Kemendagri Percepat Realisasi APBD & Penganggaran Penanganan Inflasi

Senin, 24 Oktober 2022 – 19:35 WIB
Dirjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri Agus Fatoni dalam rakor Anev dan Asistensi Percepatan Realisasi APBD dan Penganggaran Penanganan Inflasi. Foto: Kemendagri

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menggelar rakor Analisis Evaluasi (Anev) dan Asistensi Percepatan Realisasi Anggaran dan Belanja Daerah (APBD) dan Penganggaran Penangan Inflasi.

Rakor di Kemendagri, Jakarta, Rabu (19/10) diikuti daerah dengan realisasi APBD terendah dan tertinggi, daerah dengan dana kas tersimpan di bank tertinggi dan daerah dengan inflasi tertinggi.

BACA JUGA: Percepat Realisasi APBD-Penanganan Inflasi, Tim Kemendagri Turun Langsung ke Papua

Rakor membahas solusi percepatan realisasi APBD, membahas penganggaran dan penanganan dampak inflasi dan pengunaan produk dalam negeri.

"Rakor ini penting dilaksanakan, selain menjadi ruang diskusi guna percepatan penyerapan APBD, penyiapan anggaran dalam pengendalian inflasi di daerah, sekaligus pembahasan penganggaran peningkatan penggunaan Produk Dalam Negeri (PDN) dalam rangka menyukseskan Bangga Buatan Indonesia," jelas Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Keuangan Daerah (Keuda) Kemendagri Agus Fatoni.

BACA JUGA: Bidan Tidur di Ruangan Puskesmas, Perawat Pria Masuk & Mencium Bagian Sensitif, Baju Terbuka

Fatoni mengatakan peserta rakor yang diundang sengaja dipilih, yaitu daerah yang realisasi APBDnya terendah dan tertinggi, daerah dengan inflasi tertinggi dan daerah dengan uang kas yang belum terpakai yang tertinggi.

Fatoni mengatakan rakor ini menjadi ruang diskusi untuk menemukan solusi percepatan realisasi APBD.

BACA JUGA: Suami Bunuh Istri di Tengah Jalan, Peristiwa Berdarah Itu Disaksikan Warga

"Rakor ini juga sebagai Forum untuk melakukan analisis dan evaluasi (Anev), asistensi, inventarisasi dan mencari solusi permasalahan realisasi APBD," tegasnya.

"Jadi, hari ini bapak ibu seharian bisa bersama sama diskusi, akan ada masukan, saran, kemudian ada informasi penting dari narasumber. Kami berharap bapak dan ibu juga menyampaikan kepada kami, kesulitan dan masalah yang ada didaerah, dinamika yang ada didaerah, agar bisa kita diskusikan dan cari solusinya. Karena serapan anggaran yang rendah ini terus terjadi setiap tahun," tutur Fatoni.

Adapun sepuluh daerah dengan realisasi pendapatan tertinggi per tanggal 15 Oktober 2022, yaitu Provinsi Jawa Timur 84,24 persen, Kepulauan Bangka Belitung 84,17 persen, Bali 82,22 persen, Kalimantan Barat 81,15 persen, DIY 76,77 persen.

Kemudian, Provinsi Kalimantan Selatan 76,68 persen, Provinsi Jawa Barat 76,40 persen, Sumatera Barat 74,50 persen, Banten 74,01 persen, dan Provinsi Sumatera Utara 72,88 persen.

"Adapun untuk kabupaten daerah dengan realisasi pendapatan tertinggi per September 2022 yaitu, Kabupaten Bojonegoro 85,16%, Kabupaten Kep. Raja Ampat 83,55%, Kabupaten Kaur 82,70%, Kabupaten Banyuwangi 81,47%, Kabupaten Ciamis 80,96%, Kabupaten Tangerang 80,46%, Kabupaten Kebumen 80,24%, Kabupaten Wonogiri 79,72%, Kabupaten Bondowoso 79,09%, dan Kabupaten Bangka 78,89%. Sementara untuk Kota yaitu, Kota Magelang 89,09%; Kota Kediri 85,06%; Kota Tangerang Selatan 81,88%; Kota Yogyakarta 81,00%; Kota Padang Panjang 77,41%; Kota Payakumbuh 77,13%; Kota Prabumulih 76,51%; Kota Bontang 76,00%; Kota Bukit Tinggi 75,82%; dan Kota Sukabumi 75,34%," kata Fatoni.

Di sisi lain, Fatoni juga menjelaskan sepuluh daerah dengan realisasi belanja tertinggi per tanggal 15 Oktober 2022.

"Untuk provinsi, yakni Jawa Barat, Bali, Banten, Jawa Timur, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat dan Lampung. Sementara, Kabupaten yaitu; Kaur, Pati, Bone Bolango, Banjar, Karimun, Aceh Jaya, Lampung Barat, Bener Meriah, Aceh Timur dan Banyuwangi. Sedangkan untuk Kota meliputi, Bitung, Sukabumi, Langsa, Bandar Lampung, Lhokseumawe, Metro, Gunung Sitoli, Banda Aceh, Tanjung Pinang, dan Tual," imbuh Fatoni.

Dia juga menyebutkan daerah-daerah dengan posisi uang kas tertinggi di perbankan.

"Untuk Provinsi meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Aceh, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Papua, Papua Barat dan Sumatera Utara. Kabupaten terdiri dari Bojonegoro, Tangerang, Kutai Timur, Bogor dan Bekasi. Sedangkan, untuk Kota yaitu, Cimahi, Medan, Malang, Surabaya, dan Makassar," ujarnya.

Karenanya, Fatoni mengimbau agar daerah segera mengatasi persoalan serapan anggaran yang masih rendah dan segera melakukan percepatan pelaksanaan realisasi APBD TA 2023.

Selain itu, daerah juga harus memaksimalkan serapan anggaran, serta melaksanakan kebijakan anggaran menjadi lebih efektif, efisien, dan akuntabel.

"Pemda jangan ragu melakukan pengadaan dini setelah penandatanganan nota kesepakatan KUA dan PPAS oleh Kepala Daerah dan Pimpinan DPRD. Selanjutnya, penandatanganan kontrak dilakukan setelah pengesahan DPA SKPD tahun berkenaan. Berikutnya, menetapkan pejabat pengelola keuangan daerah dan pelaksanaan APBD pada SKPD dan SKPKD tidak menggunakan Tahun Anggaran. Selain itu, penting juga dilakukan peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan daerah kepada kepala daerah, kepala OPD dan pejabat pengelolaan keuangan daerah dan pengadaan barang dan jasa," imbuh Fatoni.

Rakor dihadiri Sekretaris Ditjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri, Plh Direktur Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, Ditjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri, Kasubdit/Fungsional Ahli Madya Ditjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri, Tim Teknis SIPD dan Pelaksana Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Kemendagri, Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah pada 23 pemerintah provinsi, Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah pada 31 pemerintah kabupaten, dan Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah pada 26 Pemerintah Kota. (rhs/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Erick Thohir Menteri Kesayangan Jokowi dan Bisa jadi Cawapres


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler