Keluarga I Made Purnabawa, Korban Pembunuhan Sadis di Jembrana, Bali

Ajak Kakak Jalan-Jalan Terakhir ke Karangasem

Rabu, 22 Februari 2012 – 08:47 WIB
KENANGAN: Foto I Made Purnabawa bersama putri dan istrinya. Ketiganya menjadi korban pembunuhan yang diduga didalangi oleh sopir mereka. Foto: DOK RADAR BALI/JPNN

SETELAH tiga hari "hilang", I Made Purnabawa beserta istri dan anaknya ditemukan tak lagi bernyawa Senin lalu (20/2). Ketiganya menjadi korban pembunuhan yang diduga didalangi sopir mereka sendiri.
-----------------
YOYO R.-WIDIADNYANA, Bali
----------------
SUASANA duka menyelimuti keluarga I Made Purnabawa, 28, di Banjar Peminge, Kelurahan Benoa, Kuta Selatan, Bali. Sejumlah karangan bunga menghiasi rumah yang beralamat di Jalan Srikandi Nomor 44 itu. Salah satunya berasal dari Polda Bali.

"Tidak akan ada balasan yang setimpal. Kalau pelaku dihukum mati pun, belum setimpal," kata Wayan Ratna, 35, kakak kandung Made Purnabawa. Dia sangat sedih atas pembantaian tak berperikemanusiaan yang menimpa adik dan keluarganya itu. "Saya kesal, mangkel, sedih, campur aduk gak keruan," katanya kepada Radar Bali (Jawa Pos Group) kemarin.

Keluarga Purnabawa menghilang sejak Kamis sore (16/2). Saat itu salah seorang kerabat mencari Purnabawa ke rumahnya karena sudah beberapa hari terakhir kehilangan kontak. Sedangkan polisi melakukan olah TKP sehari kemudian. Teka-teki keberadaan Purnabawa beserta istri dan anaknya akhirnya terkuak. Ketiganya ditemukan menjadi mayat di sebuah tempat di Jembrana Senin lalu.

Mayat Purnabawa berada di atas jenazah istrinya, Ni Luh Ayu Sri Mahayoni, 27, yang terbungkus bedcover. Mayat mereka diletakkan di dalam sebuah kubangan tempat pembuangan air irigasi. Sedangkan mayat anak mereka, Ni Wayan Krisna Ayu Dewi, 8, ditemukan di jurang yang berjarak sekitar 10 meter dari tempat jenazah kedua orang tuanya.

Misteri tewasnya keluarga Purnabawa terkuak setelah kemarin polisi menangkap Heru Hendriyanto alias Een, 25, warga Desa Juglangan, Kecamatan Panji, Situbondo, Jawa Timur (Jatim). Ironisnya, Heru adalah sopir keluarga Purnabawa. Dia diduga sebagai otak pembunuhan sadis tersebut. Saat beraksi, Heru menyewa empat orang dengan kompensasi mobil Kijang Innova dan sepeda motor Jupiter MX milik korban.

Heru ditangkap sekitar pukul 10.00 di Dusun Moncel, Desa Juglangan, Panji, Situbondo, kemarin. Kala itu dia berkunjung ke rumah saudaranya. Heru ditangkap bersama dan istrinya, Ni Luh Putu Anita Supradewi, yang tak lain adalah sepupu istri Purnabawa.

Niat jahat Heru menghabisi nyawa keluarga Purnabawa dipicu sakit hati. Korban selalu mengatakan bahwa perkawinan Heru-Anita tak direstui keluarga. Heru lantas menyewa empat orang eksekutor untuk menghabisi nyawa Purnabawa, istri, dan anaknya.

"Eksekutor minta Rp 35 juta untuk jasa itu, namun Heru tak punya uang," ungkap sumber di lingkungan kepolisian. Karena tak memiliki cukup uang, Heru kemudian memberikan mobil Toyota Innova dan sepeda motor Jupiter MX.

Di mata Ratna, Purnabawa atau yang akrab disapa De Bawa adalah adik yang baik. Kehadiran Purnabawa selalu ditunggu para keponakan di rumah tuanya. Sudah setahun ini dia tinggal di Kampial Residence, Lingkungan Menesa, Kampial, Kelurahan Benoa. "Made (Purnabawa) itu benar-benar sejantung sama saya," tutur Ratna.

Purnabawa tidak mengenyam pendidikan terlalu tinggi. Dia hanya tamatan SMP Dwijendra, Nusa Dua. Setamat dari SMP, dia ogah melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Alasannya, ingin secepatnya mencari uang dan membantu orang tua.

Purnabawa menikah dengan Ayu sekitar sembilan tahun lalu. Keduanya lengket lantaran Ayu bekerja di jasa laundry dan ngekos di rumah Ketut Budiani, bibi Purnabawa. Ayu berasal dari Banyuning, Buleleng. Sejak enam tahun lalu, Ayu bekerja di Novotel sebagai terapis spa.

Ratna memiliki kenangan yang tak terlupakan sebelum Purnabawa sekeluarga ditemukan meninggal. Minggu pagi lalu (12/2) Purnabawa meneleponnya dan mengajak jalan-jalan. Purnabawa dan Ratna sekeluarga akhirnya melancong ke Karangasem.

"Minggu itu hari yang tidak dapat terlupakan. Isinya ceria saja. Kami semua tertawa. Yang namanya susah di hari itu nggak ada. Kami ke Gua Lawah dan Taman Ujung," jelas dia. Siapa sangka, itu adalah hari terakhir Ratna bisa berjalan-jalan bersama adiknya.

Kesedihan juga dirasakan Guru Kiyul, kakek Ni Luh Ayu Sri Mahayoni, istri Purnabawa. "Kami sekeluarga tidak menyangka bakal seperti itu. Cucu (Ayu) yang saya besarkan, hidupnya berakhir seperti itu," ujarnya.

Guru Kiyul menceritakan, perjalanan hidup Ayu memang cukup miris. Sampai saat ini, tidak ada kejelasan siapa sebenarnya ayah kandungnya. Sebab, ibu Ayu, Ni Ketut Resika, memang tidak menikah dengan ayah biologis Ayu. Bahkan, sejak duduk di bangku SD atau ketika ibunya menikah dengan ayah tirinya, Ayu berada dalam asuhan kakek dan neneknya.

"Dia itu anaknya polos, baik, dan tidak pendendam. Dia juga sayang keluarganya," ujar Made Santika, putra Guru Kiyul. Selain cukup sering pulang ke Banyuning, terutama saat rerahinan (hari raya), Ayu juga secara rutin menghubungi kakeknya. Kalau sang kakek sakit, Ayu selalu mengirimkan obat.

"Di antara keluarga di sini, dia memang paling dekat dengan kakeknya. Apalagi, sejak dia SD, ibunya menikah lagi. Jadi, kakeknya itu yang selalu mengasuhnya," imbuh Santika.

Ayu kali terakhir pulang ke Banyuning pada 5 November lalu. Saat itu dia ditemani anaknya, Putu Anita, dan iparnya. Saat itu suaminya tidak bisa ikut.

"Firasat sih tidak ada. Cuma, waktu itu kami cukup lama mengobrol. Saya tanya bagaimana keluarganya. Dia bilang baik-baik saja. Saat itu dia juga lebih banyak bertanya. Intinya, meminta saya untuk lebih memperhatikan kesehatan karena dia tahu saya ini mulai sakit-sakitan," tutur Guru Kiyul.

Setelah menyelesaikan pendidikan di SMKN 1 Singaraja, Ayu mengadu nasib ke Denpasar. Saat itulah dia berkenalan dengan Purnabawa yang akhirnya menjadi suaminya. "Dia kenal sama suaminya waktu bekerja di Denpasar. Tahu-tahunya pulang sudah bilang mau menikah. Mungkin karena sudah jodohnya, dia menikah dan perginya (meninggal) pun sama-sama suaminya," kata Guru Kiyul.

Sejumlah tetangga korban mengungkapkan, sosok Ayu dikenal supel dan mudah bergaul. Namun, kehidupan pribadi ibu muda itu memang tidak begitu diketahui warga. (*/yes/jpnn/c11/ca)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mencoba Mobil Tawon, Mobil Mini Kreasi Pelajar SMK di Tangerang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler