Kelompok Beji Siapkan Serangan ke Penjara

Senin, 10 September 2012 – 06:04 WIB
PENGAMANAN BOM DEPOK :Petugas keamanan dari kesatuan Brimob mengamankan dan olah TKP rumah yang berada di Jalan Nusantara 63, Depok tempat terjadinya ledakan Bom, Sabtu malam, mulai di strerilkan tim Kepolisian, Minggu (9 Sept 2012) di Depok, Jawa Barat. Foto: Ridlwan/JAWA POS
JAKARTA - Tidak butuh waktu lama bagi aparat untuk mengendus adanya keterkaitan antara ledakan bom di Jalan Nusantara, Beji, Depok dengan pelaku teror solo. Meski belum berani menyimpulkan keterkaitan itu, Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) mengurai berbagai kemiripan. Keyakinannya satu, mereka berasal dari kelompok sama.

Kemiripan itu disampaikan oleh Kepala BNPT Ansyaad Mbai di kantor Kemenkopolhukam kemarin. Dia menyebut kalau pistol yang ditemukan di Yayasan Yatim Piatu Pondok Widara sama dengan milik pelaku teror Solo.   "Sama dengan milik Farhan saat baku tembak di Solo,"  ujarnya.

Pistol yang dimaksud Ansyaad adalah Beretta yang memiliki kaliber 9 mm. Pistol buatan Fabbrica d'Armi Pietro Beretta, Italia itu sebelumnya dimiliki Farhan. Nah, dari milik Farhan diketahui kalau senjata yang memiliki effective range tembakan 50 meter itu berasal dari Filipina.

Sebab, dari pistol yang dimiliki Farhan terdapat ukiran yang menyebut kalau pistol itu bagian dari propeti Philipines National Police (PNP). Senjata itu juga yang membuat Bripda Suherman, anggota Densus 88 Antiteror Mabes Polri tewas saat baku tembak di dekat perbelanjaan Lottemart di Jalan Veteran, Solo pada 31 Agustus lalu. 

"Kita tidak membicarakan analisis dulu, namun faktanya memang senjata yang ditemukan sama," imbuhnya. Dia hanya melempar petunjuk itu saat ditanya apakah ada kaitan antara terduga teroris Depok dengan Solo. Dia memastikan bakal langsung menyampaikan ke publik kalau sudah ada kesimpulan akhir.

Polisi sendiri saat melakukan olah TKP di pondok yatim itu menemukan berbagai benda berbahaya, Mulai dari senjata api jenis beretta lengkap dengan 17 peluru, dua pistol tipe lainnya, tiga granak aktif, dan bahan peledak. Untuk bahan peledak, ada fakta tersendiri yang disampaikan Ansyaad. 

"Dilihat dari bahan bakunya, sama dengan yang digunakan oleh pelaku terror saat ini,"  jelasnya. Disamping itu, kalau bahan-bahan tersebut diracik dengan tepat bisa menimbulkan daya ledak yang kuat alias high explosive. Dia menganggukan kepala saat para wartawan menyebut bom tersebut setipikal dengan ledakan di J.W Marriot beberapa waktu lalu.

Meski demikian, lagi-lagi Ansyaad tidak berani menyebut apakah itu berarti ilmu yang didapat pelaku di Depok sama dengan pelaku teror sebelumnya. Dia hanya menegaskan kalau masih banyak hal yang harus diselidiki. Salah satu pintu masuknya adalah ditemukannya sebuah surat wasiat.

Memang, menjadi lagu lama ketika ada penggerebekan terduga teroris selalu ditemukan semacam wasiat. Sama seperti yang ada di panti, ditemukan surat yang ditujukan pada ibu, istri dan anaknya. Disebutkan kalau terduga teroris yang enggan disebutkan oleh Ansyaad itu sedang mencari ridho Allah ke surga.

"Surat ditemukan di rumah, saat ini masih dipelajari oleh Polisi,"   urainya. Menurut Kapolri Jenderal Timur Pradopo, surat wasiat tersebut masih diperiksa di laboratorium. Dia juga enggan memberi tahu atas nama siapakah surat tersebut ditulis. Begitu juga dengan kondisinya saat ini, apakah rusak atau utuh.

Dia meminta agar semua pihak tidak terburu-buru mengaitkan antara ledakan di Depok dengan terorisme. Dia menjanjikan kalau Korps Bhayangkara bakal bergerak cepat untuk memberi kesimpulan itu. Saat ini diakuinya polisi sedang menganalisa pergerakan dari terduga teroris di Tambora dan Depok.

