Namun, ada fakta yang cukup mengejutkan, angka kematian tertinggi tidak terjadi di daerah-daerah terpencil, melainkan di pulau padat penduduk, yakni pulau Jawa. "Ironisnya, jumlah kematian ibu paling tinggi malah terjadi di daerah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Malah bukan di remote area (daerah-daerah terpecil)," jelas Wakul Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti di Jakarta, Selasa (4/9).
Ali menuturkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu. Diantaranya, keterlambatan saat merujuk calon ibu ke rumah sakit. Minimnya komunikasi dengan pihak rumah sakit, menjadi penyebab utama. Selain itu, pada umumnya, masih banyak calon ibu yang menggantungkan keputusan untuk melahirkan pada banyak pihak. Akibatnya, banyak para ibu yang melakukan persalinan di rumah.
"Biasanya keputusan untuk melahirkan dimana itu jadi perdebatan, termasuk melahirkan dengan bantuan dokter atau bidan. Biasanya calon ibu itu nurut sama mertua atau keluarga besarnya. Karena kebingungan sendiri, akhirnya saat dirujuk ke rumah sakit sudah terlambat atau malah melahirkan di rumah. Ada juga masalah transportasi ke rumah sakit," jelasnya.
Terkait persalinan di rumah, Mantan dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) itu memaparkan, setidaknya sekitar 40 persen persalinan masih di lakukan di rumah. Hal tersebut, kata dia, menjadi perhatian khusus, sebab pemerintah telah memberlakukan program Jaminan Persalinan (Jampersal) yang digratiskan bagi seluruh calon ibu di seluruh Indonesia. "Meskipun gratis, tapi 40 persen persalinan di Indonesia itu terjadi di rumah,"jelasnya.
Untuk itu, lanjut Ali Ghufron, pihaknya kembali menghimbau kepada seluruh calon ibu untuk memanfaatkan layanan gratis Jampersal. Ali menekankan, layanan tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi para calon ibu yang miskin. "Yang kondisi perekonomiannya biasa saja atau mampu juga tidak apa-apa kalau ingin menggunakan Jampersal," tegas dia.
Menyoal kuota pengguna Jampersal, Ali Ghufron menyatakan bahwa pemerintah telah meningkatkan kuota dan nilai program tersebut. Insentif Jampersal dinaikkan menjadi Rp 660 ribu dari yang semula Rp 430 ribu. Sementara kuotanya ditambah menjadi 2,5 juta ibu hamil di seluruh Indonesia.
Selain itu, Ali Ghufron menuturkan pemerintah juga mengagas program lainnya. Yakni, adanya Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Dengan SPGDT, para ibu hamil yang mendekati waktu proses persalinan bisa memanfaatkan fasilitas mobil jemputan rumah sakit. Saat ini, pemerintah tengah menggalakkan SPGDT di sejumlah rumah sakit di seluruh Indonesia.
"Jadi para ibu hamil yang mau melahirkan, tinggal telepon ke rumah sakit, lalu akan dijemput oleh pihak rumah sakit. Jadi bisa ditangani dengan cepat. Kalau diperlukan mobil ambulance, ya akan dijemput pakai ambulance,"jelas Ali Ghufron.
Namun, mantan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) itu mengakui bahwa pelayanan SPGDT belum menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Hanya rumah sakit besar atau rumah sakit rujukan yang sudah memiliki layanan tersebut. Karena itu, dia berharap ada kerjasama dari pihak Rumah Sakit Swasta.
"Umumnya daerah-daerah terpencil seperti di kawasan perbatasan atau kepulauan terluar. Ya kita harap RS Swasta itu tidak hanya dibangun di kawasan-kawasan perkotaan, tapi juga di daerah terpencil," imbuh dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, angka kematian Ibu di Indonesia masih tinggi. Dari 100 ribu kelahiran, jumlah kematian ibu mencapai 282 pada tahun 2007. Ironisnya, hingga kini angka tersebut masih stagnan. Untuk mencapai tujuan MDG, menargetkan angka kematian ibu bisa ditekan hingga 102 kematian dari 100 ribu kelahiran.(Ken)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ombre Cake, Saudara Rainbow Cake
Redaktur : Tim Redaksi