Rabu kemarin (23/12), peneliti Brasil mengatakan tingkat kemanjuran vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech China lebih dari 50 persen berdasarkan data uji klinis.

Tapi mereka menambahkan jika hasil lengkapnya belum dilaporkan karena permintaan perusahaan, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang transparansi vaksin buatan Sinovac ini.

BACA JUGA: Komunitas Kristen Indonesia di Australia Temukan Arti Natal Sesungguhnya Saat Pandemi

Brasil adalah negara pertama yang menyelesaikan uji coba tahap akhir vaksin buatan Sinovac, yang disebut CoronaVac, tetapi peluncuran hasilnya, yang semula ditetapkan pada awal Desember, sudah tiga kali ditunda.

Penundaan terbaru ini menjadi pukulan bagi China, yang sedang berlomba untuk mengejar ketertinggalan dari produsen-produsen obat Barat, sekaligus menambah kritik jika pembuat vaksin China kurang transparan.

BACA JUGA: Vaksin Gratis Dijanjikan Untuk Semua Penduduk Australia Mulai Awal Maret 2021

Hal ini juga kemungkinan akan meningkatkan skeptisisme terhadap vaksin China di Brasil.

Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang dikenal meragukan vaksin virus corona, mengatakan dia tidak akan disuntik vaksin COVID-19 dan berulang kali mempertanyakan vaksin China berdasarkan "asal-usulnya".

BACA JUGA: Prabowo-Sandi Adalah Bukti Tak Ada Perbedaan Prinsip di Politik Indonesia

Sebuah jajak pendapat awal bulan Desember kemarin menunjukkan setengah dari warga Brasil sekarang menolaknya.

Pejabat dari Institut Butantan yang dijalankan oleh pemerintah negara bagian Sao Paulo menolak untuk memperinci tingkat kemanjuran dari uji coba klinis yang mereka pimpin dengan melibatkan 13.000 sukarelawan, dengan alasan kewajiban kontrak dengan Sinovac.

Namun mereka mengatakan vaksin itu cukup efektif melawan virus corona sehingga disetujui untuk penggunaan darurat di Brasil.

Regulator kesehatan Anvisa telah menetapkan tingkat kemanjuran setidaknya 50 persen untuk vaksin dalam pandemi.

"Tujuan kami adalah [tingkat kemanjuran yang] lebih dari 50%. Jika hasilnya 51%, [data] itu akan menjadi penting bagi kami, terutama karena kita hidup dalam krisis kesehatan," kata Sekretaris Kesehatan Sao Paulo, Jean Gorinchteyn.

"Bagi kami, ini akan menjadi momentum yang patut dirayakan."

Para pejabat Brasil mengatakan Sinovac meminta mereka untuk menunda merilis data kemanjuran vaksin sampai 15 hari ke depan, terhitung mulai Rabu (23/12).

Sementara pada rentang waktu tersebut perusahaan mengkonsolidasikan data dari uji coba secara global.

Sinovac tidak menanggapi permintaan komentar dari kantor berita Reuters.

Direktur Institut Butantan, Dimas Covas, mengatakan tidak ada relawan yang divaksinasi dalam uji coba CoronaVac di Brasil menunjukkan keparahan, sehingga menyumbang optimisme tentang efektivitas vaksin ini.

"Tidak ada kasus yang parah itu [menunjukkan hasil yang] sangat bagus. Itu akan sangat berguna untuk memerangi pandemi ini," kata ahli imunologi Cristina Bonorino, yang duduk di komite ilmiah Masyarakat Imunologi Brasil.

Sebanyak 1,2 juta dosis vaksin COVID-19 siap suntik buatan Sinovac tiba di Indonesia pada 6 Desember lalu.

Vaksin tersebut masih menunggu izin edar darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Belum diketahui apakah pengumuman ini akan mempengaruhi proses izin edar BPOM saat ini atau BPOM masih akan menunggu 15 hari ke depan sampai hasil lengkap uji klinis diumumkan oleh Sinovac.

Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa

BACA ARTIKEL LAINNYA... ANU Minta Maaf dan Batalkan Hukuman Pengurangan Nilai Kepada 300 Mahasiswanya

Berita Terkait