jpnn.com, JAKARTA - Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman sumber daya pangan, namun belum semua dikembangkan secara optimal.
Salah satu contoh adalah pangan lokal seperti sagu, singkong, jagung menjadi tepung atau produk intermediate lain.
BACA JUGA: Sesuai Arahan Jokowi, Kementan Dorong Pasar Ekspor Produk Pertanian
Untuk itu, Kementerian Pertanian (Kementan) tengah berusaha mengembangkan industri pangan berbasis tepung lokal.
Dalam pelaksanaannya, Kementan menggandeng pihak-pihak terkait seperti Kementerian Perindustrian, Badan Pengkajian Pengembangan Teknologi (BPPT), Kamar Dagang dan Industri (Kadin), dan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi).
BACA JUGA: Raih Manfaat Ekonomi, Belanda Siap Promosikan E-Cert
BACA JUGA: Sponsor Utama Liga 1 Fasilitasi Penjualan Merchandise Klub
"Penandatanganan kerja sama dengan pihak-pihak terkait merupakan langkah maju dan sebagai awal untuk mengembangkan industri pangan berbasis tepung lokal," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi dalam acara Focus Group Discussion (FGD) di kantor Menara Kadin, Jakarta, Kamis (25/7).
BACA JUGA: CPNS Kementan Raih Atribut Terbaik Presidential Lecture
Agung mengatakan, kebutuhan gandum nasional mencapai sekitar 10 juta ton dan 8 juta ton di antaranya untuk industri makanan.
“Kebutuhan ini sangat besar dan harus dikendalikan. Makanya kami kembangkan pangan lokal seperti sagu, singkong, dan jagung untuk diolah menjadi tepung kering, yang selanjutnya dapat memenui kebutuhan bahan baku untuk industri dan mengurangi impor," sambung Agung.
BACA JUGA: Satriandi, Sang Bandar Narkoba Tewas Diterjang Empat Peluru
Agung juga menambahkan, untuk merealisasikan program tersebut dibutuhkan waktu, karena itu mulai 2019 BKP melakukan kegiatan Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL) di sepuluh provinsi.
"Melalui program ini, diharapkan selain terjalin kemitraan antara petani penghasil bahan baku dan pengusaha juga diharapkan mampu menumbuhkan unit Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bisa memproduksi tepung kering," jelas Agung.
Ketua Komite Tetap Ketahanan Pangan Kadin Franky Welirang menghargai apa yang dilakukan Kementan.
Menurut Franky, dalam membangun ketahanan pangan, selain meningkatkan produksi, juga harus diprioritaskan untuk menghasilkan produk intermedite, karena bisa diolah menjadi aneka bahan pangan dan sangat mendukung usaha kuliner yang saat ini berkembang pesat.
BACA JUGA: Siswa hanya 23 Orang, Sekolah Ini Buka PPDB hingga Akhir Bulan Juli
Dalam FGD ini selain tampil sejumlah pembicara, juga dipaparkan bagaimana lesson learned dari Pemerintah Kabupaten Meranti, Riau yang punya komitmen tinggi dan secara serius mengembangkan sagu, sehingga mampu mengekspor tepung sagu ke Jepang, Korea dan Malaysia.
FGD ini dihadiri Kementan, Kemenperin, BPPT, IPB, UNEJ, asosiasi terkait seperti Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan Minuman Indonesia, Persatuan Ahli Teknologi Pangan Indonesia, Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia, Masyarakat Singkong Indonesia, Masyarakat Sagu Indonesia, dan para pakar pangan lokal yang ahli di bidangnya. (cuy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Dorong Sinergi Program Pengentasan Daerah Rentan Rawan Pangan
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan