Kelola UMKM di Lima Negara Ini, Modalku Dapat Pendanaan Series C+ Rp 4 Triliun

Senin, 21 Februari 2022 – 23:41 WIB
CO Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya (kiri) dalam acara talk show secara daring yang diselenggarakan QuBisa yang dipandu oleh CEO QuBisa Suwardi L. pada Senin (21/2). Foto: tangkapan layar Zoom Meeting

jpnn.com, JAKARTA - Modalku adalah platform digital yang fokus pada pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Asia Tenggara.

Hingga saat ini, platform tersebut berkembang pesat dari pertama kali launching pada 2015.

BACA JUGA: Modalku Luncurkan Aplikasi demi Permudah Pinjaman

CO Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan, hingga 2022, platform Modalku sudah ada di beberapa negara Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Vietnam.

"Kami juga sangat bangga karena sudah memberikan lebih dari 5 juta pinjaman kepada UMKM di Asia Tenggara," ungkap Reynold pada talk show secara daring yang diselenggarakan QuBisa, Senin (21/2).

BACA JUGA: Kolaborasi Modalku dan Sinarmas Mudahkan Pelaku UKM

Pada pekan lalu, platform Modalku mendapatkan suntikan pendanaan Series C+ sebesar Rp 4 triliun.

"Total sebenarnya adalah Rp 4 triliun. Rp 2 triliun kami pakai buat ekspansi, sedangkan Rp 2 triliun lagi buat pengembangan UMKM di Asia Tenggara," papar Reynold.

BACA JUGA: Beri Kemudahan Bagi Pemberi Pinjaman, Modalku Luncurkan Mobile App

Terkait perusahaan finansial yang pertumbuhannya sangat cepat tersebut, Reynold mengakui, hal ini tidak terlepas dari peran UMKM yang menjadi tulang punggung dalam perekonomian negara- negara berkembang.

''Pertanyaan pertama bagi UMKM yang mau meminjam dana adalah bagaimana agunannya. Namun, jika suatu bisnis dari awal tidak pernah berkembang, bagaimana entitas bisnis itu memiliki agunan," ungkap Reynold.

Untuk memutuskan lingkaran setan tersebut, dia bersama perusahaannya menentukan UMKM mana yang bisa diberdayakan tanpa menggunakan agunan melalui analisis big data dan machine learning.

''Yang terpenting, untuk mendapatkan dana di Modalku adalah kalian punya cash flow. Misalnya, bisnis warung. Kami bisa memprediksi pertumbuhan warung tersebut untuk 4 sampai 5 bulan ke depan dengan melihat cash flow," ujar Reynold.

Dia mengenang ide awal mendirikan star-up tersebut bermula saat berkuliah di Universitas Harvard bersama temannya.

"Awalnya, waktu kuliah di Universitas Harvard, jarang orang Asia Tenggara yang kuliah di sana. Salah satunya, cuma ada saya dan Kelvin. Karena sama-sama orang Asia tenggara, kami jadi dekat. Kemudian, munculah ide-ide," ucap Reynold.

Menurut dia, masalah utama finansial di Asia Tenggara adalah akses, apalagi untuk UMKM. (mcr18/jpnn)


Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Mercurius Thomos Mone, Tarmizi Hamdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler