jpnn.com - jpnn.com - Gubernur NTT, Frans Lebu Raya menerima kunjungan rombongan Koordinasi Peningkatan Harmonisasi dan Pengelolaan Kerukunan Umat Beragama dari Provinsi Riau, di Ruang Rapat Gubernur, minggu lalu.
Pada kesempatan itu, Lebu Raya mengatakan para pejuang dahulu bermodalkan semangat membara dan senjata seadanya telah berhasil mempersatukan wilayah Indonesia yang luas dan beraneka latar belakang.
BACA JUGA: PKB Berharap Pemerintah Tak Mengikuti Jejak Orde Baru
“Akan sangat berdosa jika kita tidak mampu menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita memiliki tanggung jawab moral untuk terus mengawal kebhinekaan ini,” kata Lebu Raya seperti dilansir Timor Express (Jawa Pos Group).
Ia menambahkan, NTT sebagai salah satu daerah terluar NKRI sangat menjunjung tinggi semangat pluralisme. Dengan komposisi penduduk sekitar 85 persen beragama kristiani, toleransi antara umat beragama sangat tinggi.
BACA JUGA: Ulama Didata Jangan karena Ada Rasa Curiga
“Ada modal sosial berupa kearifan-kearifan lokal yang memperteguh kerukunan umat beragama di NTT. Hubungan kekeluargan dan persaudaraan menjadi tali pengikat yang kuat. Pernah pada tahun 1998, ada upaya untuk meluluhlantakan fondasi toleransi tersebut, namun tidak berhasil. Sampai sekarang, umat beragama hidup berdampingan dengan damai. Hari-hari besar keagamaan dirayakan secara bersama dan melibatkan pemeluk agama lain. Acara natal dan halal bihalal bersama sudah menjadi tradisi masyarakat,” ungkap Gubernur.
Lebih lanjut, gubernur dua periode itu menguraikan, Pemerintah Provinsi NTT selalu berupaya menjalin kemitraan dengan para pemuka agama.
BACA JUGA: Ingat! Polisi tak Punya Kewenangan Mendata Ulama
“Minimal dua kali setahun, kami secara rutin bertemu dengan para pemuka agama. Dalam kesempatan tersebut, mereka diberi ruang untuk memberikan masukan dan mengevaluasi berbagai kebijakan yang telah dijalankan,” katanya.
Dengan begitu, lanjut Frans, para pemuka agama tidak lagi berperan seperti pemadam kebakaran, tetapi sungguh merasa dilibatkan dalam setiap proses pembangunan. Setiap tahunnya, kata Frans, Pemprov juga menganggarkan bantuan untuk lembaga keagamaan guna mendorong usaha ekonomi produktif umat serta membantu pembangunan rumah ibadat.
“Komunikasi dengan Forkompinda juga diintesifkan setiap bulannya demi menjaga kedamaian di bumi Flobamora,” pungkas Gubernur Lebu Raya.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau, H. Ahmad Supardi Hasibuan, selaku ketua rombongan menguraikan secara singkat profil Provinsi Riau serta tujuan kedatangan mereka.
Ia mengungkapkan, sebagai daerah yang terkenal dengan sebutan Negeri Pujangga dan Negeri Asal Bahasa Melayu, orang Riau sejak zaman kerajaan sudah sangat terbuka dengan orang luar. Dengan jumlah penduduk sekitar 6,3 juta jiwa yang tersebar di dua kotamadya dan sembilan kabupaten, penduduk aslinya adalah orang Melayu.
“Sebagian besar penduduk Riau beragama Islam. Sampai sekarang, tidak ada persoalan konflik agama yang berarti di daerah kami. Tujuan kedatangan kami adalah untuk belajar tentang kehidupan umat beragama di NTT karena pada akhir Tahun 2015 NTT dianugerahi Penghargaan Provinsi dengan Kerukunanan Beragama Terbaik dari Kementerian Agama. Selain itu, kami juga mendengar tentang adanya Laboratorium Sosial di sini,” jelas Ahmad Supardi.
Ke-45 anggota rombongan ini terdiri dari Unsur Pimpinan dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau dan 11 Kabupaten/Kota, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi dan Kabupaten/Kota. Seturut agenda, kunjungan tersebut akan berlangsung selama 3 hari, terhitung mulai tanggal 14 hingga 16 Februari.
Pada hari pertama, rombongan mengunjungi beberapa tempat ibadah di Kota Kupang. Hari kedua akan diisi dengan kunjungan ke tempat wisata di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.
Tampak hadir pada pertemuan tersebut, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTT, Marselinus Sarman beserta jajaran pejabat struktural, Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat NTT, Barthol Badar dan Kepala Biro Humas NTT, Semuel Pakereng.(sam)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DMI: Negara Jangan Mencampuri Agama
Redaktur & Reporter : Friederich