jpnn.com, PALU - Kementerian Perhubungan telah menjalin kerja sama dengan Asian Development Bank (ADB) untuk membenahi kerusakan infrastruktur dan fasilitas akibat bencana gempa bumi dan tsunami di Palu dan sekitarnya.
Salah satunya perbaikan fasilitas pelabuhan.
BACA JUGA: Hadapi Sidang Sub-committe PPR IMO ke-11, Kemenhub Pimpin Persiapan Delegasi Indonesia
Melalui program Emergency Assistance for Rehabilitation and Reconstruction (EARR), Kementerian Perhubungan optimistis pengerjaan tiga pelabuhan di Teluk Palu dengan nilai investasi sekitar Rp 1 Triliun akan segera beroperasi dan melayani penumpang pada kuartal pertama 2024.
Direktur Kepelabuhanan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub, M. Mashyud menjelaskan, seluruh paket pekerjaan telah berjalan.
BACA JUGA: SIG Gunakan Bahan Bakar Gas Ramah Lingkungan pada Mesin Penggilingan PT Semen Gresik
Secara terperinci, pengerjaan paket Civil Works (CW) Sea Port 1: Works for Reconstruction of Donggala Port saat ini mencapai progress konstruksi 97,48%, sedangkan untuk pengerjaan paket Civil Works (CW) Sea Port 2: Works for Reconstrucion of Wani Port telah selesai 100% dan siap dioperasikan dan paket Civil Works (CW) Sea Port 3: Works for Reconstruction of Pantoloan telah dioperasikan sejak 2022.
“Kemenhub melalui Ditjen Perhubungan Laut optimis ketiga pelabuhan tersebut dapat kembali melayani kegiatan kepelabuhanan baik mobilitas masyarakat maupun distribusi logistik di Kota Palu dan sekitarnya, pada kuartal pertama tahun ini," ujar Masyhud.
BACA JUGA: Hadirkan Layanan Prima, Jamkrindo Perkuat Digitalisasi Proses Penjaminan dan Klaim
Pekerjaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pelabuhan Teluk Palu merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) di mana pemulihan infrastruktur pelabuhan menjadi sangat vital untuk pemulihan ekonomi masyarakat sekitar maupun pemerintah mengingat Pelabuhan Teluk Palu merupakan salah satu pelabuhan utama yang menjadi poros maritim di Indonesia.
Mashyud menambahkan, kendala dalam pengerjaan proyek ini berasal dari aspek teknis.
Dia mengatakan, pengerjaan dermaga pada proyek ini terkendala oleh anomali kondisi tanah yang cukup heterogen dan wilayah geografis daerah rawan bencana.
“Tanah di lokasi Proyek Donggala mengalami kondisi easy driving saat dilakukan pemancangan, sehingga kedalaman tiang pancang rencana mengalami penurunan yang cukup banyak. Sebaliknya, di lokasi Proyek Wani justru mempunyai karakter tanah keras yang menyebabkan tiang pancang cukup sulit mencapai kedalaman desain,” ungkapnya.
Namun pihaknya menegaskan pekerjaan tersebut telah ditangani sesuai dengan prosedur teknis sesuai dengan kondisi aktual masing-masing.
“Kami juga telah melakukan pengujian terhadap hasil akhir pekerjaan konstruksi ketiga pelabuhan tersebut melalui uji sandar dan olah gerak kapal terhadap struktur dermaga pada Terminal Donggala, Wani, dan Pantoloan sesuai dengan kriteria desain,” tutur Masyhud.
Terpisah, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Teluk Palu, Capt. Alexander Seleng Allokendek menuturkan, jelang diresmikannya ketiga pelabuhan tersebut dalam waktu dekat, pihaknya sudah menyiapkan langkah-langkah strategis.
“Kami juga telah berkomunikasi dengan pihak eksternal seperti perusahaan-perusahaan pelayaran bahwa pelabuhan ini tidak hanya melayani penumpang namun juga multipurpose sehingga peran pelabuhan dapat difungsikan lebih aktif lagi,” tutur Alex.
Tidak hanya itu, koordinasi dan sinergitas yang baik dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan setempat juga telah dilakukan sejak awal perencanaan pembangunan ketiga pelabuhan tersebut.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada