LAMPUNG - Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah sudah menegaskan jika mereka tidak akan mengikuti sidang isbat untuk menentukan 1 Ramadhan 1433 H/2012 M pada 19 Juli nanti. Meski mereka sudah tegas menyatakan boikot, Kementerian Agama (Kemenag) tetap mengundang Muhammadiyah untuk ikut sidang tersebut.
Direktur Jenderal Pembinaan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam Kemenag Abdul Jamil menuturkan, undangan kepada PP Muhammadiyah sudah dilayangkan. Dia mengatakan, Kemenag tetap mengundang karena PP Muhammadiyah adalah anggota Badan Hisab dan Rukyah (BHR) Kemenag.
"Perkara mereka tidak datang, ya tidak apa-apa. Tetapi lebih baik datang untuk menunjukkan kekompakan Islam di Indonesia," kata Jamil dalam kunjungan kerja di Ponpes Minhadlul Ulum Trimulyo, Lampung kemarin (15/7).
Dia mengatakan kalaupun nantinya Muhammadiyah tetap mangkir di sidang isbat, keputusan sidang tetap berlaku dan harus dijalankan.
Menurut Jamil selama ini PP Muhammadiyah cukup aktif dalam mengikuti agenda-agenda di BHR. Termasuk sidang isbat. "Tahun lalu mereka ikut," tegas dia. Mantan kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemenag itu mengatakan jika sidang Isbat ini bukan sidang otot-ototan. Sehingga dia berharap PP Muhammadiyah bisa ikut sidang karena aspirasi mereka tetap ditampung.
Seandainya nanti penetapan 1 Ramadhan tetap berbeda antara Muhammadiyah dengan pemerintah, Jamil mengatakan masyarkat harus tetap rukun. Dia mengatakan saat ini masyarakat sudah sangat dewasa dalam menghadapi perbedaan penetapan hari-hari besar Islam. "Kita beda bukan sekali ini saja," ucap dia.
Jamil mengatakan masyarakat tidak perlu tercerai berai dengan adanya perbedaan ini. Kepada anggota sidang isbat nanti, dia juga berharap bisa bersikap dewasa dengan potensi kemunculan beberapa perbedaan.
Di bagian lain Ketua PP Muhammadiyah Abd. Fattah Wibisono mengatakan pihaknya tetap belum ada rencana untuk mencabut sikap boikot dan memilih ikut sidang isbat. 'Saya sudah berkomunikasi dengan jajaran pimpinan, memang tidak ada rencana untuk mengirim orang ikut sidang isbat,' kata dia. Sebelumnya tersiar kabar jika PP Muhammadiyah akan mengirim perwakilan untuk ikut sidang isbat. Tetapi orang ini tidak boleh ikut dalam pengambilan keputusan sidang.
Seperti diberitakan sebelumnya, PP Muhammadiyah sudah mengeluarkan maklumat penetapan 1 Ramadhan. Isi dari maklumat tersebut menyebutkan bahwa 1 Ramadhan versi mereka jatuh pada 20 Juli. Itu berarti warga Muhammadiyah sudah mulai salat tarawih pada 19 Juli.
Sementera itu pemerintah dan NU serta ormas lainnya belum menentukan 1 Ramadhan. Mereka baru menetapkan 1 Ramadhan setelah sidang isbat yang akan dilaksanakan 19 Juli nanti. Meskipun begitu, kemungkinan besar pemerintah, NU, dan ormas-ormas lain di luar Muhammadiyah akan mulai salah tarawih pada 20 Juli dan berpuasa pada 21 Juli.
Pada kesempatan yang sama Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali (SDA) mencemaskan tayangan-tayangan televise selama Ramadhan. Dia menduga kuat tayangan televisi selama Ramadhan masih didominasi acara guyonan atau lawak. "Ini kurang produktif untuk kekhusyukan umat Islam yang sedang menjalankan puasa," kata dia.
Potensi kemunculan tayangan humor berkedok siraman rohani menurut SDA muncul karena muatan bisnis cukup kental. Dia meyakini jika acara-acara ini dari kacamata rating masih sangat menggiurkan bagi pemasang iklan.
Menurut SDA tayangan televisi selama Ramadhan harusnya lebih menonjolkan tayangan-tayangan siraman rohani. Dia menggarisbawahi, tayangan rohani yang dimaksud adalah yang benar-benar pengajian. Penceramah-penceramah yang selama ini identik dengan lawakan, diharapkan bisa lebih member siraman rohani. (wan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hukuman Ringan, Oknum Pajak Bakal Tetap Doyan Sogokan
Redaktur : Tim Redaksi