Tim sepakbola gaya Australia atau footy, Richmond Tigers asal Melbourne memenangkan Grand Final AFL 2017 setelah berhasil menumbangkan lawannya Adelaide Crows dengan unggul 48 point.
Bachar Houli, pemain belakang dari tim tersebut, menjadi pemain Muslim pertama yang ikut menang dalam pertandingan tersebut.
BACA JUGA: Penyebab Hilangnya MH370 Tetap Tidak Diketahui
Pria kelahiran 1988 ini memiliki darah Libanon dan sudah mulai bermain footy sejak usianya 12 tahun. Pertama kali menjadi pemain footy profesional di tahun 2007 dengan tim Essendon, sebelum akhirnya bergabung dengan tim Richmond sejak 2011. Ia juga menjadi duta multikultur AFL.
Kemenangan Bachar dalam laga final yang digelar hari Sabtu, 30 September 2017 lalu langsung disambut bahagia oleh banyak warga Muslim di Australia.
BACA JUGA: Pabrik Toyota dan Holden Ditutup di Australia
Banyak warga Muslim, khususnya asal Melbourne yang meluapkan kebahagian atas kemenangan pertama Tigers sejak 37 tahun dengan membagikan unggahan di jejaring sosial, seperti di Facebook.
Neil Aykan, Direktur Eksekutif dari Dewan Islam di Victoria, Australia mengatakan reaksi dari komunitas Muslim di Victoria telah luar biasa bahagia.
BACA JUGA: Jalan Tol Kwinana di Perth Diperkirakan Banjir Permanen Tahun 2100
"Bachar Houli benar-benar telah membuat tidak hanya warga Muslim bangga, ia adalah sosok hebat untuk multikultur dan keberagaman di sepakbola gaya Australia dan juga anggota komunitas Muslim yang dijagokan," ujar Neil kepada Erwin Renaldi dari ABC Melbourne.
Neil menambahkan ada beragam makna dari kemenangan Houli, tetapi belum ditemukan adanya pesan negatif dari keterlibatan Houli dalam kemenangan tersebut.
"Saya rasa kebanyakan warga, bukan hanya Muslim, bangga untuk mengatakan bahwa ia adalah anak seorang migran, wakil multikultur, yang memiliki tempat terhormat untuk bermain di olahraga khas Australia dan membantu tim kita menang."
Bachar bisa jadi bukan hanya satu-satunya Muslim di Australia yang telah membuktikan diri di bidangnya, tetapi Neil mengatakan kebahagiaan warga Muslim di Australia adalah hal yang beralasan.
"Saya tidak bisa menyalahkan orang-orang menjadi bahagia secara berlebihan, ini adalah prestasi luar biasa, ia bisa menjadi atlet-atlet Muslim di Australia untuk memenangkan Olimpiade, mendapat medali emas untuk Australia, memenangkan kejuaraan tenis atau kriket dunia."
"Warga Australia senang berolahraga, kita adalah negara penggila olahraga, tetapi footy sudah seperti agama. Itulah rasanya mengapa warga menjadi euforia soal kemenangan Bachar." Khodr Yehia berharap dapat menjadi pemain footy papan atas di masa depan.
Foto: Koleksi pribadi.
Khodr Yehia adalah pemuda Muslim yang sedang mulai menjejakkan kakinya di olahraga footy. Ia sudah berlatih footy selama tiga tahun.
Ia merasa Bachar adalah sosok teladan baginya untuk menjadi seorang Muslim yang taat, tetapi tetap bisa menjadi pemain footy profesional.
"Ia adalah teladan bagi kami, karena ia membantu kami melihat apa yang bagus untuk dicontoh dan bagaimana menghindari dari hal-hal yang tidak baik," ujarnya.
Khodr, usia 16 tahun, sudah bergabung dengan klub West Coburg dan baru-baru ini ditarik oleh klab Calder Cannons untuk meniti impiannya bermain di liga utama footy Australia, atau AFL,
Sebagai pemuda Muslim, ia mengaku tak memiliki hambatan untuk bermain olahraga yang sangat digemarinya tersebut.
"Tidaklah sulit bagi pemuda Muslim untuk bermain footy, semua orang menerima siapa pun kita dan apapun budaya kita. Mereka tahu saya Muslim dan menghormatinya," kata siswa Brunswick Secondary College tersebut.
"Warga Australia tahu orang-orang berasal dari bangsa dan budaya yang berbeda dan mereka suka footy, olahraga yang menyenangkan." Rana Hussain merasa tidak merasa sulit sebagai Muslimah bekerja di industri olahraga Australia.
Foto: Koleksi Richmond Football Club.
Rana Hussain, yang bekerja di Richmond Football Club di bagian pemasaran dan bidang multikultur juga merasa senang luar biasa dengan kemenangan Bachar.
Menurutnya, kemenanga tersebut memberikan pesan penuh harapan bagi generasi penerus Australia dari beragam latar belakang.
"Ini sesuai dengan pemikiran bahwa tidak ada yang bisa mencegah kita di negara ini," katanya.
"Kita bisa meraih apapun yang ingin kita capai, sangat mungkin, karena biasanya kita merasa terpinggirkan dan saya rasa melihat kemenangan Bachar menjadi penting karena kehebatannya dan kesuksesannya di bidangnya, bukan karena ia Muslim yang taat."
Rana mengatakan terlepas dari kemenangannya, Bachar sudah menunjukkan kepada warga Australia soal adanya perbedaan dan keragaman identitas.
"Sangat menarik bagi saya melihat bagaimana ia bersikap, ia tidak mengorbankan dirinya atau agamanya, ia menghindar disaat membutuhkan. Ia merayakan kemenangan dengan timnya, tetapi jika ada yang bertentangan dengan keimanannya, ia secara diam-diam menjauh, tapi ia juga tidak diambil pusing soal ini," kata Rana.
Sebagai seorang Muslimah berhijab, Rana merasa satu-satunya tantangan bekerja di industri olahraga adalah merayakan kemenangan.
"Perayaan di Australia melibatkan minum-minum alkohol, kadang merasa terisolasi, tetapi bukan berati kita ikut menjadi bagian dari perayaan."
Neil mengatakan kemenangan Bachar bisa menjadi salah satu contoh bagaimana warga Muslim sebenarnya sudah berkontribusi dan menyatu dengan masyarakat Australia, tetapi menurutnya masih banyak yang harus dilakukan.
"Ini adalah contoh yang baik dan saya rasa bisa mengubah sejumlah orang dalam memandang Muslim."
"Tapi bukan berarti kita menerima begitu saja anggapan bahwa satu kemenangan di grand final telah membuat Muslim merasa diterima, ada banyak yang harus dilakukan di depan kita."
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lima Puluhan Pengungsi Pulau Manus Memulai Hidup Baru di AS