan karbon. Yang satu punya Colnago, yang lain dari produsen lain.
Dia meminta saya melihat bagian luar dan dalamnya. Kalau Colnago, bagian luar dan dalam diperlakukan sama, harus jadi sebaik mungkin, dan diberi treatment agar terlihat sebaik mungkin. Karbon lain, bagian dalamnya terlihat kasar.
Pada tubing (tabung) frame Colnago, lantas ditunjukkan adanya dinding penguat tipis di tengah-tengah. Lumayan mengerti ribetnya membuat potongan karbon, saya kagum melihat itu. Bagaimana cara membuat dan memasang dinding karbon tersebut? "Ya itulah teknologi Colnago," celetuk Colosio.
Memang, tidak semua frame Colnago dibuat di Cambiano. Sekali lagi, hanya sekitar sepuluh orang yang bekerja di workshop di sana, plus sepuluh lagi di pengecatan. Beberapa model yang levelnya lebih rendah kini sudah dibuat di Taiwan, lalu dirakit atau finishing di Cambiano. Yang level lebih rendah sudah ada yang sepenuhnya dibuat di Taiwan.
Soal itu, Colnago secara publik sudah berkali-kali bilang bahwa esensinya adalah di desain, dan itu semua dilakukan di Cambiano. Sayang, kami tak bisa terlalu lama di Cambiano, harus segera ke Sirkuit Monza untuk meliput Grand Prix Italia. Ernesto Colnago bilang dia juga akan menyempatkan mampir ke Monza, Sabtu saat kualifikasi.
Tapi, bagi kami, bisa bertemu sang legenda sepeda saja sudah lebih dari luar biasa. Apalagi bisa ngobrol dan berdiskusi dengannya.
Sebelum meninggalkan museum, kami sempat diminta menandatangani buku pengunjung, dan meninggalkan pesan di dalamnya.
Saya menulis perasaan saya ketika berada di tempat itu: "Awestruck by greatness." Artinya kurang lebih: "Terkejut kagum dengan keluarbiasaan." (habis)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terganggu Panas Minyak
Redaktur : Tim Redaksi