Sebuah kelompok Kristen di Australia melobi agar Undang-Undang Diskriminasi Disabilitas diubah sehingga mereka bisa mendiskriminasi orang-orang dengan penyakit kejiwaan, atas dasar orang-orang ini bisa mengganggu "kesucian" dari kebaktian gereja.
Kelompok FamilyVoice menyerukan adanya pengecualian agama di dalam Undang-Undang tersebut, dengan alasan hal itu mengganggu kebebasan beragama.
BACA JUGA: Perkosa Penumpang, Pengemudi Uber di Sydney Dipenjarakan 6 Tahun
Dalam sebuah pengajuan penyelidikan federal mengenai kebebasan berkeyakinan, kelompok FamilyVoice mengatakan bahwa seseorang dengan penyakit kejiwaan berpotensi mengganggu kebaktian gereja.
"Untuk alasan yang sangat bagus, sebuah agama mungkin tak ingin melibatkan orang yang memiliki penyakit kejiwaan dan menampilkan perilaku yang terganggu," sebut pengajuan itu.
BACA JUGA: Yuma Soerianto Coder Cilik Australia Ini Dari Indonesia
"Perilaku seperti itu akan memengaruhi kebaktian gereja, yang sifatnya suci.â
"Ketentuan sederhana untuk pengecualian dari tindakan itu harus ditambahkan terhadap orang-orang ... yang kondisi kesadarannya tak memungkinkan mereka untuk patuh.
BACA JUGA: Seniman dan Aktivis Australia Terima Penghargaan Queenâs Birthday
Perilaku problematik jadi masalahnyaDirektur nasional kelompok FamilyVoice, Ashley Saunders, "sangat menolak" sebutan bahwa kelompoknya tak ingin mendukung orang-orang dengan penyakit kejiwaan atau disabilitas.
"Pengajuan kami tak menyebut bahwa kami harus mampu mendiskriminasi begitu saja dalam bidang disabilitas mental," kata Pendeta Saunders.
"Dalam beberapa keadaan, kondisinya tepat untuk membedakan secara benar apakah orang tersebut terlibat dalam perilaku terganggu yang bertentangan dengan kepentingan terbaik organisasi,â jelasnya.
"Pengajuan itu tak mengatakan bahwa kami tak ingin orang-orang dengan perilaku terganggu menjadi bagian dari gereja,â imbuh Pendeta Saunders.
Ia menyebut, "Apa yang kami katakan adalah bahwa organisasi gereja harus bisa membuat keputusan tentang perekrutan orang yang memimpin kebaktian ini, sangat tepat bahwa orang-orang yang memenuhi peran tersebut bukanlah orang yang memiliki perilaku terganggu."
Dalam sebuah pernyataan sebelumnya, Pendeta Saunders mengatakan "kami sama sekali tak memiliki keinginan untuk menyingkirkan penyandang disabilitas" dan "pengajuan usulan kami menyampaikan kekhawatiran atas perilaku bermasalah, bukannya status disabilitas".
"Kami berpendapat bahwa hal yang paling tak membantu jika organisasi keagamaan tak memiliki pilihan selain melibatkan seseorang yang (misalnya) berjuang dengan dorongan tak terkendali untuk mengucapkan kata-kata kotor dengan keras atau frase seksual secara eksplisit dalam peran publik, yang akan mengecewakan layanan kebaktian keluarga, " tuturnya.
Ia berujar, "Saya segera menunjukkan bahwa anggota staf kami memiliki hubungan yang sangat panjang dan positif dengan orang-orang yang memiliki tantangan kesehatan mental yang cukup serius."Stereotip berbahaya isolasi penyandang disabilitas mental
Kelly Vincent dari Partai Dignity Australia Selatan mengatakan bahwa pengajuan yang dilakukan kelompok tersebut "kejam" dan "munafik".
"Saya pikir ini bukan hanya masalah hukum yang sangat goyah, tapi juga sangat kejam dan tak peduli," kata Vincent.
"Ini menyiratkan stereotip yang sangat berbahaya bahwa semua orang dengan penyakit kejiwaan yang menunjukkan perilaku ini, sungguh berbahaya atau berkeinginan untuk mengganggu kebaktian.â
"Semua orang tahu bahwa Yesus dipandang sebagai kawan bagi kaum yang kurang beruntung dan pelindung orang-orang yang kurang mampu, jadi saya pikir ini adalah langkah yang sangat kejam dan munafik,â sebut Vincent.
"Jika Anda mengisolasi seseorang, terutama dengan penyakit jiwa, dari mengikuti kebaktian dan berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat seperti gereja atau ibadah, Anda hanya akan menggabungkan perasaan terisolasi dan negatif yang bisa menyebabkan penyakit jiwa lebih lanjut," pendapatnya.
Ia mengatakan, orang-orang itu membutuhkan dukungan.
"Sebagian besar orang dengan tantangan kesehatan mental bisa menjalani kehidupan yang sangat produktif dan damai, terutama jika kita memiliki dukungan yang tepat di sekitar kita, dan bagi beberapa orang, itu mungkin termasuk kebaktian gereja," tuturnya.
Vincent mengatakan bahwa tidak mempekerjakan orang karena mereka memiliki penyakit jiwa bisa menyebabkan absennya "orang-orang terbaik", yang berhasil melewati masa sulit, untuk mengajar pelajaran berharga dalam hidup.
"Selama mereka bisa melakukan pekerjaan, siapa yang lebih baik melakukannya daripada seseorang yang pernah mengalami masa-masa sulit itu?" tanyanya.Perubahan jenis kelamin dianggap delusional
FamilyVoice, yang merupakan organisasi Kristen Australia yang berbasis di Adelaide, juga menginginkan Undang-Undang Diskriminasi Seks diubah, dengan menyatakan bahwa UU itu, sesuai dengan pemahaman mereka, secara langsung bertentangan dengan nilai-nilai moral iman Kristen.
Undang-undang Diskriminasi Seks melarang diskriminasi terhadap orang-orang berdasarkan orientasi seksual, identitas gender dan status hubungan.
FamilyVoice menyebut hal itu "sangat kontroversial", dan dalam pengajuan mereka juga menyebut bahwa perubahan jenis kelamin sungguh "delusional".
"Kenyataannya adalah bahwa 'perubahan jenis kelamin' adalah sebuah mitos. Baik pengobatan hormon maupun operasi sebenarnya tak bisa mengubah jenis kelamin seseorang," sebut pengajuan tersebut.
Konflik mengenai undang-undang anti-diskriminasi "hampir tak terelakkan", menurut pengajuan kelompok tersebut.
"Efek dari Undang-Undang tersebut adalah memberdayakan mereka yang mendukung satu sistem nilai untuk menerapkan kepercayaan mereka pada keyakinan yang bertentangan."
"Jauh dari membina keharmonisan sosial, UU tersebut cenderung memperburuk perpecahan sosial."
Akun media sosial kelompok tersebut menunjukkan bahwa FamilyVoice mengambil sikap menentang terhadap pernikahan sesama jenis, transgender, aborsi, euthanasia (suntik mati) dan kamar mandi unisex.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
Diterbitkan: 18:55 WIB 13/06/2017 oleh Nurina Savitri.
Lihat Artikelnya di Australia Plus
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pria di WA Selamat Setelah Dihempaskan dari Papan Selancar oleh Hiu