jpnn.com, ITALIA - Kasus kematian akibat virus corona di Italia sudah melebihi angka 10.000 per Sabtu (28/3) sehingga kemungkinan besar pemerintah memperpanjang masa karantina wilayah atau lockdown.
"Terdapat sejumlah elemen yang membuat kami yakin bahwa ketentuan tenggat waktu (karantina wilayah) pada 3 April harus ditunda," ujar Menteri Perindustrian Stefano Patuanelli dalam sebuah wawancara.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Corona Menggila, Etnis Tionghoa Di-bully, Selamatkan 270 Juta Rakyat
Italia merupakan negara Barat pertama yang mengambil langkah penutupan negara sejak mendapati kasus infeksi virus corona pada lima pekan lalu, dan penerapannya semakin diperketat seiring angka kasus yang terus bertambah.
Menurut keterangan resmi pemerintah, jumlah kasus positif COVID-19 melonjak sekitar 6.000 kasus menjadi 92.472 kasus, urutan kedua terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Pak Jokowi Kapan Lockdown? Gubernur Bilang Orang Miskin Kebal Corona
Sebanyak 889 kasus kematian terjadi dalam 24 jam terakhir, membuat jumlah pasien meninggal dunia mencapai 10.023 kasus.
Jumlah itu dianggap bisa semakin tinggi lagi jika tidak ada karantina wilayah.
BACA JUGA: Pak Ganjar Telepon Dian, Terdengar Suara Tangisan yang Tertahan
"Tanpa langkah-langkah ini, kita akan mendapati angka yang jauh lebih besar, layanan kesehatan juga pasti berada dalam situasi yang amat sangat dramatis. Kita akan berada pada situasi di luar kondisi sekarang," kata Kepala Perlindungan Sipil Angelo Borelli, yang mengumumkan pemutakhiran jumlah kasus COVID-19 .
Sementara itu, Menteri Pendidikan Lucia Azzolina telah mengumumkan penutupan sekolah dan perguruan tinggi yang dimulai pada 5 Maret lalu, akan diperpanjang melewati tanggal 3 April.
Di sisi lain, Menteri untuk Wilayah Selatan Giuseppe Giuseppe Provenzano justru mengungkapkan keresahannya atas kemungkinan ketegangan sosial dan kerusuhan masyarakat di kawasan miskin jika perkiraan bahwa wabah menjangkiti wilayah selatan betul terjadi.
"Saya khawatir kecemasan mengenai kesehatan, pemasukan, dan masa depan, yang memengaruhi pikiran sebagian besar masyarakat kita, dengan kelanjutan ke arah krisis, bisa berubah menjadi kemarahan dan kebencian," ujar Provenzano.
Presiden Giuseppe Conte sebelumnya menyatakan bahwa dia telah menyetujui usulan bantuan baru sejumlah 4,7 miliar euro (sekitar Rp84 triliun) untuk membantu pihak-pihak terdampak pandemi ini, misalnya berupa kupon belanja dan bantuan makanan. (reuters/antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia