Keluarga Thorik Diboyong Densus 88

Jumat, 07 September 2012 – 08:57 WIB
JAKARTA - Perakit bom Tambora, Muhammad Thorik harus membayar mahal atas sikapnya yang memilih untuk melarikan diri saat bahan peledak miliknya ditemukan warga. Kemarin keluarganya langsung diboyong tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror. Mereka akan diperiksa secara intensif terkait dugaan keterlibatan Thorik dengan kelompok radikal.

Mereka yang dibawa adalah ibu Thorik yang bernama Iyot, 70, istrinya Sri Haryanti, 28, dan puteranya, M. Gabriel, 3. Menurut Kabiro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Mabes Polri, Brigjen Boy Rafli Amar, Densus 88 mencari tahu keseharian Thorik. "Ibu dan istrinya masih diperiksa," ujarnya Jumat, (6/9).

Seperti yang diberitakan sebelumnya, di rumah Thorik Jalan Terate VI, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat telah ditemukan lima bom. Barang berbahaya tersebut ditemukan warga yang menyangka telah terjadi kebakaran di rumahnya. Anehnya, saat warga mendekat dan mencoba mencari tahu asal asap, Thorik malah kabur.

Saat itu dia tidak sempat melarikan apapun, kecuali baju dan sarung yang melekat di badannya. Warga yang curiga dengan benda yang mengeluarkan asap lantas melapor ke polisi. Tim gegana memastikan benda di rumah yang temboknya dibranding oleh salah satu provider telekomunikasi itu sebagai bom.

Dugaan itu makin kuat setelah ditemukannya berbagai bahan kimia yang biasa digunakan untuk membangun bom. Beberapa bahan itu adalah belerang, lima pipa paralon berisi paku, black powder, empat baterai 9 volt, dan detonator. "Kami berharap Thorik bisa menyerahkan diri, kasihan ibu, anak dan istrinya," imbuhnya.

Apalagi, Mabes Polri sampai saat ini belum menyematkan status teroris kepada dirinya. HIngga kemarin, Thorik masih disebut sebagai terduga pelaku teror. Boy mengaku pihaknya sedang menunggu Thorik untuk memberikan penjelasan menyeluruh tentang bom yang dimilikinya.

Sambil menunggu tertangkapnya atau menyerahnya Thorik, saat ini aparat sedang menganalisa lima bom paralon tersebut. Menurut Boy, petugas sedang mencari jejak bom apakah sama dengan bahan peledak yang biasa digunakan pelaku teror lainnya. Nah, dari pemeriksaan itu bisa dikeluarkan kesimpulan sementara tentang status Thorik.

Dia berharap masyarakat bisa kembali memfungsikan perannya dalam menciptakan keamanan dan kenyaman. Kalau sebelumnya tetangga Thorik pro aktif melaporkan ke polisi setelah ditemukannya benda mencurigakan, kali ini juga diharap demikian. Siapa saja yang tahu dimana keberadaan Thorik, diharap untuk melapor.

"Kami berterima kasih pada masyarakat yang cepat tanggap. Itu bagian partisipasi masyarakat untuk menghadapi ancaman yang membahayakan," tandasnya. Disamping itu, aparat juga masih melakukan pemeriksaan terhadap beberapa saksi disekitar rumah Thorik. Kemarin polisi juga kembali masuk ke rumah Thorik untuk mencari bukti.

Meski demikian, Boy menegaskan kalau hingga kini pihaknya belum menemukan keterkaitan antara Thorik dengan pelaku teror Solo. Bisa jadi juga, dia adalah kelompok baru yang sedang mempersiapkan aksi. "Masih kita dalami, namun keterangan kami saat ini belum ada keterkaitan," terang Boy.

Sikap cepat tanggap masyarakat di kawasan Tambora ikut mendapat apresiasi dari pemerintah. Menko Polhukam Djoko Suyanto menilai, hal semacam itu memang penting dalam upaya pemberantasan tindak pidana terorisme. "Kewaspadaan, kepedulian, dan daya tanggap dengan melaporkan kepada aparat Polri sangat diperlukan," kata Djoko.

 Dia mengharapkan, sikap semacam itu bisa diikuti masyarakat di kawasan yang lain jika mengetahui ada sesuai yang janggal atau mencurigakan di lingkungan sekitarnya. "Tentunya agar bersama-sama aparat dan warga masyarakat menciptakan rasa aman,"  ujar mantan Panglima TNI itu.

Djoko mengatakan, aparat terus bergerak melakukan penanganan terhadap aksi teror. Namun tindakan itu juga tetap mengacu pada ketentuan hukum yang berlaku. Terpisah, Polda Metro Jaya justru memberikan keterangan berbeda. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto menegaskan kalau Thorik terkait dengan jaringan teroris Solo. Dia memastikan hal itu karena mendapat informasi dari Firman, terduga teroris yang ditangkap di Perumahan Taman Anyelir II Depok, Jawa Barat, Rabu kemarin.

"Itu keterangan yang diperoleh dari Firman, ada kaitan antara Solo, Depok, dan Tambora," urainya. Namun, dia menegaskan kalau pihaknya masih kesulitan untuk memetakan posisi masing-masing. Nah, garis yang terputus dalam struktur itulah yang saat ini sedang dicoba untuk diselesaikan.

Untuk mempercepat proses penangkapan, Rikwanto mengatakan kalau pihaknya sudah menyebarkan foto Thorik. Dia berharap agar masyarakat bisa lebih waspada dan langsung melapor saat tukang servis handphone dan penjual pulsa terlihat. Hingga tadi malam, posisi Thorik masih belum terendus aparat kepolisian.

Disamping itu, Rikwanto juga mengatakan kalau pihaknya berhasil mengidentifikasi asal kelompok Thorik. Dikatakan kalau bapak satu anak itu adalah pengikut jemaah Al Qiyadah. Namun, hingga kini belum bisa dipastikan di mana kelompok itu biasa berkumpul. "Warga juga menyebut dia sembahyang dengan kelompoknya. Pisah dengan warga," urainya.

Ketua RT 02 RW 04 Subagyo membenarkan kalau Thorik punya kelompok sendiri. Namun, dia tidak tahu pasti apa nama kelompok yang diikuti warganya itu. Bahkan sekitar tiga hari sebelum asap keluar dari rumah Thorik, ada tiga pria berjenggot yang berkunjung.  Warga saat itu acuh karena Thorik memang dikenal pendiam.

Warga juga kaget ketika polisi memastikan Thorik menyimpan bahan peledak. Sebab, warga melihat dia biasa saja. Tidak pernah menggunakan pakaian yang selama ini selalu diidentikkan dengan pelaku teror. "Warga sudah kenal betul karena memang asli sini. Tapi memang pendiam," tuturnya.(dim/fal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dituding Lebay, Ansyaad Santai

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler