jpnn.com - JAKARTA - Keluarga Inggit Ganarsih tidak mau dilibatkan dalam konflik antara sutradara Hanung Bramantyo dan Rachmawati, salah seorang putri Bung Karno (BK), terkait film 'Soekarno'.
"Saya ngga bisa komentar, takut memperuncing keadaan. Mungkin ada faktor X atau apalah dalam perseteruan mereka, saya tidak tahu," ujar Tito Zaini Asmarahadi, ketika dihubungi, Sabtu (4/1/2014).
BACA JUGA: Tanpa Malu, Cheryl Cole Langsung Cium Bibir Fans
Tito adalah anak dari pasangan Ratna Djuami dan Asmarahadi. Ratna merupakan anak angkat Bung Karno dan Inggit yang ikut dalam pembuangan ke Ende dan Bengkulu. Di Bengkulu, Ratna berteman dengan Fatmawati, yang kelak disunting oleh Bung Karno. Sedangkan Asmarahadi merupakan pujangga dan jurnalis yang ikut menemani keluarga Bung Karno di Ende. Ketika Bung Karno dipindahkan ke Bengkulu, Asmarahadi diminta kembali ke Jakarta dan Bandung untuk menggalang kekuatan pemuda di bawah tanah.
Tito dikabarkan memprotes film Soekarno besutan sutradara Hanung Bramantyo, karena bertendensi hancurkan kredibilitas Bung Karno dan Inggit Garnasih. Komentar Tito itu diutarakan Teguh Santosa, selaku juru bicara Rachmawati, di beberapa media nasional sepekan ini.
BACA JUGA: Cut Tary-Yusuf Sepakat Cerai Baik-Baik
Teguh bertemu dengan Tito di Bandung pada Sabtu (28/12) sebagai utusan Rachmawati. Namun menurut Tito, kepada dirinya Teguh mengaku sebagai wartawan. Selain menjadi juru bicara Rachma, Teguh memang menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Rakyat Merdeka Online (JPNN Group).
Ketika bertemu Teguh, Tito belum melihat tayangan film Soekarno. Karena itu, ia menolak anggapan bahwa keluarga Inggit memprotes film Soekarno. "Bukan protes, karena pada saat ketemu Teguh, saya belum nonton. Saya baru melihat trailernya. Justru Teguh yang banyak bercerita, bahwa ada adegan-adegan yang tidak benar," ungkap Tito.
BACA JUGA: Cut Tary Digugat Cerai
Menurutnya, di trailer film Soekarno ada tulisan marhaenisme, yang pada jaman itu sebenarnya belum ada. "Sehingga saat itu saya beranggapan bahwa adegan-adegan lainnya pun melenceng," ujarnya. Empat hari setelah bertemu Teguh, barulah Tito sempat nonton film yang diributkan itu.
Sebelumnya, ketika ditemui tim Dapur Film di Bandung, Kamis (2/1/2014), Tito menyatakan bahwa dirinya tidak suka jika keluarga Inggit dibenturkan dengan tim produksi film Soekarno. "Kok jadinya seakan-akan saya berada di pihak Rachmawati. Ini berita banyak yang dipelintir," keluhnya.
Sejatinya, Tito diundang pihak produser dalam premier film Soekarno. Namun alasan teknis yang membuatnya tidak bisa hadir, bukan karena beranggapan bahwa film itu jelek dan melenceng dari sejarah. "Tidak ada orang yang bisa mengantar saya ke Jakarta," ungkapnya.
Pada saat mengolah skenario film pun pihak produser dan sutradara juga sudah menemui keluarga Inggit, yang diwakili oleh Tito. "Betul mereka minta izin, tapi menurut kami, itu hanya sifatnya pemberitahuan saja," kata Tito.
Setelah menonton film Soekarno di bandung, Tito memang mengkritisi, terutama pada beberapa adegan yang dianggapnya tidak sesuai fakta. Misalnya adegan Inggit melempar sandal dan beberapa barang ke BK. "Adegan itu menunjukkan Inggit kok bersikap kasar. Saya tidak suka itu. Pembuatan film BK harus memperhatikan logika dan estetika," ungkapnya.
Terkait sikap Inggit yang dinilai kasar itu, memang menjadi fakta sejarah yang diungkapkan sendiri oleh BK di buku 'Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat. Buku tersebut menjadi salah satu rujukan tim produksi film Soekarno.
Tetapi menurut Tito, film sejarah BK harus bisa memisahkan sosok sebagai tokoh nasional dan pribadi, karena BK bukan hanya milik keluarga dan bangsa Indonesia, tapi juga milik dunia. Tapi, menurut Tito, sudah menjadi hak sutradara untuk menginterpretasikan sosok BK. Tentu harus dilandasi fakta sejarah yang yang didapat dari berbagai sumber. "Ini sudah terlanjur dan menjadi pembelajaran di kemudian hari," pungkasnya. (rmol/awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Beredar Foto Panas Cinta Ratu
Redaktur : Tim Redaksi