Kemasan Sachet jadi Salah Satu Penyumbang Sampah Plastik Terbesar

Jumat, 16 Februari 2024 – 20:40 WIB
Badan Riset Urusan Sungai Nusantara (BRUIN) pada 2023 menyatakan telah melakukan penelitian hampir dua tahun terkait bungkus sachet mulai dari Maret 2022 hingga November 2023. dok. Foto: Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Badan Riset Urusan Sungai Nusantara (BRUIN) pada 2023 menyatakan telah melakukan penelitian hampir dua tahun terkait bungkus sachet mulai dari Maret 2022 hingga November 2023. 

Koordinator Program Sensus Sampah Plastik Indonesia Muhammad Kholid Basyaiban mengatakan dalam penelitian itu pihaknya melibatkan sekitar 38 komunitas se-Indonesia dan 12 kolaborator dari 50 kampus swasta di Indonesia.

BACA JUGA: Ternyata Sampah Kemasan Botol Minuman Soda Juga Terbanyak

BRUIN dan tim satu menyusuri serta melakukan audit sampah di 64 titik lokasi di 30 kabupaten kota di 13 provinsi di Indonesia. 

Sensus Sampah Plastik adalah audit sampah plastik di perairan yang pertama kali dilakukan di jumlah titik terbanyak di Indonesia, yakni di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku Utara, Maluku, dan Papua Barat. 

BACA JUGA: Ganjar Tantang Pemuda Bekasi Pengelola Sampah Punya Solusi untuk Bantargebang

Menurutnya, pemilihan wilayah tersebut dilakukan dengan menggunakan proporsi sampling. 

Penentuan lokasinya dilihat dari lingkungan yang dijadikan fokus untuk penelitiannya. 

“Karenanya, wilayahnya itu secara random, karena sifat penelitiannya kan kolaboratif. Jadi, itu salah satunya support data dari komunitas-komunitas yang ada di luar Jawa. Kita memilihnya berdasarkan kolaboratif dengan komunitas,” katanya.

Dia menjelaskan ada 5 metode yang digunakan dalam penelitian ini. 

Pertama, metode dengan jaring atau penangkapan (catching), kedua itu drafting (pencatatan), ketiga pakai barcode scanning, keempat metode trash boom (penjebak sampah), dan kelima adalah foto sampah. 

“Itu cara kita untuk mengumpulkan sampah dan mendata sampah itu. Kita juga mengidentifikasinya mulai dari mereknya, asal produsennya, tipe layers atau lapisan plastiknya, tipe produk sama material plastiknya,” tuturnya.

Dia memaparkan dari 25.733 sampah plastik yang berhasil dikumpulkan, kemasan plastik (sachet) mendominasi dan itu mengidentifikasi produsen pencemar terbesar.

Riset lain dilakukan oleh Sungai Watch sebuah lembaga peduli lingkungan asal Bali.

Pada riset itu, Sungai Watch menyebutkan enam persen dari sampah plastik di wilayahnya adalah sachet.

Hal itu diketahui dari hasil penjaringan sampah yang dilakukan di sungai-sungai yang ada di Bali dan Banyuwangi, Jawa Timur sepanjang 2023.

Ditemukan 91.667 item sachet pada lokasi audit yang berhasil terjaring di sungai-sungai yang ada di Bali dan Banyuwangi.

Adapun pengauditan sampah ini dirangkum dalam sebuah laporan berjudul 'Sungai Watch Impact Report 2023'. 

Sungai Watch menyebutkan penjaringan sampah di sungai-sungai dilakukan dengan memasang jaring-jaring sampah di hulu-hulu sungai. 

Pihaknya memiliki tujuh fasilitas sortir di Bali dan Jawa Timur. Ada 844.936 kilogram sampah yang berhasil dikumpulkan oleh 119 River Warrior sepanjang 2023. 

Menurut Sungai Watch, audit merek dari sampah plastik ini menjadi hal mendesak yang perlu dilakukan guna mencegah polusi. Disebutkan dalam laporannya, kemasan sachet sangat umum digunakan di Indonesia, mulai dari sampo hingga kopi instan. Harga yang terjangkau dan sifat yang praktis menjadi alasan utama penggunaan sachet.

Namun, komponennya yang kompleks dengan lapisan ganda yaitu plastik dan aluminium memberikan tantangan bagi proses daur ulang dan mengancam lingkungan. 

Adapun wilayah-wilayah pembersihan sampah yang dilakukan Sungai Watch berada di Banyuwangi, Jawa Timur, yaitu Rogojampi dan Bangorejo, serta di Bali, yaitu di Buleleng, Gianyar, Tabanan, Badung, dan Denpasar.(mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler