Sekitar seribuan orang berunjuk rasa menolak pembangunan masjid di Bendigo pekan lalu. Namun belakangan diketahui massa pengunjuk rasa itu sebagian besar bukan warga lokal. Para pengunjuk rasa ini ternyata sengaja datang ke Kota Bendigo di Victoria untuk ikut serta dalam unjuk rasa tersebut, sebagian dari mereka bahkan ada yang berasal dari Sydney, Queensland dan Adelaide. Para pengunjuk rasa ini diorganisir oleh kelompok nasionalis yang menamakan diri United Patriots Front (UPF). Kelompok ini telah terbentuk selama enam bulan, dan umumnya melalui sosial media, dan sekarang ini telah berkembang menjadi organisasi anti Islam yang berkembang cepat di Australia. Kelompok ini mengklaim memiliki pendukung berjumlah sekitar 5000 orang. Pemimpin nasional UPF, Shermon Burgess, mantan dewan pekerja dari the Blue Mountains, membentuk kelompok ini ketika dia dia terpecah dari gerakan Reclaim Australia awal tahun ini. Kelompok ini mengklaim melawan Islam radikal dan hukum Islam, tapi menegaskan bukan kelompok rasis. Dalam unjuk rasa di Bendigo lalu, sangat jelas terlihat kalau aksi UPF ini berhasil menarik simpati dan dukungan dari kelompok ekstrim kanan. Program 7.30 ABC mewawancarai sejumlah anggota dari kelompok anti imigran ekstrim, kelompok Right-Wing Resistance, yang sengaja datang dari negara bagian lain di Australia untuk mendukung aksi memprotes pembangunan mesjid. Julie Hoskin, yang mengoperasikan kelompok penentang pembangunan mesjid di Bendigo ini merasa tersanjung dengan kesediaan berbagai kelompok ini untuk mendukung isu lokal di wilayah mereka. "UPF tidak ada kaitan apa-apa dengan kelompok kami, kami tetap otonom dan fokus pada rencana kami dan masalah hukum," "[Tapi] mereka memang memiliki pendukung yang banyak dan mereka juga menyediakan wadah bagi orang untuk mengemukakan pendapatnya dan didengar." Meskidemikianm beberapa dari pemimpin UPF dikenal sebagai tokoh kontroversial. Salah satu pemimpin UPF di Victoria, Neil Erikson, misalnya terdakwa kasus pelecehan Rabbi Melbourne David Gutnick tahun lalu setelah dia melakukan sejumlah ancaman tipuan melalui telepon kepada sang Rabbi. Burgess merupakan anggota grup band metal, Eureka Brigade, yang menulis lagu anti-Muslim bernada kekerasan Patroli Perbatasan, lirik lagu itu menganjurkan pembakaran masjid, dan menyebut kerusuhan di Cronulla sebagai "holocaust Muslim Australia". Awal bulan ini, pemimpin lain UPF Victoria, Blair Cottrell, melanjutkan aksi stunts kontroversial yakni melakukan rekaman pemenggalan palsu di depan kantor Dewan Kota Bendigo. Namun Pejabat sementara Wakil Kepolisian Victoria, Komisaris Kevin Casey menepis besarnya pengaruh UPF dan berkembangnya sentimen anti muslim. "Saya lihat UPF hanya sebagai kelompok badut yang berusaha mendapatkan perhatian dimanapun mereka berada dan menciptakan kegaduhan atau ketakutan di masyarakat,' kata wakil Komisaris Casey. "Tapi mereka hanyalah kelompok badut kecil, meski demikian kami serius menindak mereka karena tugas utama kami adalah menjaga kedamaian dan ketertiban," "Kami mendorong masyarakat untuk menjaga keamanan," Pemimpin muslim Victoria juga menepis klaim kalau UPF dan kelompok serupa lainnya memiliki pengaruh yang besar. "Kehadiran mereka di internet tampaknya memang cukup tajam dan merajalela, banyak hal menjijikkan yang terjadi diinternet bahkan mereka juga membahas hasutan kekerasan dan komentar rasis yang mengerikan," kata Kuranda SayIt, dari Dewan Islam Victoria. "Bagian dari itu memang tampaknya akan semakin besar. Tapi Saya sangat yakin bahwa pengaruh sangat kecil pada masyarakat Australia dan pada suatu titik mereka akan mereda dengan sendirinya," Namun pengaruh bukan satu-satunya pesan yang disuarakan oleh UPF dan Kelompok Anti-Islam. Bulan lalu dalam akun Facebooknya, Burgess mengatakan UPF tengah melakukan perekrutan kandidat politik di lapangan untuk ikut berlaga dalam pemilu mendatang. Tampaknya tengah berkembang kerjasama antara kelompok anti Islam. Ketua Partai Rise Up Australia, Danny Nalliah misalnya ikut berorasi dalam aksi unjuk rasa di Bendigo pekan lalu. Wakil Presiden partai Rise Up Australia, Rosalie Crestani, mengaku memang ada hubungan komunikasi rutin diantara kelompok-kelompok sayap kanan yang saling mencari dukungan untuk masuk ke parlemen. "Kami semua mengesampingkan isu itu, kami belum mencapai kesepakatan untuk mengatakan kalau kami memang memiliki dasar tujuan yang sama dan kami akan mendapatkan kandidat untuk duduk di parlemen," katanya. "Kami akan bersatu dan kita lihat saja apa yang bisa kita lakukan nantinya,"
BACA JUGA: Murid yang Absen Sakit Desak Mekanisme Resmi Bantu Ketertinggalan Akademis
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah NSW Bahas Radikalisasi dengan Pemimpin Komunitas Muslim