BENARKAH preman yang kondang disebut kelompok NTT telah menguasai keamanan kafe-kafe di Kota Gudeg? Untuk menjawab pertanyaan ini, jpnn.com berhasil mewawancarai seorang sumber asal Jokteng (Pojok Benteng) Jogja yang tidak mau namanya ditulis.
"Hehehe.. Siapa bilang kelompok NTT kuasai (dunia malam) Jogja? Itu keliru. Begini, banyak juga yang sudah taubat. Tapi yang lain mereka lebih cenderung pada pergolakan yang tenang," katanya, Minggu (24/3) malam.
Menurut dia, salah satu dari empat preman yang tewas ditembak gerombolan bersenjata di Lapas Cebongan memang bekas anggota polisi."Yang kemarin itu salah satunya mantan polisi karena kasus narkoba. Setelah keluar penjara, dia bekerja sebagai keamanan di Hugo"s Cafe," katanya.
Pria yang suka mengenakan jaket kulit ini kemudian menerangkan bahwa kelompok NTT tidak pernah menguasai keamanan kafe-kafe di Kota Pelajar itu. Yang benar menurut dia, mereka hanyalah kelompok-kelompok kecil yang ikut dengan preman-preman tua. Kemudian dikasih tugas menjaga keamanan kafe.
Kelompok yang berasal dari orang-orang NTT ini juga terbilang nakal dan kerap melakukan penyerangan ke sejumlah kafe yang ada di pinggiran kota Jogja, seperti di kawasan Babarsari.
Pergerakan kelompok ini juga terbatas, yakni di luar kota Jogja meliputi Babarsari, Condong Catur hingga Jalan Solo setelah keluar perbatasan Kota Jogja. Namun mereka tidak akan berani masuk ke dalam kota yang dikuasai oleh gali-gali Jogja.
Kawasan Babarsari, yang hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari Hugo"s Cafe merupakan salah satu kawasan tempat tinggal (kost) pendatang dari kawasan timur. Nah, pendatang dari Indonesia Timur ini kemudian ikut dengan preman-preman lama dan sudah tua yang masih ada di kawasan Babarsari, yang lima tahun belakangan berkembang cukup pesat.
Dia juga mengatakan, bagi Gali-gali di Kota Jogja, Babarsari itu pinggiran, dan tidak banyak orang di sana. Tapi karena daerahnya maju pesat, muncul kelompok-kelompok kecil dari kafe-kafe di daerah yang tempat berdirinya sejumlah Universitas itu.
"NTT juga ada di sana, tapi mereka tidak menguasai, hanya ikut Gento-gento tua sebagai keamanan kafe," terangnya. Laki-laki yang kini menggeluti pekerjaan bidang jasa ini juga menyebutkan sejak dulu sampai sekarang, kota Jogja tidak pernah dikuasai oleh orang luar.
Karena wilayah yang menjadi pundi-pundi uang bagi gali di Jogja sampai kini masih tetap dikuasai gali asli Jogja, sehingga tidak pernah dimasuki orang NTT maupun dari daerah lain. Di antaranya kawasan itu adalah kota Jogja dan Jogja Selatan sampai ke Jalan Bantul dan Bantul Kota. Kemudian Sleman Kota.
"Mereka (kelompok NTT) tidak berani menyerang ke Sarkem (Pasar Kembang), itu kan uang semua di sana. Kemudian Malioboro, Beringharjo, Kotagede dan Jalan Solo dalam Kota," ungkapnya.
Ditambahkan pria yang juga disegani para Gali di Kota Jogja dan Jogja Selatan ini, tindakan yang dilakukan oleh kelompok NTT dengan melakukan pengeroyokan terhadap pasukan TNI hingga tewas bukanlah tindakan seorang Gali.
"Itu bukan Gali, yang namanya preman di Jogja itu dekat dengan Ijo (sebutan untuk Angkatan Darat) daripada Cokelat (sebutan polisi). Mereka hanya kelompok-kelompok kecil yang tidak tahu aturan, main keroyok," katanya.
Ditanya apakah dia tau siapa kelompok bersenjata yang menembak mati tahanan Cebongan? Sumber ini enggan menanggapi karena masalah itu menurutnya cukup sensitif.
"Itu masalah sensitif, dan rawan. Yang jelas malam sebelum penembakan, memang ada sweeping dari aparat terhadap orang-orang NTT di beberapa tempat Jogja," tambahnya.
Sumber lainnya menyebutkan, preman-preman yang disebut kelompok NTT memang dikasih lahan untuk menjaga cafe malam di Jogja. Tapi untuk di jalanan masih dikuasai gali-gali Jogja.
"Gali Jogja juga sudah banyak yang berevolusi. Misal memakai nama ormas, agama, kerjasama bank untuk hutang piutang, termasuk jasa keamanan," beber sumber satu ini.(Fat/jpnn)
"Hehehe.. Siapa bilang kelompok NTT kuasai (dunia malam) Jogja? Itu keliru. Begini, banyak juga yang sudah taubat. Tapi yang lain mereka lebih cenderung pada pergolakan yang tenang," katanya, Minggu (24/3) malam.
Menurut dia, salah satu dari empat preman yang tewas ditembak gerombolan bersenjata di Lapas Cebongan memang bekas anggota polisi."Yang kemarin itu salah satunya mantan polisi karena kasus narkoba. Setelah keluar penjara, dia bekerja sebagai keamanan di Hugo"s Cafe," katanya.
Pria yang suka mengenakan jaket kulit ini kemudian menerangkan bahwa kelompok NTT tidak pernah menguasai keamanan kafe-kafe di Kota Pelajar itu. Yang benar menurut dia, mereka hanyalah kelompok-kelompok kecil yang ikut dengan preman-preman tua. Kemudian dikasih tugas menjaga keamanan kafe.
Kelompok yang berasal dari orang-orang NTT ini juga terbilang nakal dan kerap melakukan penyerangan ke sejumlah kafe yang ada di pinggiran kota Jogja, seperti di kawasan Babarsari.
Pergerakan kelompok ini juga terbatas, yakni di luar kota Jogja meliputi Babarsari, Condong Catur hingga Jalan Solo setelah keluar perbatasan Kota Jogja. Namun mereka tidak akan berani masuk ke dalam kota yang dikuasai oleh gali-gali Jogja.
Kawasan Babarsari, yang hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari Hugo"s Cafe merupakan salah satu kawasan tempat tinggal (kost) pendatang dari kawasan timur. Nah, pendatang dari Indonesia Timur ini kemudian ikut dengan preman-preman lama dan sudah tua yang masih ada di kawasan Babarsari, yang lima tahun belakangan berkembang cukup pesat.
Dia juga mengatakan, bagi Gali-gali di Kota Jogja, Babarsari itu pinggiran, dan tidak banyak orang di sana. Tapi karena daerahnya maju pesat, muncul kelompok-kelompok kecil dari kafe-kafe di daerah yang tempat berdirinya sejumlah Universitas itu.
"NTT juga ada di sana, tapi mereka tidak menguasai, hanya ikut Gento-gento tua sebagai keamanan kafe," terangnya. Laki-laki yang kini menggeluti pekerjaan bidang jasa ini juga menyebutkan sejak dulu sampai sekarang, kota Jogja tidak pernah dikuasai oleh orang luar.
Karena wilayah yang menjadi pundi-pundi uang bagi gali di Jogja sampai kini masih tetap dikuasai gali asli Jogja, sehingga tidak pernah dimasuki orang NTT maupun dari daerah lain. Di antaranya kawasan itu adalah kota Jogja dan Jogja Selatan sampai ke Jalan Bantul dan Bantul Kota. Kemudian Sleman Kota.
"Mereka (kelompok NTT) tidak berani menyerang ke Sarkem (Pasar Kembang), itu kan uang semua di sana. Kemudian Malioboro, Beringharjo, Kotagede dan Jalan Solo dalam Kota," ungkapnya.
Ditambahkan pria yang juga disegani para Gali di Kota Jogja dan Jogja Selatan ini, tindakan yang dilakukan oleh kelompok NTT dengan melakukan pengeroyokan terhadap pasukan TNI hingga tewas bukanlah tindakan seorang Gali.
"Itu bukan Gali, yang namanya preman di Jogja itu dekat dengan Ijo (sebutan untuk Angkatan Darat) daripada Cokelat (sebutan polisi). Mereka hanya kelompok-kelompok kecil yang tidak tahu aturan, main keroyok," katanya.
Ditanya apakah dia tau siapa kelompok bersenjata yang menembak mati tahanan Cebongan? Sumber ini enggan menanggapi karena masalah itu menurutnya cukup sensitif.
"Itu masalah sensitif, dan rawan. Yang jelas malam sebelum penembakan, memang ada sweeping dari aparat terhadap orang-orang NTT di beberapa tempat Jogja," tambahnya.
Sumber lainnya menyebutkan, preman-preman yang disebut kelompok NTT memang dikasih lahan untuk menjaga cafe malam di Jogja. Tapi untuk di jalanan masih dikuasai gali-gali Jogja.
"Gali Jogja juga sudah banyak yang berevolusi. Misal memakai nama ormas, agama, kerjasama bank untuk hutang piutang, termasuk jasa keamanan," beber sumber satu ini.(Fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rakyat tidak Butuh Kudeta Tetapi Butuh Kesejahteraan
Redaktur : Tim Redaksi