jpnn.com - SURABAYA – Satu lagi korban penipuan Dimas Kanjeng Taat Pribadi melapor ke polisi.
Adalah keluarga Kasianto, pria yang sudah meninggal sejak Maret 2015. Selama menjadi murid Dimas Kanjeng, Kasianto sudah menyetor Rp 300 Juta.
BACA JUGA: Astaga! Dua Wanita Digilir Lima Pemuda di Lapangan Bola
Pilu masih dirasakan oleh tiga orang keluarga Kasianto yang datang ke Mapolres Pelabuhan Tanjung Perak kemarin (3/10).
Mereka adalah istri almarhum, Gunarsih, kakak iparnya Slamet Pramono, dan kakak kandungnya Wisnu Sunarsono. Meski sudah setahun berlalu, kepergian pria asal Malang itu masih membekas.
BACA JUGA: Cewek Cakep Berdada Wow Ditangkap di Bandara, Begitu Digeledah, Isinya…
Mereka masih tidak percaya bahwa Kasianto meninggal seminggu setelah kunjungan terakhirnya ke Padepoka Dimas Kanjeng.
Apalagi, sebelum mengeluh sakit, Kasianto mengaku meminum segelas air. ”Katanya semua yang ikut dikasih air itu,” ujar Slamet Pramono.
BACA JUGA: Duh, Ternyata Dimas Kanjeng...
Pramono menceritakan, awalnya keluarga tidak tahu bahwa Kasianto berguru kepada Dimas Kanjeng. Sejak ikut tahun 2012, Kasianto baru mau bercerita dua tahun kemudian.
Dia dikenalkan Dimas Kanjeng oleh anak buahnya di kantor. ”Kami tahu setelah dia minta-minta uang ke istrinya,” cerita Pramono kepada Jawa Pos.
Setelah terbuka, Kasianto mulai mendapat pertentangan dari keluarganya. Banyak yang mengingatkannya bahwa penggandaan uang yang dilakoni oleh sang guru hanya tipu-tipu belaka.
Namun Kasianto tetap bergeming. Meskipun pada saat itu hartanya mulai terkuras, dia tetap loyal kepada Dimas Kanjeng.
Dimas Kanjeng rupanya tak kehabisan akal agar pengikutnya tidak membelot.
Dia sampai memberikan tongkat komando berwarna keemasan dan surat notaris kepada Kasianto.
Dimas Kanjeng menahbiskan Kasianto sebagai Korwil. Semacam kordinator bagi para pengikutnya di Kota Pahlawan.
Muslihat itu nampaknya memperteguh hati Kasianto. Berulang kali keluarganya menentang.
Bahkan hampir setiap hari selalu ada cekcok antara dirinya dengan keluarga. Kasianto juga berusaha mengajak keluarganya yang lain.
Lama kelamaan keluarganya hanya bisa pasrah. Hampir setiap minggu, Kasianto pulang pergi Surabaya-Probolinggo.
Sepulangnya dari sana, dia selalu terlihat letih. Tak jarang pula sampai sakit demam. ”Kami akhirnya diam. Sebab selama ini dia sering bantu keluarga,” imbuh Pramono.
Proses meninggalnya warga Tambak Asri XV/ 6 itupun berlangsung cepat. Awal bulan Maret dia pulang dari padepokan Dimas Kanjeng.
Dia sempat bercerita bahwa diberi air dalam gelas kecil. Dari penuturan Kasianto kepada keluarganya, air itu dilabeli air zam-zam oleh Dimas Kanjeng.
Air itu sebagai syarat untuk membuka kotak uang yang dijanjikan akan berlipat ganda.
Namun sebelum sempat membukanya, Kasianto mulai limbung. Hanya berselang seminggu, dia menunjukkan gejala-gejala aneh.
Jarinya menghitam, kukunya biru-biru. Dia juga muntah darah. Tidak lama setelah dibawa ke rumah sakit, dia meninggal.
”Dokter marah karena kami terlambat membawa ke rumah sakit. Dia (Kasianto, Red) divonis kanker paru-paru stadium empat,” papar Pramono.
Mendengar penjelasan dokter, keluarga korban heran. Sebab Kasianto tidak pernah memiliki riwayat penyakit paru-paru.
Saat itu, sebenarnya keluarga sudah merasa janggal dengan kematian Kasianto. Mereka sudah curiga dengan Dimas Kanjeng.
Pramono mengakui bahwa mereka sebenarnya sempat malu dan takut untuk melapor. Namun setelah muncul pemberitaan besar-besaran terkait penangkapan Dimas Kanjeng, mereka kemudian berani melapor.
”Selain agar korban yang lain berani melapor, kami juga ada niat untuk melaporkan kematian (Kasianto) yang tidak wajar,” bebernya.
Harta Kasianto sudah terkuras habis. Perhiasan-perhiasan yang didapat palsu. Sedangkan kotak yang katanya akan memunculkan uang ternyata kosong.
Sampai akhir hayatnya, uang Kasianto tidak pernah berlibat ganda. Hartanya terkuras dan tidak pernah kembali.
Kapolres Tanjung Perak AKBP Takdir Mattanete mengatakan bahwa polisi siap menerima laporan warga yang merasa menjadi korban penipuan Dimas Kanjeng.
Dia mengimbau agar semuanya tidak perlu takut untuk melapor ke polisi. ”Silakan saja lapor ke Polres-polres terdekat. Ini sudah perintah dari Ditreskrimum Polda Jatim,” tegasnya.
Mantan Kasatreskrim Polrestabes Surabaya itu melanjutkan, terkait proses penyidikan nantinya tetap akan dihandle oleh Polda.
BACA: Misteri Kematian si Ibu Penyetor Rp 200 M ke Dimas, Ujung Tangannya Menghitam
”Tetap kami layani semua laporan. Barang bukti kami kumpulkan lalu dilimpahkan ke sana (Polda),” lanjut Takdir. (did)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Awalnya Bilang Bunga Dihamili Bapaknya Demi Ilmu Hitam, Kini Beda Lagi
Redaktur : Tim Redaksi