jpnn.com, BOGOR - Meski wabah virus Corona (Covid-19) tengah merebak, Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BDLHK) Bogor bersama para penyuluh kehutanan, dan masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH), tetap bekerja secara produktif.
Mereka melakukan kegiatan tumpangsari yang memadukan tanaman kehutanan, tanaman MPTS, tanaman sela (sereh wangi), serta budidaya tanaman di bawah tegakan berupa jagung, kacang tanah, umbi-umbian, dan empon-empon.
BACA JUGA: Pupuk Bersubsidi Hanya untuk Petani yang Tergabung Kelompok Tani
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM (BP2SDM) KLHK Helmi Basalamah, dalam keterangan tertulis, Rabu (1/4) mengatakan selain menyelenggarakan pelatihan kepada aparatur dan non aparatur, BDLHK Bogor juga peduli terhadap masyarakat sekitar, melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat dalam pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Diklat Rumpin.
“Jadi mereka tetap bekerja produktif dengan tetap waspada mengikuti kebijakan dan arahan dari Pemerintah,” katanya.
BACA JUGA: P3A Bisa Jadi Unit Bisnis Sosial bagi Anggota Kelompok Tani
Kepedulian ini digambarkan dengan kegiatan pemberdayaan masyakat melalui pembentukan KTH mitra BDLHK Bogor yaitu KTH Babakan Setu beranggotakan 25 orang, KTH Lio Maju beranggotakan 24 orang, KTH Lebak Sawo beranggotakan 25 orang, dan KTH Barokah Hijau beranggotakan 45 orang. Keempat KTH ini didampingi 2 orang penyuluh kehutanan, dan 3 orang tenaga bakti rimbawan.
Hasil Menggembirakan
BACA JUGA: Buah Apa Bisa Memperkuat Imunitas Tubuh di Tengah Wabah Corona?
Terkait produktivitas masyarakat, Helmi menyampaikan ada hal yang menggembirakan pada masa tanggap darurat virus Covid-19 ini. Walaupun areal KHDTK yang dimanfaatkan tidak begitu luas, dan KTH baru berusia 1 tahun, tetapi sudah mampu menghasilkan atau panen kacang tanah sebanyak 8,5 ton, atau sekitar 4 - 4,5 ton/panen hasil 1 kali panen per 4 bulan.
“Kacang tanah dihargai pedagang sebesar Rp 8.000 – Rp 10.000/kg, sehingga dapat menghasilkan Rp 32 Jt – Rp 45 Jt per panen,” tutur Helmi.
Untuk sereh wangi, sudah ada perusahaan yang menampung dengan pola mitra, dimana bibit sereh disediakan perusahaan. Panen sereh wangi menghasilkan 6 ton atau sekitar 3-4,5 ton/panen (1 kali panen per 3 bulan) dengan harga jual Rp 500/kg menghasilkan Rp1,5 Jt - Rp2,25 Jt/panen.
Belum lagi hasil panen pisang, jagung, umbi-umbian, lalap-lalapan, kunyit, jahe, lengkuas, dan tanaman pangan lainnya, yang menjadi sumber sebagian nutrisi (karbohidrat, protein, vitamin dan mineral) keluarga petani, dalam memenuhi kebutuhan pangan, terutama selama wabah virus Covid-19.
“Dengan pelibatan masyarakat, pengelolaan Hutan Diklat Rumpin melalui konsep Leuweung Hejo Masyarakat Ngejo dapat terwujud. Hutan Diklat menjadi terjaga dari perusakan dan penyerobotan lahan,” pungkasnya.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich