jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menilai fungsi perpustakaan di sekolah hingga kini belum optimal.
Padahal, perpustakaan mestinya bisa menjadi sarana meningkatkan kemampuan anak didik.
BACA JUGA: Percaya Perpustakaan Mengubah Hidup, Bu Risma: Sahabat Dekat Saya Buku
"Perpustakaan di sekolah masih seperti gudang penyimpanan atau koleksi buku. Ini dijumpai hampir di semua sekolah," kata Plt Kepala Balitbang dan Perbukuan Kemendikbud Totok Suprayitno dalam Rakornas bidang Perpustakaan 2021 secara virtual, Senin (22/3).
Hal ini ironis mengingat jumlah perpustakaan di Indonesia terbanyak kedua di dunia setelah India. Total ada 164 ribu perpustakaan yang tersebar di seluruh nusantara.
BACA JUGA: Perpustakaan Indonesia Terbanyak Kedua di Dunia, Tetapi Sayang..
"Salah satu pemicu tidak optimalnya perpustakaan di sekolah karena waktu istirahat yang singkat," tambahnya.
Siswa di sekolah hanya diberi kesempatan istirahat 15 menit sehingga tidak sempat berkunjung ke perpustakaan.
BACA JUGA: 6 Jenis Buah dan Sayur Paling Kotor, Banyak Pestisida
Hal ini ditambah lagi dengan kurangnya koleksi bacaan yang sesuai dengan generasi zaman sekarang. Juga manajemen pengelolaan yang buruk.
"Itu belum lagi dikurangi kegiatan lainnya. Sehingga perpustakaan hanya menjadi tempat mengerjakan tugas," ujarnya.
Kondisi itu turut memicu rendahnya budaya literasi yang pada akhirnya membuat siswa tidak mampu memperdalam mata pelajaran yang diberikan. Tidak heran, tingkat literasi siswa-siswi di tanah air datar-datar saja menurut hasil PISA.
Ditambahkannya, hasil survei tentang kebisaan membaca menunjukkan, kemampuan literasi siswa berkontribusi positif terhadap kemampuan membaca dan memahami mata pelajaran.
"Mereka yang gemar membaca level kompetensinya lebih baik dari pada mereka yang malas,” pungkasnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad