JAMBI- Kematian dua siswa Sekolah Polisi Negara (SPN) Jambi dinilai banyak keganjilaan. Terutama kematian Hottua Halomoan Tampubolon, siswa SPN Jambi titipan Polda Mentro Jaya yang mayatnya ditemukan membusuk dalam semak belukar, sekitar 50 meter dari jalur latihan, di RT 28, Desa Sumber Rejo, Kelurahan Mayang Mangurai, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi, Minggu lalu.
Atas desakan orang tua korban, jenazah Hottua dikirim ke RS Raden Mataher Minggu malam (23/6) sekitar pukul 22:00 WIB untuk dilakukan otopsi. Kedua orang tua Hottua, Alhtur Tampubolon dan L Marpaung menilai ada kejanggalan pada jenazah anak ke 3 nya tersebut.
Otopsi jenazah Hottua dimulai pada pukul 10:00 WIB, Senin (24/6) di kamar jenazah RSU Raden Mataher Jambi. Proses Outopsi dilakukan tim Disaster Victim Identifications (DVI) Polri dari Palembang dan dari Lemdik Mabes Polri. Proses otopsi yang berlangsung selama empat jam itu dijaga ketat oleh anggota Polda Jambi. Tidak ada yang memberikan keterangan resmi mengenai hasil otopsi tersebut, karena semua ditangani oleh DVI Polri dari Palembang.
Orang tua korban, Alhtur Tampubolon minta kasus kematian anaknya ini diusut sampai tuntas dan transparan. Ia menilai lokasi tempat mayat anaknya dengan posisi tertelungkup-- ditemukan tidak ada yang membahayakan.
Althur juga sudah melihat jalur latihan anaknya, tidak ada medan berat yang membahayakan nyawa anaknya. Menurut dia, inilah salah satu keganjilan yang dia rasakan. Makanyam, dia mendesak Polda Jambi melakukan otopsi terhadap jenazah anaknya.
"Kami sekeluarga menerima atas meninggalnya anak kami. Namun jika ada kejanggalan dalam kasus ini, agar bisa diproses dan ditegakkan hukum yang berlaku. Makanya kami meminta jenazah anak kami diotopsi,"kata Alhtur dengan nada bergetar.
Alhtur mengatakan, awalnya dia mengiklaskan kematian anaknnya. Dia pun berencana lansung membawa jenazah anaknya ke Jakarta. Tapi, niatnya itu dibatalkan setelah dia melihat kondisi wajah dan hidung anaknya.
" Wajah dan hidung anak saya remuk ke dalam dan tak wajar. Makanya, saya dan ibunya mengurungkan niat untuk memberangkatkan jenazahnya kemarin. Dan, kami meminta untuk diotopsi dulu," ungkapnya.
Untuk diketahui, Hottua merupakan anak ke tiga dari empat saudara. Alhtur Tampubolon dan istrinya yang tinggal di Kampung Puji RT 1 RW 2, Kebun Jeruk, Jakarta Barat, tiba di Jambi Minggu pagi setelah mendapat informasi anaknya melarikan diri dari SPN.
Memang, sebelumnya, Hottua, calon bintara titipan Polda Metro Jaya diduga melarikan diri dari SPN saat mengikuti cross country atau maraton sejauh 6 kilometer bersama seluruh siswa yang tengah menjalani pendidikan, Sabtu pekan lalu.
Hilangnya Hottua diketahui saat absen sore. Sebelumnya, siswa dan pengelola SPN sudah dihebohkan oleh meninggalnya Fery Wahyudi, siswa yang juga merupakan titipan dari Polda Metro Jaya. Sebelum meninggal, dia sempat beberapa kali jatuh pingsan saat mengikuti cross country atau maraton bersama Hootua dan rekannya yang lain.
Hilangnya Hottua menambah heboh SPN. Pencarian pun dilakukan. Hottua baru ditemkukan pukul 12.00, Minggu. Namun, kondisinya sudah tidak bernyawa. Saat ditemukan, tubuh korban sudah mengeluarkan bau busuk, dengan posisi tertelungkup di dekat sebuah sumur.
Korban masih mengenakan seragam dan membawa kelengkapan latihan. Seperti baju seragam dan tas punggung. Melihat kondisi mayat, diperkirakan ia telah sehari semalam lebih meninggal.
Rencananya, setelah otopsi sore kemarin, jazad Hottua langsung dibawa kedua orang tuanya ke Jakarta menggunakan pesawat sekitar pukul 18.00 WIB kemarin.
Dibagian lain, meninggalnya dua siswa SPN Jambi Ferry Wahyudi dan Hottua Halomoan Tampubolon mendapat perhatian khusus lembaga pendidikan kepolisian. Kemarin, Tim dari Lemdikpol Mabes Polri turun ke Jambi untuk memantau kasus yang menghebohkan ini. Kabarnya, kepala dan sejumlah pejabat SPN dimintai keterangan. Mereka juga turun kelokasi tempat kejadian.
"Memang ada tim dari Lemdikpol turun ke Jambi untuk memantau kasus meninggalnya dua siswa SPN Jambi,"kata Kabid Humas Polda Jambi AKBP Almansyah. Namun sayangnya, Almansyah tidak mengetahui berapa jumlah dan siapa yang memimpin tim Lemdikpol tersebut.
Dugaan sementara, kata dia, penyebab meninggalnya dua siswa tersebut karena kehabisan tenaga dan ditambah lagi udara yang panas sekali "Untuk kepastianya kita tunggu hasil penyelidikan tim,"ujarnya.
Polda Jambi sendiri akan mengumumkan secara resmi penyebab meninggalnya dua siswa dan sebelas siswa yang dilarikan kerumah sakit pada hari Jumat (28/6) mendatang. "Pak kapolda akan melakukan konfrensi pers terkait hasil penyelidikan pada hari Jumat,"kata Almansyah.
Hingga kemarin, sebanyak 11 siswa SPN Jambi masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit di Kota Jambi. " Kondisinya mulai membaik dan masih dirawat,"ujarnya.
Dari 11 orang siswa tersebut, 2 orang dirawat di Rumah Sakit DKT Jambi. Sembilan orang lainnya dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Jambi.
Menurut Almansyah jumlah yang dirawat terus bertamba. Awalnya, pada hari Jumat lalu, yang dirawat 6 orang. Sehari kemudian, bertambah satu orang lagi, dan Senin kemarin bertambah lagi 4 orang.
"Nama-namanya saya tidak ingat. Yang jelas dua orang duirawat di ruang ICU RS Bratanata, namanya Dwi Agung Wicaksono (20) asal Polda Metro dan Bambang Heru Purnomo (19) asal Polda Jambi,"ungkapnya.
Saat ini tim dari Polda Jambi dan Mabes Polri masih melakukan penyelidikan terkait masalah ini. "Bila karena faktor cuaca, maka kegiatan fisik nanti dikurangi, namun tergantung pimpinan,"ujarnya.
Kabid Propam Polda Jambi, AKBP Nurcholis menyebutkan pihaknya kini sedang melakukan pemeriksaan saksi-saksi dari pihak SPN atas meninggalnya dua siswa SPN. "Lebih dari dua orang yang kita periksa, jabatanya belum bisa saya sebutkan ,"katanya.
Sementara itu, Kapolda Jambi ,Brigjen Satriya Hari Prasetya hingga kemarin belum bisa diminta keterangnya terkait kasus ini. "Kata pak kapolda, silahkan tanya sama kabid humas saja, pesan bapak begitu, tadi sudah saya sampaikan kepadanya ada wartawan mau wawancara, " kata sekretaris pribadi kapolda, kemarin.(muz/can)
Atas desakan orang tua korban, jenazah Hottua dikirim ke RS Raden Mataher Minggu malam (23/6) sekitar pukul 22:00 WIB untuk dilakukan otopsi. Kedua orang tua Hottua, Alhtur Tampubolon dan L Marpaung menilai ada kejanggalan pada jenazah anak ke 3 nya tersebut.
Otopsi jenazah Hottua dimulai pada pukul 10:00 WIB, Senin (24/6) di kamar jenazah RSU Raden Mataher Jambi. Proses Outopsi dilakukan tim Disaster Victim Identifications (DVI) Polri dari Palembang dan dari Lemdik Mabes Polri. Proses otopsi yang berlangsung selama empat jam itu dijaga ketat oleh anggota Polda Jambi. Tidak ada yang memberikan keterangan resmi mengenai hasil otopsi tersebut, karena semua ditangani oleh DVI Polri dari Palembang.
Orang tua korban, Alhtur Tampubolon minta kasus kematian anaknya ini diusut sampai tuntas dan transparan. Ia menilai lokasi tempat mayat anaknya dengan posisi tertelungkup-- ditemukan tidak ada yang membahayakan.
Althur juga sudah melihat jalur latihan anaknya, tidak ada medan berat yang membahayakan nyawa anaknya. Menurut dia, inilah salah satu keganjilan yang dia rasakan. Makanyam, dia mendesak Polda Jambi melakukan otopsi terhadap jenazah anaknya.
"Kami sekeluarga menerima atas meninggalnya anak kami. Namun jika ada kejanggalan dalam kasus ini, agar bisa diproses dan ditegakkan hukum yang berlaku. Makanya kami meminta jenazah anak kami diotopsi,"kata Alhtur dengan nada bergetar.
Alhtur mengatakan, awalnya dia mengiklaskan kematian anaknnya. Dia pun berencana lansung membawa jenazah anaknya ke Jakarta. Tapi, niatnya itu dibatalkan setelah dia melihat kondisi wajah dan hidung anaknya.
" Wajah dan hidung anak saya remuk ke dalam dan tak wajar. Makanya, saya dan ibunya mengurungkan niat untuk memberangkatkan jenazahnya kemarin. Dan, kami meminta untuk diotopsi dulu," ungkapnya.
Untuk diketahui, Hottua merupakan anak ke tiga dari empat saudara. Alhtur Tampubolon dan istrinya yang tinggal di Kampung Puji RT 1 RW 2, Kebun Jeruk, Jakarta Barat, tiba di Jambi Minggu pagi setelah mendapat informasi anaknya melarikan diri dari SPN.
Memang, sebelumnya, Hottua, calon bintara titipan Polda Metro Jaya diduga melarikan diri dari SPN saat mengikuti cross country atau maraton sejauh 6 kilometer bersama seluruh siswa yang tengah menjalani pendidikan, Sabtu pekan lalu.
Hilangnya Hottua diketahui saat absen sore. Sebelumnya, siswa dan pengelola SPN sudah dihebohkan oleh meninggalnya Fery Wahyudi, siswa yang juga merupakan titipan dari Polda Metro Jaya. Sebelum meninggal, dia sempat beberapa kali jatuh pingsan saat mengikuti cross country atau maraton bersama Hootua dan rekannya yang lain.
Hilangnya Hottua menambah heboh SPN. Pencarian pun dilakukan. Hottua baru ditemkukan pukul 12.00, Minggu. Namun, kondisinya sudah tidak bernyawa. Saat ditemukan, tubuh korban sudah mengeluarkan bau busuk, dengan posisi tertelungkup di dekat sebuah sumur.
Korban masih mengenakan seragam dan membawa kelengkapan latihan. Seperti baju seragam dan tas punggung. Melihat kondisi mayat, diperkirakan ia telah sehari semalam lebih meninggal.
Rencananya, setelah otopsi sore kemarin, jazad Hottua langsung dibawa kedua orang tuanya ke Jakarta menggunakan pesawat sekitar pukul 18.00 WIB kemarin.
Dibagian lain, meninggalnya dua siswa SPN Jambi Ferry Wahyudi dan Hottua Halomoan Tampubolon mendapat perhatian khusus lembaga pendidikan kepolisian. Kemarin, Tim dari Lemdikpol Mabes Polri turun ke Jambi untuk memantau kasus yang menghebohkan ini. Kabarnya, kepala dan sejumlah pejabat SPN dimintai keterangan. Mereka juga turun kelokasi tempat kejadian.
"Memang ada tim dari Lemdikpol turun ke Jambi untuk memantau kasus meninggalnya dua siswa SPN Jambi,"kata Kabid Humas Polda Jambi AKBP Almansyah. Namun sayangnya, Almansyah tidak mengetahui berapa jumlah dan siapa yang memimpin tim Lemdikpol tersebut.
Dugaan sementara, kata dia, penyebab meninggalnya dua siswa tersebut karena kehabisan tenaga dan ditambah lagi udara yang panas sekali "Untuk kepastianya kita tunggu hasil penyelidikan tim,"ujarnya.
Polda Jambi sendiri akan mengumumkan secara resmi penyebab meninggalnya dua siswa dan sebelas siswa yang dilarikan kerumah sakit pada hari Jumat (28/6) mendatang. "Pak kapolda akan melakukan konfrensi pers terkait hasil penyelidikan pada hari Jumat,"kata Almansyah.
Hingga kemarin, sebanyak 11 siswa SPN Jambi masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit di Kota Jambi. " Kondisinya mulai membaik dan masih dirawat,"ujarnya.
Dari 11 orang siswa tersebut, 2 orang dirawat di Rumah Sakit DKT Jambi. Sembilan orang lainnya dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Jambi.
Menurut Almansyah jumlah yang dirawat terus bertamba. Awalnya, pada hari Jumat lalu, yang dirawat 6 orang. Sehari kemudian, bertambah satu orang lagi, dan Senin kemarin bertambah lagi 4 orang.
"Nama-namanya saya tidak ingat. Yang jelas dua orang duirawat di ruang ICU RS Bratanata, namanya Dwi Agung Wicaksono (20) asal Polda Metro dan Bambang Heru Purnomo (19) asal Polda Jambi,"ungkapnya.
Saat ini tim dari Polda Jambi dan Mabes Polri masih melakukan penyelidikan terkait masalah ini. "Bila karena faktor cuaca, maka kegiatan fisik nanti dikurangi, namun tergantung pimpinan,"ujarnya.
Kabid Propam Polda Jambi, AKBP Nurcholis menyebutkan pihaknya kini sedang melakukan pemeriksaan saksi-saksi dari pihak SPN atas meninggalnya dua siswa SPN. "Lebih dari dua orang yang kita periksa, jabatanya belum bisa saya sebutkan ,"katanya.
Sementara itu, Kapolda Jambi ,Brigjen Satriya Hari Prasetya hingga kemarin belum bisa diminta keterangnya terkait kasus ini. "Kata pak kapolda, silahkan tanya sama kabid humas saja, pesan bapak begitu, tadi sudah saya sampaikan kepadanya ada wartawan mau wawancara, " kata sekretaris pribadi kapolda, kemarin.(muz/can)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sopir Angkutan Kota Naikan Tarif Sepihak
Redaktur : Tim Redaksi