jpnn.com, JAKARTA - Komisioner bidang pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti mengungkapkan sebanyak 66 persen atau 129.937 orang tua murid tidak setuju sekolah dibuka pada tahun ajaran baru 2020 pada Juli mendatang.
Sikap ini terungkap dari hasil polling atau jajak pendapat melalui penyebaran angket yang dilakukan Retno di laman Facebook pribadinya.
BACA JUGA: PGRI: 14,5 Persen Orang Tua Tak Khawatir Anak Kembali ke Sekolah di Masa Pandemi
Jajak pendapat itu merupakan riset advokasi.
Namun, dalam rapat pleno lembaganya, komisioner KPAI menolak hal ini menjadi data KPAI karena sifatnya baru uji coba angket selama 32 jam dan tidak ada koordinasi saat akan melakukan uji coba angket pendapat masyarakat ini.
BACA JUGA: Guru Mulai Bekerja di Sekolah 3 Juni, Siswa Masuk Tanggal 15
“Namun, atas nama hak publik untuk tahu hasilnya, terutama penghargaan saya secara pribadi kepada ratusan ribu orang tua, siswa dan guru yang sudah berpartisipasi, maka saya memutuskan membuka hasil angket ini,” ujar Retno, dalam keterangannya, Rabu (3/6).
Dalam riset advokasi ini, metodenya yang dipakai adalah ideografis, subjektif dan harus memihak. Dalam hal ini memihak pada kepentingan terbaik bagi anak, termasuk dalam angket pendapat ini. Sasaran kuesioner adalah siswa, guru dan orang tua.
BACA JUGA: Musni Umar Ungkap Sosok yang Dibunuh Ruslan Buton, Bukan Petani?
Angket itu bertujuan untuk memberikan ruang partisipasi kepada siswa, orang tua dan guru secara langsung kepada kebijakan negara yang terkait anak.
Angket ini juga merupakan advokasi kebijakan dan masukan kepada pemerintah terkait kapan idealnya sekolah dibuka menurut persepsi anak, guru dan orang tua siswa.
Ketika uji coba angket dilakukan ternyata tidak diduga animo masyarakat untuk berpartisipasi sangat tinggi.
Sehingga dalam 32 jam, diperoleh partisipasi siswa sebanyak 9.643 orang, guru sebanyak 18.111 orang dan orang tua mencapai 196.559 orang.
"Orang tua yang paling antusias mengikuti pengisian angket ini. Bahkan sampai 2 Juni 2020 masih ada permintaan masyarakat agar angket dibuka kembali karena para orang tua ini ingin menyampaikan pendapatnya," sebut mantan kepala SMAN 3 Jakarta ini.
Bagaimana hasilnya? Retno menjelaskan, dari 196.546 responden orang tua, yang tidak setuju (menolak) sekolah dibuka pada Juli 2020 mencapai 66 persen dan yang setuju sekolah dibuka pada tahun ajaran baru sebanyak 34 persen (66.609).
Data sebaliknya dari orang tua terjadi pada hasil polling anak. Dari 9.643 responden siswa sebanyak 63,7 persen setuju sekolah dibuka pada Juli 2020, sedangkan 36,3 persen tidak setuju atau menolak sekolah dibuka pada tahun ajaran baru 2020.
"Tampaknya anak-anak sudah ingin segera sekolah, mereka mulai jenuh di rumah saja. Mereka rindu kebersamaan dengan teman-temannya," lanjut perempuan berhijab ini.
Sementara itu, dari responden guru sebanyak 18.111 orang, yang menyatakan setuju sekolah dibuka Juli 2020 sebanyak 54 persen dan sisanya 46 persen menolak sekolah dibuka. Guru yang setuju dan tidak setuju berbeda tipis, hanya sekitar 8 persen, tetapi tetap lebih banyak yang setuju.
"Kemungkinan para guru juga sudah rindu murid-muridnya," tukas Retno.
Responden orang tua yang setuju sekolah dibuka pada 13 Juli 2020, beralasan sudah jenuh mendampingi anak belajar dari rumah (3%), PJJ tidak dapat maksimal dilaksanakan karena keterbatasan peralatan daring yang memadai dan siswa kesulitan membeli kuota internet (16%).
Kemudian, kesulitan membeli kuota internet untuk pembelajaran daring (6%), kasihan anak-anak terlalu berat mengerjakan tugas-tugas selama PJJ (13%), anak selama PJJ kelelahan matanya karena mengerjakan tugas melalui telepon genggm (10%).
Sementara alasan responden orang tua yang tidak setuju antara lain, kasus yang terinfeksi covid 19 masih tinggi (60%), khawatir anak tertular Corona di perjalanan menuju dan pulang sekolah (47%), wastafel di sekolah minim jumlahnya (21%).
Selanjutnya, jarang ada sabun cuci tangan di toilet dan wastafel sekolah (19%), jarang ada tisu di toilet dan wastafel sekolah (18%), toilet sekolah tidak bersih (15%), toilet sekolah kadang airnya terbatas (15%).
Bagi orang tua yang tidak setuju sekolah dibuka Juli, menginginkan waktu tahun ajaran baru di mulai Sepetember 2020 (3%), Januari 2021 (13%), Juli 2021 (4%), menunggu tidak ada kasus baru Covid-19 selama seminggu (22%).
Ada juga yang menyarankan setelah daerahnya dinyatakan sebagai zona hijau atas rekomendasi pakar epidemiologi (46% atau sebanyak 90.519 responden), perlu kajian mendalam dan direkomendasi oleh gugus tugas covid 19 di daerah yang bersangkutan (39% atau sebanyak 75.788). (fat/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam