Kemenkes Bentuk Tim Investigasi Kasus Gangguan Ginjal Akut Misterius

Kamis, 13 Oktober 2022 – 23:45 WIB
Tangkapan layar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia dalam konferensi pers virtual Road to 3rd Health Working Group (HWG) yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Kamis (18/8/2022). (ANTARA/Andi Firdaus).

jpnn.com - BALI - Kementerian Kesehatan langsung bergerak menyikapi kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak Indonesia. 

Kemenkes telah membentuk tim investigasi kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak di Indonesia untuk mengungkap dan menangani laju kasus.

BACA JUGA: Penyakit Kronis Ini Bisa Timbul Jika Anda Sering Mandi Malam, Salah Satunya Gangguan Ginjal

Tim investigasi itu terdiri dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM). 

"Kementerian Kesehatan telah membentuk tim terdiri atas Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) untuk penyelidikan dan penanganan kasus gangguan ginjal akut misterius," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia yang dikonfirmasi di Jakarta, Kamis (17/10). 

BACA JUGA: Hancurkan Batu Ginjal dengan 8 Pengobatan Alami Ini

Berdasarkan catatan Kemenkes, ada tiga tambahan kasus per 3 Oktober 2022. 

Total pasien yang masih dalam proses penanganan saat ini berjumlah 40 anak usia balita hingga delapan tahun.

BACA JUGA: 4 Herbal Alami yang Bisa Atasi Batu Ginjal

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (Dirjen Yankes) Kemenkes RI telah menerbitkan Keputusan Dirjen Yankes nomor HK.02.92/I/3305/2022 tentang Tatalaksana dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal.

"Hasil pemeriksaan laboratorium Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), hingga kini tidak ditemukan bakteri atau virus yang spesifik," katanya.

Menurut dia, hasil diskusi dengan tim dari Gambia, Afrika, yang mempunyai kasus serupa tentang dugaan ke arah konsumsi obat yang mengandung etilen glikol masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

“Akan tetapi hal ini perlu penelitian lebih lanjut, karena tidak terdeteksi dalam darah," ujarnya.

Kemenkes hingga saat ini sedang berkoordinasi dengan pakar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengadakan investigasi kasus di Gambia untuk mengetahui hasil investigasi. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler