Kemenkes Lakukan Studi Soal Efikasi Vaksin Covid-19, Seperti ini Hasilnya

Kamis, 12 Agustus 2021 – 20:20 WIB
Gudang vaksin Covid-19 di kantor Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Jumat (6/8). Foto: PPID DKI Jakarta

jpnn.com, JAKARTA - Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan hasil penelitian terkait efikasi vaksin Covid-19.

Studi ini dilakukan terhadap 71.455 tenaga kesehatan di DKI Jakarta sepanjang periode Januari hingga Juni 2021 dengan mengamati kasus konfirmasi positif Covid-19, perawatan, dan kematian pada tiga kelompok tenaga kesehatan.

BACA JUGA: Kritik Mendag, Dokter Tirta: Ini Mau Dagang PCR Atau Bagaimana?

Kelompok yang diamati terdiri dari tenaga kesehatan yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis pertama, vaksinasi lengkap, dan yang belum divaksinasi.

Mayoritas dari tenaga kesehatan yang diamati menerima vaksin Sinovac.

BACA JUGA: Benarkah Penyintas Covid-19 Hanya Butuh Satu Dosis Vaksin Saja?

Dalam periode pengamatan, terjadi beberapa gelombang peningkatan kasus Covid-19 dan dinamika jumlah kasus mutasi varian Delta di Indonesia.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes Situ Nadia Tarmizi mengungkapkan 5 persen dari tenaga kesehatan yang menerima vaksinasi lengkap terkonfirmasi Covid-19 pada periode April hingga Juni 2021.

BACA JUGA: Ini 3 Kombinasi Vitamin Terbaik untuk Jaga Imun Selama Pandemi

"Jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang terkonfirmasi COVID-19 pada periode Januari-Maret 2021 yang jumlahnya hanya 0.98 persen," kata Nadia dalam keterangannya, Kamis (12/8).

Meski begitu, lanjut Nadia, tenaga kesehatan yang sudah divaksin dengan dosis lengkap dan harus dirawat jumlahnya lebih rendah dibanding yang belum divaksin.

"Hal ini menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 yang saat ini digunakan efektif terhadap mutasi virus Covid-19," tambah Nadia.

Dia menerangkan jumlah tenaga kesehatan yang belum divaksinasi dan meninggal akibat Covid-19 relatif lebih besar daripada yang sudah mendapat vaksinasi lengkap.

Kemudian, tenaga kesehatan yang baru mendapat vaksin dosis pertama jumlahnya yang meninggal akibat Covid-19 juga lebih besar dibanding tenaga kesehatan yang menerima dosis lengkap.

"Pada dua periode observasi di Januari-Maret dan April-Juni 2021, terlihat bahwa proporsi kasus meninggal karena Covid-19 pada tenaga kesehatan yang belum divaksin (0,03%) tidak berbeda dengan tenaga kesehatan yang telah mendapat vaksin dosis pertama (0,03%)," terang Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes itu.

Sementara itu, kata Nadia, vaksinasi dosis lengkap melindungi tenaga kesehatan dari risiko kematian dengan rasio 0,001% pada periode Januari-Maret 2021 dan 0,01% pada periode April-Juni 2021.

Nadia menambahkan efektivitas vaksin dosis lengkap dalam mencegah infeksi Covid-19 pada periode Januari-Maret sebesar 84 persen.

Artinya, hanya dua dari sepuluh tenaga kesehatan yang telah mendapat vaksin dosis lengkap bisa berpeluang terinfeksi Covid-19.

Kemudian pada periode April-Juni 2021, total 474 tenaga kesehatan yang dirawat karena terinfeksi Covid-19, sedangkan tenaga kesehatan yang divaksin lengkap dan dirawat, jumlahnya berkurang hingga 6 kali lebih rendah atau turun dari 18 persen menjadi 3,3 persen.

Data menunjukkan lama perawatan tenaga kesehatan yang divaksinasi relatif lebih singkat yaitu 8 hingga 10 hari dibandingkan tenaga kesehatan yang belum divaksinasi karena mereka memerlukan 9-12 hari perawatan.

Meski begitu, vaksin terbukti mengurangi tingkat kesakitan dan risiko kematian, Nadia tetap mengimbau masyarakat untuk terus disiplin menjalankan protokol kesehatan.(mcr9/jpnn)


Redaktur : Yessy
Reporter : Dea Hardianingsih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler