jpnn.com, SEMARANG - Kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang diusung oleh Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian terbukti mampu membantu memenuhi kebutuhan pangan keluarga di tengah merebaknya wabah Covid 19 yang terjadi saat ini.
Kegiatan ini ternyata sangat dirasakan manfaatnya oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Wijaya Kusuma di Desa Celep Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah.
BACA JUGA: DPR Dorong Kementan Mempercepat Bantuan untuk Tenaga Kerja Pertanian
Ketua KWT Wijaya Kusuma, Asri Herawati mengungkapkan di tengah wabah yang sedang melanda saat ini, seluruh anggota sangat merasakan manfaat yang mereka dapatkan melalui kegiatan ini.
“Ini terasa sekali manfaatnya, ada wabah ini jadi kan kita gak berani pergi ke pasar, apa yang mau kita masak ini ada semua di pekarangan, tinggal petik sudah ada semua,” ujar wanita yang kerap dipanggil Hera ini.
BACA JUGA: Kementan Bantah Isu Kelangkaan Pupuk Bersubsidi
Di tengah pandemi ini, diakui Hera jika kegiatan tetap berjalan dengan pembagian tugas piket dan tetap berkomunikasi melalui grup online.
“Kalau dulu kita pertemuan rutin tiap bulan, tapi ketika ada wabah ini ya kita komunikasi tetap jalan di grup WA, saya tetap kasih semangat dan piket tiap hari 3 – 4 orang untuk siram dan rawat tanaman di demplot dan kebun bibit,” ungkapnya.
BACA JUGA: Pandemi Covid-19, Politeknik Kementan Gelar Sistem Belajar Jarak Jauh
Saat ini anggota KWT berjumlah 34 orang semakin giat menanam, terlebih untuk bibit sayuran sudah bisa didapat dari kebun bibit.
“Hasilnya itu cukup melimpah, selain buat kebutuhan sendiri sisanya itu bisa dijual, kita kumpulkan dulu di Bank Sayur terus dijual ke pasar itu rutin kita lakukan,” ujar Hera.
Bank sayur yang dikelola salah satu anggota itu mempunyai akses untuk menjual ke pasar, sehingga berapapun hasil panen anggota diterima dan dapat ditampung. Hasil penjualan pun disimpan dan ditabung di Bank Sayur dan dapat diambil setiap saat jika anggota membutuhkan.
Menurutnya penghematan pengeluaran untuk membeli sayur, dapat dialihkan untuk membeli lauk atau kebutuhan protein lainnya.
“Untuk penghematan masing-masing anggota itu sebulan bisa 300 ribu, hasil jual masing-masing anggota juga minimal 500rb sampai 1,2 juta per bulan, ada juga anggota yang sampai bisa berangkat umroh dari hasil tabungan penjualan sayurnya. Jadi makin semangat karena sudah liat ya hasilnya” ungkap Hera.
Komoditas sayur yang menjadi andalan KWT-nya adalah kemangi, selain itu ada juga cabe, terong, tomat, kangkung, bayam, pare dan timun.
Dia pun mengakui jika harga komoditas sayuran yang kerap fluktuatif tidak menyusutkan niatnya untuk selalu berkreasi membuat aneka olahan yang dapat meningkatkan nilai jual.
“Kemarin kan panen tomat banyak itu harga jualnya lagi murah, ya sudah kita coba olah saja buat kurma tomat, kulitnya dibuat korma lalu isinya dibuat sirup” ujarnya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi mengatakan, ketahanan pangan keluarga saat ini sangat penting di tengah merebaknya pandemi Covid-19.
“Situasi saat ini ada pembatasan gerak masyarakat untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19, keberadaan P2L ini menjadi sangat tepat karena masyarakat dapat memproduksi pangan dari pekarangan rumah mereka sendiri,” ujar Agung.
Lebih lanjut dijelaskan Agung, melalui pengembangan P2L selain dapat memenuhi kebutuhan pangan, juga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota.
“Dampak dari P2L ini dapat dirasakan oleh kelompok tani, membuat pasar sendiri khusus produk mereka di kecamatan, sehingga kelompok tani berdaya dan menghasilkan keuntungan, silakan masyarakat tumbuhkan, kita dorong sepenuhnya,” tambah Agung.
Sebagai informasi, P2L merupakan upaya penurunan daerah rentan rawan pangan dan mendukung penurunan prevalensi stunting yang menjadi salah satu program utama Kementan di bawah kepemimpinan Mentan Syahrul Yasin Limpo. Hingga saat ini P2L sudah memberdayakan sekitar 22 ribu kelompok wanita tani yang tersebar di seluruh Indonesia.(ikl/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi