Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah memperpanjang masa 'social distancing' di negara tersebut sampai akhir April. Tujuannya adalah untuk mengurangi angka penularan virus corona, yang sekarang menjadi yang tertinggi di dunia. AS jadi pusat penyebaran corona tertinggi dengan jumlah kasus lebih dari 140 ribu Trump menuduh rumah sakit menyembunyikan ventilator tapi kemudian membantahnya Negara bagian dan kota besar AS meminta peralatan tambahan karena meningkatnya kasus

 

BACA JUGA: Gugus Tugas Corona: Lockdown Sumber Masalah Baru

Keputusan ini sangat berbeda dengan apa yang diungkapkan Presiden Trump beberapa hari lalu, bahwa negaranya akan kembali dibuka untuk bisnis, sehari setelah Hari Paskah tanggal 12 April nanti.

Kepada wartawan di Gedung Putih, Presiden Trump mengatakan puncak penularan virus corona akan terjadi dalam dua minggu.

BACA JUGA: MPR RI Gagas Gerakan Empat Pilar MPR RI Berbagi Pulsa untuk Driver Ojek Online

Ia juga mengatakan jika ucapannya soal bisnis yang kembali normal setelah Hari Paskah hanyalah untuk "memberi semangat".

Semula kebijakan social distancing yang diberlakukan pemerintah AS berlangsung dua minggu dan berakhir hari Senin (30/3/2020) waktu setempat.

BACA JUGA: FDA Setujui Penggunaan Obat Malaria Secara Terbatas untuk Pasien Corona

Sekarang kebijakan ini akan diperpanjang sampai 30 April.

"Tidak ada yang lebih buruk menyatakan kemenangan ketika kemenangan itu belum terjadi. Ini akan menjadi kegagalan terbesar," kata Presiden Trump.

"Semakin baik kita melakukannya, semakin cepat semua mimpi buruk ini akan berlalu.' Korban bisa mencapai 200 ribu orang Photo: Dr Anthony Fauci (kanan) berbicara dalam jumpa pers bersama Presiden Trump di Gedung Putih hari Minggu (29/3/2020). (Reuters: Al Drago)

 

Keputusan Washington muncul setelah Direktur Institut Penyakit Menular dan Alergi di Amerika, Anthony Fauci mengatakan kepada CNN, jika wabah virus corona bisa memakan korban antara 100 ribu sampai 200 ribu kematian.

"Apapun model yang kita gunakan untuk memprediksi, selalu ada skenario terburuk dan skenario terbaik," kata Dr Fauci.

"Saya tidak pernah melihat penyakit apapun yang pernah saya tangani dimana semuanya berakhir dengan skenario terburuk."

Namun setelah pertemuannya dengan Presiden Trump, Dr Fauci bersikap melunak dengan pernyataan soal kemungkinan jumlah korban.

Ia mengatakan skenario terburuk itu akan terjadi di Amerika Serikat, jika warga tidak mengikuti petunjuk untuk tidak keluar rumah.

"Kami merasa langkah yang sudah kami ambil sekarang mulai menunjukkan hasilnya," katamya, dengan menambahkan perpanjangan masa social distancing sebagai langkah yang bijak. Trump sempat tuduh rumah sakit simpan peralatan Photo: Rumah sakit di Amerika Serikat kewalahan menangani banyak pasien yang terkena virus corona COVID-19. (Reuters: Stefan Jeremiah)

 

Hari Minggu, Presiden Trump menuduh rumah sakit sengaja menyimpan ventilator, atau alat bantu pernapasan, yang sekarang sedang langka.

Dia mengatakan rumah sakit yang tidak menggunakan alat tersebut seharusnya memberikan kepada rumah sakit yang membutuhkannya.

Namun Trump tidak memberikan bukti adanya rumah sakit yang sengaja menyimpan ventilator.

Tidak jelas rumah sakit dimana yang dituduh oleh presiden Amerika Serikat tersebut. External Link: @girlsreallyrule - Watch as Trump gets defensive about his statement questioning how many ventilators Cuomo really needs.

 

"Kami mengetahui beberapa pekerja rumah sakit, beberapa rumah sakit menyimpan peralatan termasuk ventilator," kata Trump di Gedung Putih setelah pertemuan dengan kalangan bisnis.

"Kita harus menyerahkan ventilator tersebut, khususnya rumah sakit yang tidak akan menggunakannya."

Namun dalam jumpa pers ketika mengumumkan perpanjangan masa 'social distancing', Presiden Trump kemudian menarik pernyataannya.

Saat menjawab pertanyaan dari salah satu media, yakni PBS, Trump mengatakan kepada wartawan tersebut untuk "bertindak lebih positif".

Sejak pandemu virus corona, Presiden Trump juga sering mendapat kritiknya atas caranya menangani wabah tersebut di Amerika Serikat. Kemana arah COVID-19 di Indonesia?
Sejumlah ilmuwan Indonesia memproyeksikan angka kasus virus corona untuk bisa mengantisipasi situasi ke depan.

  Kasus COVID-19 tertinggi di dunia

Hingga kemarin (29/03), kematian akibat virus corona di Amerika Serikat sudah mencapai 2.300 orang hari Minggu.

Jumlah kematian di hari Sabtu telah naik dua kali lipat dibandingkan hari Kamis.

Secara keseluruhan, sudah ada lebih dari 140 ribu kasus di negara tersebut, angka tertinggi di dunia saat ini.

Di negara bagian New York, angka kematian dalam 24 jam terakhir menunjukkan satu orang meninggal setiap enam menit, dengan adanya 60 ribu kasus dan 965 yang meninggal.

Gubernur dari 21 negara bagian yang mewakili separuh dari 330 juta penduduk mengatakan agar warganya tinggal di rumah dan menutup bisnis yang tidak penting.

New York, New Orleans dan kota-kota besar lain juga telah meminta pengiriman pasokan peralatan kesehatan lebih banyak.

Gubernur Michigan, Gretchen Whitmer, dimana kasus corona paling meningkat tinggi, menggambarkan penyebaran cepat ini sebagai sesuatu yang "mengerikan".

"Kami memiliki perawat yang mengenakan masker yang sama sejak dia ia mulai kerja sampai selesai, masker yang seharusnya hanya digunakan saat menangangi satu pasien saja," kata Whitmer kepada CNN.

"Kami memerlukan bantuan dan kami memerlukan ribuan ventilator."

Walikota New York City, Bill de Blasio mengatakan kotanya memerlukan tambahan ratusan ventilator, serta lebih banyak lagi masker, pakaian dan pasokan lainnya setelah tanggal 5 April.

Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di dunia lewat situs ABC Indonesia

BACA ARTIKEL LAINNYA... Virus Corona Melanda, Lippo Karawaci Terapkan Strategi Jitu

Berita Terkait