"Sekali lagi, fakta itu memang ada. Tetapi kaitan dengan ini masih pendalaman,"  katanya. Dia juga memastikan kalau sampai sekarang belum ada yang bisa dijadikan tersangka. Begitu juga dengan kepastian kapan surat wasiat tersebut usai diperiksa di laboratorium forensik.

Sementara itu, Menkopolhukam Djoko Suyanto mengakui kalau ada banyak kesamaan antara Depok dan Solo. Namun, dia meminta agar tidak buru-buru disimpulkan kalau keduanya berkaitan. Begitu juga dengan temuan bahan peledak di Tambora seminggu lalu.  "Tim yang terdiri dari Polri, Densus, BNPT masih bekerja,"   tegasnya.

Disamping itu, dia juga meminta kepada semua pihak untuk tidak mengaitkan antara kejadian teror akhir-akhir ini identika dengan satu agama. Apalagi, sampai menyebut kalau masjid dekat dengan kegiatan teror.  " Kami tidak pernah mengaitkan dengan aliran dan agama apapun. Kalau kelompok iya,"  ucapnya.    

Disamping itu, dia juga memastikan kalau tim sedang mencari tahu dimana sebenarnya target peladakan itu. Keyakinannya saat ini, bom yang meledak di Beji, Depok adalah ketidaksengajaan. Entah kesalahan apa yang membuat bom tersebut akhirnya meledak terlebih dahulu.

Djoko yakin, kalau Depok hanya menjadi lokasi untuk mempersiapkan aksi teror. Kecil kemungkinan aksi dilakukan di Depok karena Beji merupakan tempatnya kecil.   Biasanya, yang menjadi target adalah tempat ramai dan menjadi perhatian orang banyak. "Itu bukan lokasi tujuan karena banyak ditemukan bahan pembuat bom,"   urainya.

Seperti diketahui, ledakan terjadi pada Sabtu (8/9) malam pada pukul 21.50 di Jalan Kecipir, Beji, Depok. Ledakan terjadi di bangunan yang dijadikan kantor Yayasan Yatim Piatu Pondok Widara. Akibat ledakan tersebut, tiga orang mengalami luka-luka. Satu orang kondisinya sangat parah dan diduga tangannya sampai putus. Korban yang diduga pemilik bom tersebut langsung dilarikan ke RS Polri di Kramat Jati, Jakarta Timur. "Rambutnya terlihat gondrong dan wajahnya gosong. Dia luka berat," kata Kabid Pelayanan Dokpol RS Polri Kombes Pol Ibnu Hajar kemarin (9/9).

Di bagian lain, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, pihaknya masih sedang mencari tahu identitas yang bersangkutan. Diduga dia adalah Thorik, buruan polisi terkait meletupnya bahan peledak di rumahnya di Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat.  "Ada dua orang lagi yang jadi korban. Tapi kami masih memburu mereka. Mereka kabur sesaat sebelum ledakan terjadi,"  katanya.

Boy menambahkan, kantor yayasan yatim piatu tersebut diduga sebagai kedok penyimpanan bahan-bahan pembuat bom dan senjata api. Dari penggeledahan Densus, ditemukan tiga granat, lima baterai 9 volt, enam switching dalam rangkaian, manual kit, laras, magazin, black powder, potasium 7 kilogram, satu detonator elektrik, kabel serabut dan tunggal, serta paralon ukuran 11/4 inci sebanyak 6 buah yang sudah terisi.

Selain itu, Densus juga menemukan dua senjata api laras pinggang dan satu pistol Baretta. Boy mengklaim bahwa kantor tersebut sudah masuk dalam pemantauan pihaknya. Namun, barang-barang peledak itu baru masuk ke rumah tersebut pada Jumat (7/9) malam, atau sehari sebelum kejadian.

Namun, dugaan sementara bahwa Thorik adalah lelaki yang terkena ledakan bisa jadi terpatahkan. Sebab, tadi malam seseorang bernama Thorik menyerahkan diri ke pos polisi di Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat. "Memang dia mengaku bernama Thorik. Tapi kami tidak bisa lantas percaya karena masih harus kami periksa," katanya.

Di bagian lain, konsentrasi penyidik Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri benar-benar sedang diuji. Belum juga tuntas  pengungkapan jaringan penyerang pos polisi Solo dan penemuan bahan peledak di Tambora, kini muncul lagi aksi teror di  Depok.  "September adalah peak season , bulan  ini dalam analisa intelijen menjadi bulan terawan untuk aksi teror di seluruh dunia,"  ujar Dr Andi Wijayanto, pengajar Program S2 Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia kemarin.

Menurut Andi, September dan dua bulan berikutnya bersejarah karena momentum serangan terhadap gedung WTC New York pada 9 September 2001.  "Untuk Indonesia, Oktober juga rawan karena momentum Bom Bali 1," katanya.

Secara terpisah,  seorang analis di lingkungan anti teror Mabes Polri menjelaskan, bom meledak  karena tergesa-gesa membawa.  "Diduga kuat terjatuh dan  terpantik sehingga memicu ledakan,"  katanya  di  sela-sela olah TKP di Beji, Depok Jawa Barat kemarin.

Kasus bom meledak tak sengaja pernah terjadi pada 21 Maret 2004. Saat itu sembilan orang berlatih meracik bom di rumah kontrakan jalan bakti, Sukamaju, Cimanggis Depok . Pimpinan kelompok ini Aman Abdurahman divonis penjara dan ditahan di rutan Cirebon. Pada 2008 Amman bebas. Dia ditangkap lagi Maret 2010 dan divonis karena terlibat pelatihan ala militer di Jalin Jantho Aceh.  Apakah ada kaitan kelompok ini  dengan Amman?  "Masih kita dalami,"  jawabnya.

Yang cukup mengejutkan, ditemukan peta  lokasi sel blok kasus terorisme di LP Cipinang di rumah itu.  "Apakah motif mereka ingin menyerang penjara untuk membebaskan tahanan inilah yang jadi dasar kita melakukan penelusuran,"  katanya.

Kemarin, penyidik juga mendatangi LP Cipinang untuk meminta keterangan beberapa orang narapidana  terkait identitas pelaku dan kelompok ini.  "Kalau bom itu  dipakai untuk menyerang Cipinang, jebol tembok penjaranya,"  katanya.

Salah seorang tetangga rumah tkp, Ibu Mahfud menjelaskan rumah itu baru dikontrak sejak dua bulan lalu. "Jarang ada orang, sesekali ada mobil datang, yang masuk badannya tegap tegap, rambutnya agak cepak,"  katanya saat berbincang dengan Kapolda Metro Jaya Irjen Untung S Radjab di lokasi.

Rumah Mahfud hanya 30 meter di depan tkp,  dibatasi jalan Nusantara, Depok.  Cik Lani, pemilik toko bangunan Mustika yang mendengar suara bom mengaku masih gemetar.  Lihat ni  mas, kaki saya masih gemetaran. Suara keras sekali, kaca kaca rumah goyang,  katanya. Toko Cik Lani terletak sekitar 30 meter di sebelah kiri rumah tkp.

Dia juga mengaku jarang melihat aktivitas di rumah yang ada spanduk  Yayasan yatim Piatu Pondok Bidara  itu.  "Saya tutup sore, sesekali kalau makan cari nasi goreng ada orang-orang yang datang sih, tapi pakai jaket hitam gitu, nggak jelas,"  katanya.

Dia mengaku bersyukur bom tidak meledak  di bawah gardu Sutet yang hanya berada 15 meter di depan TKP.  "Saya tidak bisa bayangkan kalau itu terjadi, pasti ada kebakaran besar,"  katanya.     

Wakapolres Depok AKBP Ahmad Mustafa Kamal juga mengamini kekhawatiran Lani itu.  "Tower SUTET ini sangat strategis untuk suplai Jakarta-Depok, kalau meledak, imbasnya memang bahaya sekali," kata Kamal yang kemarin malam paling cepat sampai TKP.      

Kamal menjelaskan, Polres Depok segera melakukan evaluasi di seluruh Polsek. "Kita akan tertibkan warga pendatang, termasuk rumah rumah kontrakan yang tidak jelas identitasnya,"  katanya.     

Terkait ledakan bom di Jalan Nusantara, Beji, Depok, Wakil Ketua Komisi III DPR Tjatur Sapto Edy mengingatkan supaya seluruh pimpinan lembaga, termasuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk tidak mengeluarkan pernyataan yang bisa meresahkan masyarakat. "Jauh lebih penting meningkatkan koordinasi intelijen untuk deteksi dini,"   kata politisi PAN, itu.    

Pihak kepolisian, lanjut Tjatur, khususnya Densus 88, tidak boleh sampai terpancing bertindak secara brutal. "Tetap lakukan penindakan sesuai koridor hukum dan keadilan,"   tegasnya.

Tjatur juga meminta upaya deradikalisasi dengan peningkatan pemahaman agama dan kemanusiaan terus dilakukan. Masyarakat juga bisa mengambil peran aktif dengan menghidupkan kembali siskamling (sistem keamanan keliling) dan sishankamrata (sistem pertahanan dan keamanan semesta).

"Pemerintah, pemda, pemuka agama, tokoh masyarakat harus hadir di tengah masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan deteksi dini,"   kata Tjatur. (dim/aga/rdl/pri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Terima Ucapan Ultah Dan Laporan Bom

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler