PARIS - Aksi berantai Mohammed Merah di Kota Toulouse dan Kota Montauban, Midi-Pyr"n"es Region, masih menyisakan trauma. Kepolisian Prancis pun tak mau tinggal diam. Apalagi, pilpres sudah di depan mata. Jumat (30/3), polisi melakukan razia antiteror di beberapa kota dan mengamankan sedikitnya 19 tersangka.
Presiden Nicolas Sarkozy yang bakal kembali mencalonkan diri dalam pilpres 22 April mendatang menegaskan bahwa pemerintahannya tak akan berhenti memburu para tersangka teror. "Kami menarget para militan radikal Islam dalam setiap razia yang kami lakukan. Operasi yang kita saksikan pagi ini, masih akan terus terjadi di masa mendatang," tandas pemimpin 57 tahun tersebut.
Selain di Toulouse, penangkapan dini hari kemarin juga terjadi beberapa kota besar Prancis lainnya. Yakni di Kota Nantes, Marseille, Lyon, Nice dan ibu kota. Untuk melancarkan razia tersebut, polisi bekerja sama dengan unit khusus antiteror dan agen intelijen dalam negeri DCRI. Kemarin, Sarkozy menyebut razia sukses tersebut sebagai awal dari operasi antiteror dalam skala lebih besar.
Tak hanya mengamankan 19 orang yang diyakini sebagai teroris, polisi juga menemukan sejumlah senjata di lokasi razia. Diantaranya tiga senapan Kalashnikov, sepucuk pistol Glock dan sebuah granat. Salah seorang yang tertangkap kemarin diidentifikasi sebagai Mohammed Achamlane. Dia diduga kuat sebagai anggota dari kelompok ekstremis Forsane Alizza.
Sejak terungkapnya tiga aksi pembunuhan yang dilakukan Merah pada 11, 15 dan 19 Maret lalu, ketakutan menyelimuti Prancis. Khususnya di Toulouse dan Mountauban yang menjadi lokasi pembunuhan. Kematin Merah di tangan aparat pasca baku tembak 30 jam pada 22 Maret pun tak mampu mengusir ketakutan warga. Bahkan, ketegangan semakin meningkat karena khawatir akan terjadi serangan balas dendam.
"Kita harus memahami bahwa trauma yang dirasakan warga Mountauban dan Touluse adalah trauma kita semua," ungkap Sarkozy. Dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Europe 1, suami Carla Bruni itu mengatakan bahwa trauma yang menyelimuti Prancis, paling tidak, sama dengan trauma yang dirasakan warga Amerika Serikat (AS) pasca serangan 11 September 2001 atau 9/11.
Karena itu, dia mengimbau rakyat untuk mendukung penuh operasi antiteror yang masih akan berlangsung tersebut. "Ancaman ini tidak sekedar muncul di Toulouse, tapi di seluruh pelosok Prancis," kata Sarkozy. Dia yakin, Merah memiliki banyak teman yang sama-sama militan di Prancis. Jika anggota kelompok radikal itu sampai tertangkap, dia mengaku tak akan segan mengusir mereka dari Prancis.
Dalam kesempatan itu, Sarkozy kembali menegaskan bahwa keputusan pemerintah untuk melarang sejumlah ulama muslim memasuki Prancis, sebagai tindakan positif. "Kami tidak menerima kedatangan mereka yang ajarannya bertentangan dengan republik ini," ungkapnya. Tiga ulama yang dilarang masuk Prancis itu adalah Ayed Bin Abdallah al-Qarni, Abdallah Basfar, Safwat al-Hijazi dan Akrama Sabri. (AP/AFP/BBC/hep/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dalai Lama Raih Penghargaan Bernilai Rp15,5 M
Redaktur : Tim Redaksi