LHKSEUMAWE - Kelompok preman bertato digelandang ke kantor polisi, karena menyandera pasangan mesum. Mereka dituduh melakukan pemerasan terhadap korban, yang dituduh berzina tersebut. Dalam aksinya pelaku meminta uang tunai dan seekor sapi.
Sebelumnya kawanan begundal tersebut memergoki pasangan muda-mudi, diduga mesum di kawasan wisata air terjun Blang Kolam, Gampong Sidomulyo, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara.
Peristiwa terjadi kemarin sore sekira pukul 16.30 WIB. Setelah sempat disekap di rumah kosong di TKP, kepada keluarga korban masing-masing dimintai uang tunai Rp5 juta sebagai denda.
Pasangan yang disekap ini adalah Zulfikri (21) bersama pacarnya Nurmala (17). Kemudian Arayan (19) dan Helmi (19) berasal dari Gampong Teupin Ara, Kecamatan Samudera, Aceh Utara.
Informasi yang dihimpun, pasangan dilepas oleh kelompok berjumlah 20 orang, pada malam itu juga sekira pukul 23.00 WIB. Bahkan acara serah terima berlangsung alot, karena pelaku tetap memaksa permintaan dana. Termasuk menahan sepeda motor korban sebagai boroh (tanda jadi), serta dikembalikan apabila seluruh uang diberi.
Awal tragedi penyanderaan ini pun diamini Zulfikri. Kepada Metro Aceh, pemuda yang menjadi korban tersebut menceritakan secara gamblang, Jumat (8/2) siang.
“Kami berangkat ke Blang Kulam untuk berwisata, menggunakan dua sepeda motor. Sampai disana sekitar pukul 16.00 WIB dan masuk ke kawasan itu setelah membayar tiket Rp 10 ribu. Namun ketika sedang asik menikmati pemandangan, tiba-tiba seorang pria loncat dari atas bukit dan langsung memarahi kami. Selanjutnya memaksa untuk naik ke bukit, meski saya menolak tapi malah dipukuli,” ujar Zulfikri.
Pemuda ini mengaku melawan saat pelaku memukul, setelah itu kawanan pemeras lari ke atas bukit dan datang bersama beberapa preman lain. Takut dikeroyok, akhirnya ia bersama pasangannya dan dua teman berusaha melarikan diri ke kawasan bukit. Namun mereka gagal dan berhasil ditangkap, serta diancam menggunakan senjata tajam jenis parang. Keempat muda-mudi tersebut dibawa ke rumah.
Saat itulah, ia dihajar dengan tangan dan balok kayu, hingga pelipis mata sebelah kanan robek, tulang pinggang terkilir. Akibatnya Zulfikri kesakitan serta sampai sekarang mengalami susah duduk.
"Saya dan pacar dibawa ke rumah kosong dekat musalla yang di Blang Kolam. Sampai disitu penganiayaan kembali terjadi. Tanganya diikat, setelah itu alat vital saya diberi minyak kayu putih agar terasa perih," terang Zulfikri.
Ia juga mengaku, sekitar pukul 22.00 WIB para keluarga korban datang ke lokasi. Upaya permintaan pembebasan ditolak mentah-mentah, sebelum menyediakan seekor sapi atau uang sebesar Rp 12 juta. Berkat negosiasi yang alot tercapai kesepakatan sebesar Rp5 juta, untuk peusijuk (tepung tawar) kawasan wisata. Tuduhannya adalah para korban sudah melakukan aksi mesum.
Pihak keluarga meminta kalau uang tebusan akan diberikan, Kamis (7/2) dengan catatan ke empat muda-mudi dilepaskan, permintaan itu dikabulkan dengan syarat dua unit sepeda motor Satria F dan Shogun serta HP tetap ditahan sampai dana itu dibawa oleh keluarga. Saat itu pelaku juga mengancam akan mengambil sepeda motor itu bila dana tidak diserahkan.
Setelah itu, keluarga korban melapor kejadian itu ke Polsek Kuta Makmur. Keesokan harinya , Kamis (7/2) sekitar pukul 18.30 WIB, salah seorang saksi ditemani anggota polisi yang menyamar sebagai keluarga mengantarkan uang tebusan sebesar Rp 5 juta.
Sesampai di sana mereka ditemui oleh Mahmuddin (45). Kemudian polisi berhasil meringkus pria yang diduga salah seorang pelaku penyekap korban, tak lama kemudian polisi juga menciduk M Yakob di Musolla.
Terkait kejadian ini, Kasat Reskrim Polres Lhokseumawe AKP Supriadi, Jum"at (8/2) membenarkan pemeriksaan. "Dua pelaky yakni Mahmudin dan Yakon sudah ditahan. Sedangkan 10 lainnya masih diburon," ujarnya.
Sedangkan, M Yakob mengaku hanya sekali memukul Zulfikri dan ia tidak terlibat dalam negosiasi uang tebusan. “Saya diberitahukan oleh si Din (buron), bahwa ada yang sedang berzina di tempat wisata, kemudian saya naik ke atas dan mengejar Zulfikri dan berhasil saya tangkap. Saat itulah saya pukul dia sekali di bagian wajah,” ujarnya.
Sementara Mahmuddin mengaku tidak terlibat dalam penangkapan, dan ia hanya disuruh oleh para pelaku lainnya untuk mengoleskan minyak kayu putih di alat vital Zulfikri. Malah ia mengatakan sempat membersihkan darah di wajah korban karena merasa kasihan. “Saya disuruh oleskan minyak kayu putih ke kelamin korban oleh pelaku lainnya,” kata Mahmuddin. (sir)
Sebelumnya kawanan begundal tersebut memergoki pasangan muda-mudi, diduga mesum di kawasan wisata air terjun Blang Kolam, Gampong Sidomulyo, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara.
Peristiwa terjadi kemarin sore sekira pukul 16.30 WIB. Setelah sempat disekap di rumah kosong di TKP, kepada keluarga korban masing-masing dimintai uang tunai Rp5 juta sebagai denda.
Pasangan yang disekap ini adalah Zulfikri (21) bersama pacarnya Nurmala (17). Kemudian Arayan (19) dan Helmi (19) berasal dari Gampong Teupin Ara, Kecamatan Samudera, Aceh Utara.
Informasi yang dihimpun, pasangan dilepas oleh kelompok berjumlah 20 orang, pada malam itu juga sekira pukul 23.00 WIB. Bahkan acara serah terima berlangsung alot, karena pelaku tetap memaksa permintaan dana. Termasuk menahan sepeda motor korban sebagai boroh (tanda jadi), serta dikembalikan apabila seluruh uang diberi.
Awal tragedi penyanderaan ini pun diamini Zulfikri. Kepada Metro Aceh, pemuda yang menjadi korban tersebut menceritakan secara gamblang, Jumat (8/2) siang.
“Kami berangkat ke Blang Kulam untuk berwisata, menggunakan dua sepeda motor. Sampai disana sekitar pukul 16.00 WIB dan masuk ke kawasan itu setelah membayar tiket Rp 10 ribu. Namun ketika sedang asik menikmati pemandangan, tiba-tiba seorang pria loncat dari atas bukit dan langsung memarahi kami. Selanjutnya memaksa untuk naik ke bukit, meski saya menolak tapi malah dipukuli,” ujar Zulfikri.
Pemuda ini mengaku melawan saat pelaku memukul, setelah itu kawanan pemeras lari ke atas bukit dan datang bersama beberapa preman lain. Takut dikeroyok, akhirnya ia bersama pasangannya dan dua teman berusaha melarikan diri ke kawasan bukit. Namun mereka gagal dan berhasil ditangkap, serta diancam menggunakan senjata tajam jenis parang. Keempat muda-mudi tersebut dibawa ke rumah.
Saat itulah, ia dihajar dengan tangan dan balok kayu, hingga pelipis mata sebelah kanan robek, tulang pinggang terkilir. Akibatnya Zulfikri kesakitan serta sampai sekarang mengalami susah duduk.
"Saya dan pacar dibawa ke rumah kosong dekat musalla yang di Blang Kolam. Sampai disitu penganiayaan kembali terjadi. Tanganya diikat, setelah itu alat vital saya diberi minyak kayu putih agar terasa perih," terang Zulfikri.
Ia juga mengaku, sekitar pukul 22.00 WIB para keluarga korban datang ke lokasi. Upaya permintaan pembebasan ditolak mentah-mentah, sebelum menyediakan seekor sapi atau uang sebesar Rp 12 juta. Berkat negosiasi yang alot tercapai kesepakatan sebesar Rp5 juta, untuk peusijuk (tepung tawar) kawasan wisata. Tuduhannya adalah para korban sudah melakukan aksi mesum.
Pihak keluarga meminta kalau uang tebusan akan diberikan, Kamis (7/2) dengan catatan ke empat muda-mudi dilepaskan, permintaan itu dikabulkan dengan syarat dua unit sepeda motor Satria F dan Shogun serta HP tetap ditahan sampai dana itu dibawa oleh keluarga. Saat itu pelaku juga mengancam akan mengambil sepeda motor itu bila dana tidak diserahkan.
Setelah itu, keluarga korban melapor kejadian itu ke Polsek Kuta Makmur. Keesokan harinya , Kamis (7/2) sekitar pukul 18.30 WIB, salah seorang saksi ditemani anggota polisi yang menyamar sebagai keluarga mengantarkan uang tebusan sebesar Rp 5 juta.
Sesampai di sana mereka ditemui oleh Mahmuddin (45). Kemudian polisi berhasil meringkus pria yang diduga salah seorang pelaku penyekap korban, tak lama kemudian polisi juga menciduk M Yakob di Musolla.
Terkait kejadian ini, Kasat Reskrim Polres Lhokseumawe AKP Supriadi, Jum"at (8/2) membenarkan pemeriksaan. "Dua pelaky yakni Mahmudin dan Yakon sudah ditahan. Sedangkan 10 lainnya masih diburon," ujarnya.
Sedangkan, M Yakob mengaku hanya sekali memukul Zulfikri dan ia tidak terlibat dalam negosiasi uang tebusan. “Saya diberitahukan oleh si Din (buron), bahwa ada yang sedang berzina di tempat wisata, kemudian saya naik ke atas dan mengejar Zulfikri dan berhasil saya tangkap. Saat itulah saya pukul dia sekali di bagian wajah,” ujarnya.
Sementara Mahmuddin mengaku tidak terlibat dalam penangkapan, dan ia hanya disuruh oleh para pelaku lainnya untuk mengoleskan minyak kayu putih di alat vital Zulfikri. Malah ia mengatakan sempat membersihkan darah di wajah korban karena merasa kasihan. “Saya disuruh oleskan minyak kayu putih ke kelamin korban oleh pelaku lainnya,” kata Mahmuddin. (sir)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembunuh Dua Bersaudara Divonis Mati
Redaktur : Tim Redaksi