Sejumlah ahli anestesi terkemuka di Australia memperingatkan pasien di Australia beresiko mengalami luka serius karena label kemasan pada obat keras untuk keperluan operasi sangat mudah tertukar.Dr David Bramley, dari Sekolah Tinggi Anestesi Australia dan Selandia Baru telah menulis surat kepada otoritas kesehatan di kedua negara berisi desakan agar mereka memperkenalkan aturan label kemasan obat keras yang lebih jelas agar tidak mudah tertukar dengan obat lain seperti yang terjadi sekarang ini. Dokter senior itu telah mengirim laporan ke Administrasi Produk Obat-obatan mengenai sejumlah kesalahan pemberian obat serius yang melibatkan obat neuromuskular. "Obat-obatan ini bisa membuat pasien lumpuh, dan mereka tidak bisa bergerak atau bernafas sementara bila mereka tetap sadar sepenuhnya mereka juga tetap beresiko menderita trauma psikologi atau kematian jika secara sengaja diberikan obat-obatan ini," Dr Bramley. Dia menekankan terjadinya 12 kasus dari penggunaan obat anestesi operasi yang salah di sejumlah rumah sakit di Victoria pada tahun 2011 dan lebih dari 90 persen kesalahan itu terjadi karena kemasan mereka yang mirip. Dalam 10 kali kejadian, dokter menyuntikan obat yang benar-benar berbeda jenis kepada pasien. "Tanpa adanya intervensi lebih jauh maka insiden seperti ini kemungkinan besar akan terus berlanjut dan menyebabkan dampak serius bagi pasien yang dirawat di rumah sakit," katanya. Survey terbaru menunjukan lebih dari 75 persen dokter mengalami insiden 'nyaris' salah mengenali kemasan obat. Kalangan dokter menghendaki label obat yang juga digunakan di AS dan Kanada yang mengandung agen otot syaraf diberi label warna merah dibagian atasnya. Peluang terjadinya kesalahan pemberian obat dapat terjadi hingga skala 1 : 133 prosedur anestesi, meski demikian dokter mengaku angka sesungguhnya bisa jauh lebih tinggi. Tekanan waktu, kelebihan kognitif dan gangguan, ditambah dengan obat mirip adalah resep untuk bencana, "kata Dr Bramley. Dokter Australia, termasuk Dr Nicholas Chrimes, merupakan bagian dari kampanye baru internasional disebut EZDrugID, berharap untuk meningkatkan keselamatan kemasan obat. Paramedis, dokter dan perawat telah menulis petisi kepada badan pengawas untuk menerapkan perubahan pada kemasan obat di Australia, Selandia Baru, Inggris, Amerika Serikat dan Afrika Selatan. Dokter Australia ingin standar pelabelan, dimulai dengan obat neuro-otot yang berisiko tinggi. "Tekanan waktu, kelebihan kognitif dan gangguan, ditambah dengan kemasan obat yang mirip adalah resep untuk bencana, "kata Dr Bramley. Sejumlah dokter di Australia, termasuk Dr Nicholas Chrimes, merupakan bagian dari kampanye baru internasional disebut EZDrug yang bertujuan meningkatkan keselamatan kemasan obat. Paramedis, dokter dan perawat telah menulis petisi kepada badan pengawas untuk menerapkan perubahan pada kemasan obat di Australia, Selandia Baru, Inggris, Amerika Serikat dan Afrika Selatan. Dokter Australia ingin diberlakukan standar pelabelan, dimulai dengan obat neuro-muscular yang berisiko tinggi. Dr Chrimes mengatakan bahkan pada saat dokter profesional sedang dalam kondisi terjaga penuh mereka bisa tanpa sengaja melakukan kesalahan. "Resiko seperti ini akan meningkat dalam situasi penuh tekanan, tenggat waktu dan kelelahan," katanya. "Kita hanya ingin membuat mudah agar mereka bisa melakukan tugasnya dengan benar," "Sementara kewaspadaan klinis merupakan strategi penting, hal itu tidak mampu memberikan solusi kuat untuk masalah ini. Kami ingin kode warna dari elemen kemasan obat, sesuai dengan kelas obat. " Otoritas Produk Obat mengaku saat ini sedang mengkaji literatur tentang pelabelan obat syaraf-otot tapi belum secara resmi menanggapi desakan dari Sekolah tinggi dokter-dokter anestesi. Dokter dan perawat yang mengomentari kampanye EZDrugID ini di situs petisi mengatakan obat yang tercampur baur karena kemasan yang mirip umum terjadi. "Jadi banyak kesalahan hanya tinggal menunggu waktu saja dan saya bisa dengan mudah melakukan kesalahan karena kemasan obat yang mirip tersebut," tulis salah satu komentar.
BACA JUGA: Pria Melbourne Gunakan Telepon dan Sandi Tutupi Rencana Tempur ke Suriah
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Warga di Kota Kecil di Australia Berjuang Kembalikan Reputasi Kotanya