jpnn.com - JAKARTA – Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri menggandeng sutradara kondang Hanung Bramantyo untuk memproduksi film-film dokumenter tentang kisah sukses pembangunan desa.
Direktur Lembaga Kemasyarakatan dan Adat Desa, PKK dan Posyandu Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri, TB Chaerul Dwi Sapta menjelaskan, film dokumenter tersebut akan mengangkat cerita yang benar-benar terjadi dari para tokoh yang berjuang untuk kemajuan desanya, dan bisa menjadi inspirasi bagi yang lain.
BACA JUGA: P3PD di Papua Selatan, Ditjen Bina Pemdes Ajak Semua Berkontribusi Majukan Desa
"Kami ingin menyampaikan ke masyarakat luas, kisah-kisah inspirasi perjuangan desa yang menggambarkan perjuangan dan gotong royong warga dan aparat pemerintahan desa. Kami ingin sampaikan bahwa di desa bisa tumbuh dan berkembang,” ujar Chairul, seusai melakukan preview film-film tersebut di kantor Dapur Film, di Jakarta, Senin (13/11).
“Desa adalah embrio dari negara, dan manusia desa yang maju adalah syarat kemajuan bangsa,” imbuhnya.
BACA JUGA: Ditjen Bina Pemdes Ingatkan Pentingnya Kolaborasi untuk Wujudkan Desa Mandiri
Ini merupakan produksi film pertama Kemendagri. Karena itu, Chaerul ingin film ini betul-betul layak ditonton masyarakat dan memberikan dampak nyata bagi kemajuan desa.
Inilah alasan kenapa dia menggandeng sutradara senior yang karya-karyanya sudah mendapatkan banyak penghargaan.
BACA JUGA: Hanung Bramantyo Ceritakan Momen Paling Diingatnya Tentang Ibu, Bikin Terenyuh
“Kami percaya Mas Hanung mampu membuat film ini disukai masyarakat dan pesannya tersampaikan. Mas Hanung sudah melahirkan banyak film berkualitas, dan saya berharap, film dokumenter ini juga tidak kalah kualitasnya dari film-filmnya yang lain,” tuturnya.
Film-film dokumenter ini akan segara ditayangkan dalam acara-acara yang dikelola Kemendagri maupun saluran digital.
Film dokumenter yang diproduksi terdiri dari empat cerita yang berangkat dari kisah nyata di empat tempat, yakni:
- Desa Mandalagiri, Tasikmalaya, Jawa Barat
- Desa Tanjung Setia, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung
- Nagari Padang Ganting, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat
- Desa Akebay di Pulau Maitara, Tidore, Maluku Utara.
“Pemilihan empat lokasi tersebut disesuaikan dengan tokoh-tokoh utama yang diangkat dalam film ini. Adapun pemilihan tokoh, dipilih melalui riset panjang, tentang sosok-sosok penting yang rela kembali ke desa dan berjuang untuk memajukannya,” kata sang sutradara Hanung.
Hanung mengatakan, karena cerita yang diangkat adalah cerita yang benar-benar terjadi, dan tokohnya juga nyata, maka harapannya, film ini punya dampak nyata dalam menggerakkan masyarakat untuk lebih peduli lagi pada kemajuan desa.
“Saya sudah lama bersentuhan dengan pembangunan desa. Lebih tepatnya saat shooting film Sultan Agung pada 2018. Waktu itu, ada satu kepala desa yang dalam pandangan saya, adalah sosok menarik yang bekerja untuk desanya. Sejak saat itu, saya sudah terpikir untuk membuat film tentang desa. Karena itu, ketika ada ajakan dari Kementerian Dalam Negeri membuat film dengan tujuan memajukan desa, saya langsung menyanggupinya,” tuturnya. (*/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan