Keluarga Diharapkan Bawa Foto Korban yang Tampak Giginya

Sabtu, 28 Oktober 2017 – 07:43 WIB
Kabiddokpol Pusdokkes RS Polri Kombes Pol Pramujoko menunjukkan foto salah satu korban kebakaran pabrik kembang api di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (27/10). FOTO: MIFTAHULHAYAT/JAWA POS

jpnn.com, JAKARTA - Hingga kemarin, Tim Disaster Victim Identification (DVI) RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur baru bisa mengidentifikasi 1 orang korban kebakaran pabrik petasan di Kosambi, Tangerang.

Hal ini karena tubuh korban rata-rata hangus dan tidak dapat dikenali lagi.

BACA JUGA: 7 Warga Tegal Korban Ledakan Pabrik Petasan, 3 Hilang

Korban yang berhasil diidentifikasi bernama Surnah, lahir di Tangerang 8 Mei 2003. Warga Kampung Selembaran, Desa Belimbing, Kecamatan Kosambim Tangerang Banten.

Gadis 14 tahun ini berhasil dikenali dari pencocokan gigi, keterangan medis, usia dan jenis kelamin, serta tinggi badan.

BACA JUGA: Satu Jenazah Korban Ledakan Pabrik Petasan Dipulangkan

"Meskipun korban sudah tidak ada tangan dan kaki, tapi kami berhasil identifikasi tinggi badan, lalu dicocokkan dengan data dari keluarga," kata Kombes Pol Pramujoko, ketua tim DVI.

Pramujoko mengatakan, bahwa rata-rata jenazah korban rusak parah. Identifikasi primer dari sidik jari dan pengenalan wajah gagal dilakukan karena rusak. Beberapa bahkan sudah hangus terpanggang.

BACA JUGA: Satu Jenazah Korban Pabrik Petasan Dipulangkan

Yang masih dapat diharapkan adalah identifikasi Gigi dan DNA. Kondisinya gigi rata-rata masih utuh meskipun rusak. 80 persen dalam kondisi bisa diperiksa.

Pramujoko meminta agar keluarga korban yang merasa kehilangan anggota keluarganya agar membawa foto-foto korban. "Terutama foto yang menunjukkan gigi," katanya.

Selain foto, bisa juga rekam medis terakhir pemeriksaan gigi. Jika keluarga tidak menyimpan, bisa diinformasikan dimana terakhir kali periksa, tim DVI akan membantu.

"Jika ada foto rontgen panorama gigi, itu bakal sangat membantu sekali," katanya.

Selain data primer, tim DVI juga butuh data-data sekunder dari keluarga korban, seperti identitas, dan keterangan menyangkut ciri-ciri pribadi korban. "Biasanya yang tahu orang terdekat, misalnya ada tumor di perut, atau pernah hamil," katanya.

Selain itu, juga informasi tentang aksesoris yang diketahui dipakai korban ketika bekerja. "Misalnya pakai cincin ataupun jam tangan," katanya.

Keluarga korban yang datang ke posko DVI memang membawa data-data tersebut. Wahidin, pria asal Lebaksiu, Tegal, Jawa Tengah ini membawa serta barang-barang milik sang adik, Muslimin (24) yang diketahui tengah bekerja di pabrik saat hari nahas itu. "Kami bawa ijazahnya, lalu barang-barang pribadi, seperti sikat gigi," katanya.

Wahidin menuturkan, ia dan beberapa orang anggota keluarga meluncur meunuju Tangerang begitu mendengar kabar kebakaran pabrik.

Mereka telah mencari di RS Sekitar Tangerang tempat warga sekamat dilarikan. "Baru dua minggu adik saya bekerja di pabrik itu," katanya.

Kadarisman, adik Muslimin menambahkan bahwa adiknya sudah tidak bisa dihubungi lagi sejak kejadian. Namun, ia dan keluarga masih menunggu kepastian apakah adiknya memang benar-benar tidak selamat.

Ketua tim Antem Mortem, Kombes Pol Sumirat menyatakan bahwa sikat gigi juga berguna. Bisa digunakan untuk mengenali DNA korban.

Sumirat menyatakan, hingga kini belum bisa dipastikan berapa jumlah korban tewas dalam insiden tersebut. Tim DVI memeriksa total 47 kantong mayat. "Masing-masing kantong bisa dua, lebih dari satu," katanya.

Sementara, laporan kehilangan dari keluarga mencapai 49 orang. Jumlah inipun, kata Sumirat belum bisa dijadikan acuan karena terkadang ada laporan ganda akan satu korban yang sama.

"Makanya laporan korban insiden kebakaran semacam ini biasanya lebih banyak dari jumlah sebenarnya," kata Sumirat. (tau/lyn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Seno Sempat Mimpikan Ibunya yang Jadi Korban Pabrik Petasan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler