Kembali Jadi Rakyat Jelata, 28 Pejabat Era Donald Trump Langsung Dihajar China

Kamis, 21 Januari 2021 – 09:30 WIB
Presiden Jokowi menerima kunjungan Menlu AS Mike Pompeo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (29/10). Biro Pers Sekretariat Presiden

jpnn.com, BEIJING - Pemerintah China telah menjatuhkan sanksi kepada 28 pejabat tinggi Amerika Serikat era kepresidenan Donald Trump, termasuk eks Menteri Luar Negeri Mike Pompeo.  

Kementerian Luar Negeri China mengumumkan hal tersebut hampir bersamaan dengan upacara pelantikan Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat yang baru.

BACA JUGA: Detik-Detik Donald Trump Tinggalkan Gedung Putih, Ada Tradisi yang Dilanggar

"Mereka merencanakan, mempromosikan dan melaksanakan serangkaian langkah gila, sungguh-sungguh mencampuri urusan dalam negeri China, merongrong kepentingan China, menyinggung rakyat China, dan secara serius mengganggu hubungan China-AS," tulis pihak Kemenlu China melalui keterangan tertulis yang diunggah di situs resmi mereka.

Selain Pompeo, mantan anak buah Trump lainnya yang dijatuhi sanksi termasuk kepala perdagangan Peter Navarro, Penasihat Keamanan Nasional Robert O'Brien dan John Bolton, Menteri Kesehatan Alex Azar, duta besar PBB Kelly Craft, dan mantan ajudan utama Trump, Steve Bannon.

BACA JUGA: Presiden Donald Trump Tinggal Sejarah, Pendukungnya Masih Saja Berulah

Menurut pihak Kemenlu, 28 mantan pejabat dan anggota keluarga dekat mereka akan dilarang memasuki seluruh wilayah China, termasuk Hong Kong dan Makao.

Perusahaan serta institusi yang terkait dengan mereka juga dilarang melakukan bisnis dengan China.

BACA JUGA: Alhamdulillah, Joe Biden Langsung Cabut Kebijakan Anti-Muslim Donald Trump

Pompeo dan lainnya yang diberi sanksi sampai saat ini belum menanggapi serangan China tersebut. Departemen Luar Negeri AS juga masih bungkam.

China telah beberapa kali menjatuhkan sanksi kepada anggota parlemen AS dalam setahun terakhir. Namun, menarget pejabat AS yang telah lengser adalah langkah yang sangat tidak biasa dan terkesan didasar kemarahan.

Pompeo sepertinya memicu kemarahan China lewat rentetan tindakannya di minggu-minggu terakhir masa jabatan.

Pada Selasa (18/1), dia kembali mengulangi tuduhan bahwa China telah melakukan genosida dan kejahatan kemanusiaan terhadap Muslim Uighur.

China berulang kali menolak tuduhan pelanggaran di wilayah Xinjiang, di mana tim penilai Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan setidaknya 1 juta orang Uighur dan Muslim lain ditahan di kamp-kamp.

Menanggapi tuduhan Pompeo, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying tidak menahan diri, apalagi bersikap diplomatis. Kata-kata kasar terlontar dari mulutnya saat menggambarkan salah satu orang kepercayaan Donald Trump itu.

"Pompeo membuat begitu banyak kebohongan dalam beberapa tahun terakhir, dan ini cuma kebohongan besar lain," ujar dia.

"Politisi AS ini terkenal karena berbohong dan menipu, membuatnya jadi bahan tertawaan dan seorang badut," tambah diplomat perempuan itu.

Hua mengatakan, China berharap pemerintahan baru Amerika Serikat bersedia bekerja sama dalam semangat saling menghormati, menangani perbedaan dengan patut, dan melakukan lebih banyak kerja sama saling menguntungkan di lebih banyak sektor."

"Kami berharap pemerintahan baru AS dapat memiliki penilaian yang masuk akal dan berpikiran dingin tentang masalah Xinjiang, di antara masalah lain," tutur dia. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler