Keluarga Korban Bom Samarinda Akhirnya Dapat Bantuan

Jumat, 18 November 2016 – 16:49 WIB
Orang tua Intan Olivia Banjarnahor, Anggiat Banjarnahor dan Diana Susanti diapit Deputi Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir (kedua dari kanan) dan Direktur Pencegahan Brigjen Pol Hamidin (kedua dari kiri).Foto: Ist fro JPNN

jpnn.com - SAMARINDA – Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir mengunjungi keluarga korban aksi terorisme di Samarinda, Jumat (18/11).

Dia didampingi Direktur Pencegahan Brigjen Pol. Hamidin. Kunjungan tersebut untuk menyampaikan belasungkawa kepada semua keluarga korban ledakan bom.

BACA JUGA: Zaman Makin Edan, Ibu Tega Hajar Anak Dengan Palu

Selain itu, pihaknya juga meninjau langsung tempat kejadian peristiwa.

Rombongan BNPT langsung menuju ke rumah keluarga korban meninggal, Intan Olivia Banjarnahor (3) di Jalan Jati III, Samarinda Sebrang.

BACA JUGA: Ayah Garap Anak Kandung, Modusnya Tes Keperawanan

Rombongan disambut orang tua Intan, Anggiat Banjarnahor (33) dan Diana Susanti boru Sinaga (32) serta keluarga besarnya.

Pada kesempatan itu, Abdul menyampaikan bahwa kedatangannya adalah untuk menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya atas nama keluarga besar BNPT. Selain itu, juga diserahkan santunan kepada keluarga Intan.

BACA JUGA: Mengejutkan! Nama Kapal Tanker Meledak di Batam Tak Sesuai Dokumen

“Keluarga besar BNPT sangat bersimpati atas kejadian ini dan berharap agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi. Jangan dilihat nilainya. Semoga santunan ini bisa bermanfaat bagi keluarga.,” kata Abdul.

Dia menambahkan bahwa BNPT adalah instansi pemerintah yang bertugas menanggulangi terorisme.

Dari waktu ke waktu, BNPT terus berusaha untuk mencegah terjadinya aksi terorisme.

Namun, teroris terus bergerilya dan nekad untuk melakukan tindakan-tindakan brutal termasuk terhadap anak anak yang tak berdosa.

Kepada korban yang cedera, dia mengatakan bahwa penanganan psikologis mutlak dilakukan. Karena, aksi itu memiliki dampak negatif terhadap kehidupan mereka.

Sementara itu, Anggiat Banjarnahor didampingi keluarga besarnya menyampaikan bahwa pihaknya masih menyimpan sakit hati atas kejadian tersebut.

“Namun apa boleh buat takdir Tuhan menyatakan demikian sehingga ia harus pergi dari kami walaupun kami sangat mencintainya. Intan sudah berumur dua tahun lebih dan sedang lucu lucunya karena itulah kami sangat terpukul. Kedatangan kelaurga besar BNPT sungguh sangat berarti dan menghibur perasaan kami. Karena itu kami menyampaikan penghargaan yang setinggi tingginya dan berharap agar kejadian yang menimpa intan sudah yang terakhir di Indonesia,” tuturnya.

Intan adalah korban meninggal akibat aksi bom molotov yang dilakukan tersangka Juhanda di depan Gereje Oikumene, Samarinda, Minggu (13/11).

Selain itu, beberapa anak lainnya mengalami cedera dan saat ini masih dirawat di rumah sakit. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Protes PLN, Pemuda Benamkan Tubuh di Lubang Galian


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler