LONDON--Hari pertama kelahiran merupakan fase yang berbahaya bagi kehidupannya. Hal ini terungkap dari laporan "Save The Children, State of the World’s Mothers" yang menyatakan lebih dari 1 juta bayi meninggal sesaat setelah mereka dilahirkan setiap tahunnya.
"Hari pertama kelahiran paling berbahaya bagi kehidupannya. Ini dapat dihindari jika langkah-langkah keamanan kesehatannya diimplementasikan dengan baik," Carolyn Miles, Presiden & CEO Save the Children seperti dilansir medicalnewstoday (8/5).
Dijelaskan, lembaga tersebut merilis data dari analisis global di dunia untuk pertama kalinya, tentang prevalensi kematian bayi baru lahir di hari pertama mereka. Laporan tersebut juga mencakup data tentang negara mana yang menjadi tempat terbaik bagi seorang ibu.
Save The Children, State of the World’s Mothers" melakukan pemeringkatan negara-negara bagi seorang ibu, menurut indeks pendidikan, pendapatan, dan representasi politik perempuan secara keseluruhan. Dari studi tersebut, Finlandia merupakan negara dengan peringkat terbaik bagi seorang ibu, sementara Republik Kongo menjadi tempat terburuk untuk menjadi ibu disana.
Yang mengejutkan, Amerika juga bukan tempat terbaik untuk menjadi seorang ibu dan berada di posisi 30. Analisis yang dilakukan oleh Save the Children dan London School of Hygiene & Tropical Medicine mengungkapkan, Amerika Serikat lebih berisiko bagi seorang ibu yang melahirkan bayinya dibandingkan 68 negara lainnya di dunia.
Pasalnya, dari jumlah negara maju yang ada didunia, hampir 60 persen dari semua kematian bayi di hari pertamanya justru terjadi di Amerika Serikat. Pada 2011 saja, tercatat 11.300 bayi Amerika tewas pada hari pertama mereka.
"Sulit untuk membayangkan rasa sakit seorang ibu kehilangan bayinya pada hari dia melahirkan. Namun, laporan ini penuh dengan harapan. Ini menunjukkan adanya gerakan untuk menyelamatkan nyawa bayi dan bukti bahwa kita bisa melakukannya," tuturnya.
Dilanjutkannya, secara global angka kematian bayi telah menurun drastis selama dua dekade terakhir, dari sekitar 12 juta kematian per tahun menjadi juta. Namun, dari kematian ini, hampir 43 persen terjadi semasa periode bayi mereka dan 15 persen kematian terjadi pada saat kelahirannya.
Dalam catatan Save the Children, India merupakan negara dengan sebagian besar kematian bayi di hari pertamanya, dengan lebih dari 300 ribu kasus terjadi setiap tahun. Luxemburg, Singapura, dan Swedia memiliki jumlah kematian terendah hanya 0,5 dari 1.000 penduduk.
Sedangkan dari 176 negara yang dimasukkan dalam Indeks tersebut, prestasi Indonesia sendiri tidak begitu baik dan beradadi urutan 106, setelah Kyrgyzstan (104) dan Uzbekistan (105).
Negara-negara ekonomi baru yaitu Brasil ada di peringkat 78, Rusia 59, India 142, China 68 dan Afrika Selatan 78. Sedang 10 posisi terbawah dipegang Somalia, Sierra Leone, Mali, Niger, Afrika Tengah, Gambia, Nigeria, Chad, Ivory Coast dan Kongo di posisi paling buncit.
Laporan itu juga menempatkan Filipina sebagai tempat terbaik bagi ibu dan bayi yang baru lahir, diikuti dengan Swedia, Norwegia, Islandia, Belanda, Denmark, Spanyol, Belgia, Jerman dan Australia. Kesepuluh negara ini memiliki tingkat dukungan dan penghormatan tinggi terhadap perempuan.
Save the Children juga melansir empat langkah sederhana yang dapat menyelamatkan nyawa bayi dan ibunya secara mudah dan murah. Pertama, suntikan steroid untuk ibu hamil yang melahirkan prematur untuk mengurangi kematian bayi karena masalah pernafasan.
Kedua, mencegah infeksi tali pusar dengan antibiotik sederhana yang disebut chlorhexidine, yang ditaruh di atas tali pusar setelah bayi lahir.
Ketiga, peralatan resusitasi juga dapat menyelamatkan bayi-bayi yang tidak bernafas sama sekali saat lahir, sementara antibiotik yang dapat disuntikkan dapat mengobati bayi baru lahir dari sepsis dan paru-paru basah.
"Di Nigeria, ada tradisi menaruh lumpur atau kotoran sapi di atas tali pusar, sehingga itu memiliki konsekuensi buruk bagi bayi," tegasnya.
Miles juga menyebut tradisi di Nepal yang mendorong perempuan melahirkan di lumbung bersama binatang menambah risiko kesehatan bayi.
