jpnn.com, JAKARTA - Kepala Biro Kerja sama dan Humas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Evy Mulyani mengatakan, tahun ajaran baru yang akan dimulai pada pertengahan Juli mendatang, tidak sama dengan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di sekolah.
Dia juga menegaskan, sekolah di wilayah zona hijau tidak serta merta dibuka, tetapi akan dilakukan dengan sangat hati-hati, dan tetap mengikuti protokol kesehatan
BACA JUGA: Disdik Jabar Ogah Buru-buru Buka Sekolah
“Yang menjadi prioritas kami adalah kesehatan dan keselamatan warga sekolah (siswa, guru dan orang tua) sehingga belum tentu sekolah di wilayah zona hijau dibuka," kata Evy dalam keterangannya, Minggu (7/6).
Sementara sekolah yang berada di zona merah dan kuning, kata Evy, sistem pembelajaran jarak jauh masih menjadi pilihan utama pemerintah dalam menerapkan model pembelajaran Tahun Ajaran baru 2020/2021.
BACA JUGA: Guru Mulai Bekerja di Sekolah 3 Juni, Siswa Masuk Tanggal 15
Dia mengungkapkan, sering terjadi kerancuan informasi terkait tahun ajaran baru yang masih disamakan dengan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di sekolah.
Saat ini model pembelajaran jarak jauh (PJJ) akan menjadi pilihan utama sehingga bagi sebagian besar sekolah akan melanjutkan pembelajaran daring seperti yang sudah dilakukan 3 bulan terakhir.
BACA JUGA: Hasil Jajak Pendapat: 63,7 Persen Siswa Setuju Sekolah Dibuka Juli 2020
Evy melanjutkan, pembukaan kembali sekolah khususnya di wilayah zona hijau, akan dibahas Kemendikbud bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Sedangkan protokol kesehatan di bidang pendidikan akan dibahas bersama Kementerian Kesehatan.
“Sekolah yang berada di zona hijau tidak langsung bisa dibuka secara otomatis, tetapi melalui prosedur izin syarat yang ketat. Misalnya sebuah sekolah berada di zona hijau, tetapi berdasarkan penilaian keseluruhan prosedur dan syarat, ternyata tidak layak untuk dibuka kembali. Tentu ini harus tetap menjalankan PJJ,” jelas Evy.
Untuk menunjang PJJ ini, Kemendikbud telah merekomendasikan 23 laman yang bisa digunakan peserta didik sebagai sumber belajar.
Selain itu warga satuan pendidikan, khususnya peserta didik dapat memanfaatkan berbagai layanan yang disediakan oleh Kemendikbud antara lain program belajar dari rumah melalui TVRI, radio, modul belajar mandiri dan lembar kerja, bahan ajar cetak serta alat peraga dan media belajar dari benda dan lingkungan sekitar.
“Saat ini, kami mempunyai PJJ yang memang memerlukan internet akses jadi online based kemudian juga ada television based, radio based, dan juga sebenarnya banyak tersedia berbagai modul yang dapat dipergunakan atau dipelajari secara mandiri. Tentunya ini sangat memerlukan kolaborasi yang sangat baik antara guru dan orang tua terkait PJJ ini,” terang Evy.
Evy menambahkan, aktivitas dan tugas pembelajaran pada sistem PJJ bisa dilakukan bervariasi disesuaikan dengan minat siswa, serta akses atau fasilitas belajar di rumah.
PJJ ini hadir untuk memberi pengalaman belajar yang bermakna tanpa harus membebani guru dan siswa dalam menyelesaikan kurikulum untuk kenaikan kelas atau kelulusan.
“Aktivitas dan tugas pembelajaran juga dapat bervariasi antar siswa kemudian disesuaikan juga dengan minat dan kondisi masing-masing termasuk juga mempertimbangkan kesenjangan akses atau fasilitas belajar di rumah,” tutur Evy.
Meskipun sampai saat ini masih ditemui sejumlah kendala dalam pembelajaran jarak jauh, Evy mengatakan masih ada hal positif yang dapat diambil di antaranya tumbuhnya kolaborasi orang tua dengan guru.
“Orang tua mulai melihat dan memahami bahwa tidak mudah menjadi seorang guru. Pada masa pandemi ini dibutuhkan keterlibatan langsung orang dalam proses pembelajaran,” papar Evy. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad