Keluh Kesah Ribuan TKI yang Bekerja di Kebun Sawit Malaysia

Kamis, 24 September 2015 – 11:50 WIB
Kepala BNP2TKI Nusron Wahid. FOTO; dok/jpnn.com

jpnn.com - KEPALA BNP2TKI Nusron Wahid menyempatkan diri berdialog dengan ribuan TKI yang bekerja di ladang sawit Felga Global Ventures (FGV) di sela kunjunganya kerja ke Malaysia. Dalam dialog tersebut, para TKI dan keluarga TKI berkeluh kesah berbagai hal mulai dari soal hak asuransi, soal dokumen, sarana hidup, hingga tentang fasilitas dan operasional untuk sekolah anak-anaknya.

Dalam acara dialog yang digelar di kawasan Kembara Sakti, Malaysia, Rabu (23/9) siang itu hadir juga GM FGV Roserun dan pengurus besar karyawan FGV Sharuddin, Waksekjen MUI Nadjamudin Ramli, dan Ketua Yayasan Peduli Insani Indonesia Firdaus Gigo Atawuwur.

BACA JUGA: Buwas Pastikan Revisi UU Narkoba

Nasrah misalnya, seorang ibu yang bekerja di ladang sahabat 43 bertanya soal hak kecelakaan kerja suaminya M Ibrahim. Menurutn

Nasrah, akibat kecelakaan itu, suaminya harus kehilangan jari manis di tangan sebelah kiri. “Bagaimana solusinya Pak, sudah tiga tahun tidak ada penjelasan?” tanya Nasrah.

BACA JUGA: Hati-Hati Para Bandar... Pulau untuk Penjara Kalian Mulai Disurvei

TKI lainnya, Syarif yang bekerja di ladang sahabat 52 menanyakan soal fasilitas untuk kenyamanan saat istirahat. Dia meminta disediakan kipas dan perpanjangan waktu listrik di bilik tempat mereka beristirahat. Sebab, listrik di bilik para pekerja mati setiap jam 10 malam.

Persolan lain yang juga ditanyakan TKI adalah soal biaya sekolah anak yang mahal, dan juga tidak diberikannya paspor bagi para perempuan.

BACA JUGA: Berikut Fakta-fakta Menarik Tentang Sapi Limosin Simental Milik Presiden Jokowi

Atas keluhan mereka, Nusron menyatakan kesiapannya untuk berkoordinasi dengan pihak terkait. Namun, Nusron juga mengingatkan bahwa semua yang dikeluhkan itu bisa diselesaikan mengingat tidak semua persoalan tersebut bisa ditangani melalui prosedur pemerintahan. Apalagi, kata dia, banyak diantara TKI yang tidak punya dokumen resmi alias mereka yang berangkat ke Malaysia bukan melalui prosedur resmi.

Seperti soal kenapa perempuan tidak diberikan paspoor, Nusron mengatakan bahwa menurut peraturan pemerintah Malaysia orang Indonesia di sini sesungguhnya tidak boleh membawa istri.

“Kan sebenarnya tidak boleh bawa istri. Tapi disiasati jadi pekerja kontraktor. Itu pun harus hati-hati kalau lagi hamil muncul di tengah

jalan dan menggangu pekerjaan,” katanya.

Nusron menambahkan, jika istri sudah punya kontrak dan diakui kontraktor, para TKI bisa ke Nunukan. Nanti di sana, para TKI dapat mengurus paspor dan bisa bekerja.

“Tapi syarat satu sudah diakui kontraktor. Nanti di sini susah lagi. Tidak boleh jadi gelandangan supaya tidak jadi beban oleh orang lain,” ujarnya.

Kemudian soal asuransi, menurut Nusron, jika berangkatnya melalui prosedur resmi maka tentunya ada asuransi sebagaimana perjanjian dalam kontrak dengan PPTKIS yang memberangkatkannya.

“Masalah asuransi waktu berangkat bayar asuransi enggak? Diwajibkan asuransi itu agar ada yang menanggung,” tukasnya.

Untuk itu, kata Nusron, lebih enak dan lebih aman itu menjadi TKI punya dokumen yang sah karena aman dari segi apapun.

“Tolong dikasih tahu teman-temannya, tolong yang belum punya dokumen segera diurus di Nunukan,” Nusron kembali mengingatkan pentingnya menjadi TKI yang prosedural. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ayo Siapa Mau Gabung...Garuda Indonesia Butuh 300 Teknisi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler