jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Paru dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Tjandra Yoga Aditama mencatat adanya kenaikan angka kematian akibat COVID-19 selama pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, yang kemudian diganti menjadi PPKM Level 4 untuk wilayah Jawa-Bali.
Kenaikannya luar biasa tinggi, berkisar 300 persen atau tiga kali lipat dibanding di awal PPKM diberlakukan.
BACA JUGA: MAKI Duga DPR Kurang Teliti Soal Nama Calon Anggota BPK, Vera Ingatkan Hal ini
"Jumlah yang meninggal itu 1500 per hari. Pada awal PPKM Darurat 491 orang, jadi naik 3 kali," ujar Prof. Tjandra dalam keterangannya yang ditulis Selasa (10/8).
Data lain, tingkat kepositifan atau positivity rate juga tercatat sekitar 25 persen.
BACA JUGA: Mahfud MD Menyerukan Hal Penting Jelang Tahun Baru Islam
Angka ini lima kali lipat dibanding batas WHO yang menetapkan 5 persen.
Walau begitu, Tjandra mencatat angka keterisian tempat tidur (Bed Occupancy Rate atau BOR) di kota-kota besar kawasan Jawa dan Bali turun dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) tak lagi penuh.
BACA JUGA: Banyak Warga Papua Belum Mau Melakukannya, Danrem 174/ATW Lakukan ini
Selain itu, data kasus baru di beberapa daerah Jawa sudah menurun, sesudah masa penyesuaian diberlakukan.
Dari data-data yang ada, Prof Tjandra menyarankan tiga hal yang patut menjadi perhatian utama dalam menghadapi COVID-19.
Yakni, upaya maksimal untuk menurunkan angka kematian, pelaksanaan komunikasi risiko dengan baik yakni kolaborasi pemerintah dan praktisi lapangan, serta melakukan analisis ilmiah yang valid dan lengkap untuk dasar pengambilan keputusan.
"Pelonggaran suatu daerah harus mempertimbangkan daerah yang berbatasan langsung," kata Tjandra yang pernah menjabat sebagai Direktur WHO Asia Tenggara dan Dirjen P2P dan Kepala Balitbangkes itu.(Antara/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Ken Girsang