Namun, meski rekomendasi-rekomendasi tersebut sederhana dan murah, seringkali tidak dapat diberlakukan di negara-negara berkembang karena kurangnya kemauan politik dari para pemimpin pemerintahan.(Esy/jpnn)
"Hari pertama kelahiran paling berbahaya bagi kehidupannya. Ini dapat dihindari jika langkah-langkah keamanan kesehatannya diimplementasikan dengan baik," Carolyn Miles, Presiden & CEO Save the Children seperti dilansir medicalnewstoday (8/5).
Dijelaskan, lembaga tersebut merilis data dari analisis global di dunia untuk pertama kalinya, tentang prevalensi kematian bayi baru lahir di hari pertama mereka. Laporan tersebut juga mencakup data tentang negara mana yang menjadi tempat terbaik bagi seorang ibu.
Save The Children, State of the World’s Mothers" melakukan pemeringkatan negara-negara bagi seorang ibu, menurut indeks pendidikan, pendapatan, dan representasi politik perempuan secara keseluruhan. Dari studi tersebut, Finlandia merupakan negara dengan peringkat terbaik bagi seorang ibu, sementara Republik Kongo menjadi tempat terburuk untuk menjadi ibu disana.
Yang mengejutkan, Amerika juga bukan tempat terbaik untuk menjadi seorang ibu dan berada di posisi 30. Analisis yang dilakukan oleh Save the Children dan London School of Hygiene & Tropical Medicine mengungkapkan, Amerika Serikat lebih berisiko bagi seorang ibu yang melahirkan bayinya dibandingkan 68 negara lainnya di dunia.
Pasalnya, dari jumlah negara maju yang ada didunia, hampir 60 persen dari semua kematian bayi di hari pertamanya justru terjadi di Amerika Serikat. Pada 2011 saja, tercatat 11.300 bayi Amerika tewas pada hari pertama mereka.
"Sulit untuk membayangkan rasa sakit seorang ibu kehilangan bayinya pada hari dia melahirkan. Namun, laporan ini penuh dengan harapan. Ini menunjukkan adanya gerakan untuk menyelamatkan nyawa bayi dan bukti bahwa kita bisa melakukannya," tuturnya.
Dilanjutkannya, secara global angka kematian bayi telah menurun drastis selama dua dekade terakhir, dari sekitar 12 juta kematian per tahun menjadi juta. Namun, dari kematian ini, hampir 43 persen terjadi semasa periode bayi mereka dan 15 persen kematian terjadi pada saat kelahirannya.
Dalam catatan Save the Children, India merupakan negara dengan sebagian besar kematian bayi di hari pertamanya, dengan lebih dari 300 ribu kasus terjadi setiap tahun. Luxemburg, Singapura, dan Swedia memiliki jumlah kematian terendah hanya 0,5 dari 1.000 penduduk.
Sedangkan dari 176 negara yang dimasukkan dalam Indeks tersebut, prestasi Indonesia sendiri tidak begitu baik dan beradadi urutan 106, setelah Kyrgyzstan (104) dan Uzbekistan (105).
Negara-negara ekonomi baru yaitu Brasil ada di peringkat 78, Rusia 59, India 142, China 68 dan Afrika Selatan 78. Sedang 10 posisi terbawah dipegang Somalia, Sierra Leone, Mali, Niger, Afrika Tengah, Gambia, Nigeria, Chad, Ivory Coast dan Kongo di posisi paling buncit.
Laporan itu juga menempatkan Filipina sebagai tempat terbaik bagi ibu dan bayi yang baru lahir, diikuti dengan Swedia, Norwegia, Islandia, Belanda, Denmark, Spanyol, Belgia, Jerman dan Australia. Kesepuluh negara ini memiliki tingkat dukungan dan penghormatan tinggi terhadap perempuan.
Save the Children juga melansir empat langkah sederhana yang dapat menyelamatkan nyawa bayi dan ibunya secara mudah dan murah. Pertama, suntikan steroid untuk ibu hamil yang melahirkan prematur untuk mengurangi kematian bayi karena masalah pernafasan.
Kedua, mencegah infeksi tali pusar dengan antibiotik sederhana yang disebut chlorhexidine, yang ditaruh di atas tali pusar setelah bayi lahir.
Ketiga, peralatan resusitasi juga dapat menyelamatkan bayi-bayi yang tidak bernafas sama sekali saat lahir, sementara antibiotik yang dapat disuntikkan dapat mengobati bayi baru lahir dari sepsis dan paru-paru basah.
"Di Nigeria, ada tradisi menaruh lumpur atau kotoran sapi di atas tali pusar, sehingga itu memiliki konsekuensi buruk bagi bayi," tegasnya.
Miles juga menyebut tradisi di Nepal yang mendorong perempuan melahirkan di lumbung bersama binatang menambah risiko kesehatan bayi.
Namun, meski rekomendasi-rekomendasi tersebut sederhana dan murah, seringkali tidak dapat diberlakukan di negara-negara berkembang karena kurangnya kemauan politik dari para pemimpin pemerintahan.(Esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rusia dan AS Sepakat Rundingkan Konflik Suriah
Redaktur : Tim Redaksi