Keluarga Kapten yang Disandera Kian Cemas Gara-Gara...

Senin, 11 April 2016 – 06:18 WIB
Keluarga Kapten Peter Tonsen Baraham korban penyanderaan di Filipina kian cemas lantaran tak ada kabar usai batas pembayaran tebusan berakhir. Foto: Dok.Batam Pos/JPG

jpnn.com - BATAM - Batas akhir pembayaran uang tebusan untuk pembebasan 10 warga Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina berkahir pada, Jumat (8/4).

Kemarin adalah hari yang berat bagi keluarga Kapten Peter Tonsen Baraham, salah satu korban penyanderaan yang tinggal di Batam, Kepri.

BACA JUGA: Mendagri Ingatkan Nurdin Agar Berdekasi seperti Gubernur HM Sani

Sepanjang hari keluarga besar Rene Deskartes kakak Peter di perumahan Villa Paradise blok J/8, Batuaji diselimuti perasaan cemas yang luar biasa. 

Anggota keluarga di dalam rumah berlantai II itu tak luput semenit pun, untuk mendengarkan berita melalui siaran televisi ataupun media massa lainnya. 

BACA JUGA: Wuih..Proyek KA Cepat Bikin Harga Tanah Melambung

"Dari pagi kami semua pantau melalui televisi dan media on line," ujar Hendrik Sahabat, anggota keluarga Peter di rumah kediaman Rene seperti dikutip dari batampos.co.id (Jawa Pos Group), Minggu.

Namun sampai Sabtu sore, Hendrik mengaku, belum ada berita baik terkait pembebasan Peter dan sembilan rekannya. "Semuanya cemas. Keluarga di kampung (Sangir, Sulawesi Utara) dan di sini tak tahu lagi mau buat apa," kata Hendrik.

BACA JUGA: Parah! Ini Akibatnya Asyik Main HP di Mobil

Dari pemberitaan yang ditayangkan di Televisi, kata Hendrik, memang belum ada tanda-tanda bahwa Peter dan kawan-kawannya akan dibebaskan.

Begitu juga pihak pemerintah ataupun perusahaan tempat Peter bekerja juga belum memberikan kabar pasti pembebasan Peter. 

"Kami saling komunikasi dengan orangtua Peter di kampung. Tapi memang belum ada kepastian sama sekali baik dari pemerintah ataupun pihak perusahaan," ujar Hendrik.

Meskipun demikian, keluarga Peter, berharap penuh kepada pemerintah agar segera membebaskan Peter dan kawan-kawanya secepat mungkin.

Peter sendiri jelas Hendrik, sejak disandera tanggal 26 Maret lalu, sampai siang kemarin hilang kontak. Belum ada kabar atau telepon langsung dari Peter atau teman-temannya baik kepada perusahaan ataupun keluarga. "Terakhir kontak itu tanggal 26 itulah kasitahu mereka disandera," ujar Hendrik.

Peter merupakan nahkoda tugboat Brahma 12 yang menarik tongkang bermuatan Batubara dari Samarinda hendak ke Filipina sejak tanggal 15 Maret lalu. Namun di periaran Filipina, tugboat Brahma 12 dibajak oleh kelompok Abu Sayyaf. 

Peter dan sembilan ABKnya disandera sementara tongkang dan tugboat dibiarkan begitu saja. Kelompok Abu Sayyaf memintah tebusan senilai Rp 15 miliar agar Peter dan kawan-kawannya bebas. (eja/ray/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cara Semen Indonesia Tingkatkan Kompetensi Tenaga Konstruksi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler