jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengucurkan dana Rp 80 miliar bagi pelaku seni dan budaya. Ini sebagai upaya meningkatkan kemajuan kebudayaan tanah air.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengatakan, dana bantuan Rp 80 miliar itu merupakan program Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK). FBK adalah kegiatan pendukungan yang bersifat stimulus dan diberikan kepada perseorangan maupun kelompok.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Habib Luthfi Tunda Maulid, Saksi Pernikahan Putri Rizieq Kena Covid
" Dana tersebut bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kemajuan kebudayaan di tanah air, baik kelompok maupun perorangan, bersifat non-fisik dan non-komersil," ujar Hilmar, Kamis (19/11).
Dia berharap, program FBK ini bisa diapresiasi masyarakat dan pemangku kepentingan (stakeholder) secara luas.
BACA JUGA: Kemendikbud Luncurkan Merdeka Belajar Jilid Enam, Ini Tiga Programnya
Karena ini merupakan bantuan negara, Hilmar meminta untuk menggunakan anggarannya dengan tertib.
"Ini kan (anggaran FBK) menggunakan uang negara. Nilainya juga besar, jadi penggunaan, pelaporan hingga pertanggungjawabannya harus betul-betul tercatatat, transparan dan tertib administrasi,” jelasnya.
BACA JUGA: Kemendikbud Mau Rekrut 1 Juta Guru PPPK, Honorer K2 Khawatirkan Persaingan
Hilmar menyebutkan, FBK menjadi cikal bakal Dana Abadi Kebudayaan yang digagas pada Kongres Kebudayaan Indonesia 2018.
Sementara itu penerima FBK dari komunitas game online kebudayaan mengaku senang karena merasa terbantu dengan program yang dijalankan Ditjen Kebudayaan.
Seperti dikatakan Muhammad Abdul Karim. Sudah enam tahun dia berkecimpung game online kebudayaan. Dengan adanya bantuan dari Kemendikbud, dirinya bersyukur.
"Kelompok game online saya menerima bantuan Rp 17 juta. Program bantuan ini bisa memfasilitasi ruang kreatif bagi pelaku seni," ujarnya.
Dia mengaku sudah menerima 80 persen dana FBK dan sisanya diberikan Kemendikbud bila pekerjaannya sudah selesai.
Abdul Karim mengungkapkan, baru kali ini mendapatkan anggaran pengembangan. Biasanya gagal terus mendapatkan bantuan dari Publisher l(penerbit), investor, dan program lomba atau hibah.
"Kami telah mengembangkan game sejarah di tanah air, seperti game dari Pedalahusa (2014), Pedalahusa Fall of Bali (2017), Perang Laut Maritime Warfare (2019), dan Surabaya Inferno (2020)," ungkapnya.
Hal yang sama juga dirasakan komunitas musik Riau Rhythm. Dari sekitar 4000 proposal, Riau Rhythm terpilih sebagai penerima FBK.
"Kami senang karena proposal kami diterima dari 4000-an proposal pengusul. Nilai proposal kami Rp 893 jutaan untuk memfasilitasi konser Riau Rhythm," jelasnya.
Dijelaskan, dana tersebut untuk kegiatan konser yang terdiri dari 128 orang musisi orkestra, musisi tradisional, pelaku panggung, video mapping dan lainnya. Proposal kegiatan ini akan melibatkan seniman dan pelaku seni di Riau yang selama pandemi ini tidak memiliki pemasukan seperti biasanya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad